EPILOG

79.5K 3.9K 340
                                    

"Selamat pagi, Sayang." Adamson melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Dela, sesekali pria tampan itu mengendus leher wanita yang sudah 4 bulan ini menjadi istrinya.

"Adamson jangan menggangguku, duduk diam dan tunggu sarapan mu." Dela tetap fokus pada bahan yang hampir siap menjadi menu sarapannya kali ini.

"Papa!! Lagi-lagi kau mengganggu Mama saat memasak sarapan!!" Di ujung dapur, tubuh kecil milik Axel bersandar pada tembok sembari menggigit sebuah apel yang ada di tangannya. Tatapannya fokus menatap Adamson seolah tengah menatap seorang pencuri.

Pencuri? Ya, Papanya itu memang pencuri. Pria tua itu akan mencuri Mamanya saat dirinya sudah tertidur di malam hari. Diam-diam mengangkat Mamanya untuk dibawa ke kamarnya sendiri.

"Hei, Bos kecil. Aku hanya sedang menyapa istriku di pagi hari." Adamson melepas pelukannya pada Dela, menghampiri Axel lalu mengusap puncak kepala anak itu lembut.

"Axel!! Tolong benarkan dasi milik Papa mu. Mama akan segera menyajikan sarapan untuk kalian." Dela sibuk meracik masakannya sedangkan bocah kecil yang mendapat perintah dari ibunya itu mendengus kesal.

"Papa berjongkoklah!!" Axel mendongak menatap Adamson yang kini sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa?" Tanya Adamson mulai mengalihkan perhatiannya, pria tampan itu berjongkok di hadapan anaknya. Lalu dengan cekatan jari kecil Axel mulai membenahi dasi ayahnya yang terkesan tidak rapi.

"Kau harus memperhatikan penampilan mu, Papa. Jika kau datang ke kantor dengan penampilan tidak rapi, maka orang-orang akan berpikir bahwa Mama ku tidak mengurusmu dengan benar." Axel mendudukkan dirinya pada kursi makan, mengamati wanita cantik yang tengah menyiapkan sarapannya.

"Oh, Sayang. Seberapa dewasanya pikiran Bos kecil ini." Adamson mengecup puncak kepala Axel, lalu turut duduk sembari menunggu sang istri.

"El, kau sudah menyiapkan buku mu di tas?" Tanya Dela sembari meletakkan nasi di piring milik anaknya.

"Sudah Mama."

"Adamson, kau sudah menyiapkan berkas-berkas yang perlu dibawa ke kantor?" Tanya wanita cantik itu sembari menatap suaminya.

"Sudah Sayang."

"Bagus, selamat sarapan semuanya." Dela turut duduk, memulai sarapan pagi bersama keluarga kecilnya. Ini sangat membahagiakan, tidak pernah terpikir bagi gadis seperti Dela akan memiliki keluarga semanis ini.

Seusai aktivitas sarapan, ayah dan anak itu bersiap untuk pamit pada sang ibu negara.

"Kotak biru untuk El, dan kotak hitam milik Papa. Kalian mengerti?" Dela memberikan dua kotak makan itu untuk dua orang yang mengangguk secara bersamaan.

"Mengerti Mama."
"Mengerti Sayang."

Adamson tersenyum sembari menatap Axel yang ada di gendongannya, lalu kedua manusia itu secara bersamaan mengecup pipi milik wanita cantik kesayangannya itu.

"Bye bye Mama!!"

Axel melambaikan tangannya dengan bersemangat, membuat Dela tersenyum lebar melihat dua orang yang sangat ia sayangi.

***

"Kemarikan uang saku mu!!!" Sosok anak laki-laki dengan tubuh gempal itu mendorong sosok anak perempuan dengan rambut yang di kepang rapi.

"Ti-tidak!! Ini uangku, aku akan menabungnya. Aku tidak bisa memberikan ini kepada mu." Perempuan kecil itu menunduk, enggan menatap anak laki-laki bertubuh gempal yang ada di hadapannya.

"Berikan!!!" Anak laki-laki itu merampas uang yang di genggam oleh bocah perempuan itu dengan paksa.

"Jangan!! Uang itu akan aku kumpulkan untuk membeli obat ibuku yang sedang sakit!!!" Anak perempuan itu mencoba meraih uangnya kembali. Tapi tangan milik bocah laki-laki itu terlebih dahulu mendorongnya kasar hingga bocah perempuan itu terjatuh dengan terisak pelan.

"Kembalikan uang itu!!!" Bocah dengan tubuh gempal itu menatap bocah kecil di hadapannya, bocah yang menatap nya tanpa ada rasa takut.

"Hei El!! Jangan ikut campur!! Minggir!!" Anak dengan tubuh gempal itu siap beranjak, namun tangan El menjambak rambut anak bertubuh gempal itu. Menyeretnya dengan paksa, lalu mendorongnya hingga tersungkur seperti halnya bocah perempuan yang tengah terisak itu.

"Kembalikan!! Atau aku akan menciptakan neraka untuk kehidupan mu di sekolah ini." El menatap anak itu tajam.

"Kau pikir kau bisa? Memangnya kau Tuhan bisa menciptakan neraka?" Bocah itu berbicara seolah menantang.

"Tentu bisa. Aku punya cutter yang cukup tajam untuk membelah perut besar mu itu." Axel mengeluarkan cutter dari sakunya, memainkan benda itu hingga bocah bertubuh gempal itu ketakutan sembari memberikan uang itu pada sang pemiliknya lalu berlari pergi

"Te-terimakasih." Bocah perempuan itu mengambil uangnya kembali, sembari menatap Axel takut.

Axel tersenyum, lalu mengendikkan bahunya acuh. Bocah kecil itu berjalan, beranjak pergi dari tempat itu. Lalu matanya memicing, kala mendapati Veron di sekolahnya dengan raut kebingungan.

"Paman!! Mengapa kau berada di sini?" Tanya Axel sembari menatap Veron heran.

"El!! Aku mencari mu dari tadi. Mama mu!! Dia dibawa ke rumah sakit!!"

"Ada apa dengan Mama?" Tanya Axel dengan raut wajah serius.

Veron menggandeng Axel untuk naik ke mobilnya, membawa anak itu ke rumah sakit sesuai dengan perintah bosnya.

"Aku tidak tau El, tiba tiba Bi Surti menghubungi Papa mu dan bilang bahwa Mama mu sedang di larikan ke rumah sakit." Veron mulai menginjak pedal gas sedangkan bocah di sampingnya merasa khawatir akan ibunya.

Tidak butuh waktu lama, mobil milik Veron berhenti lalu keduanya turun dengan tergesa-gesa. Saat tepat di depan pintu ruang rawat, ponsel milik Veron berdering. Pria itu mengalihkan pandangannya pada ponsel miliknya, lalu melirik Axel sekilas.

"El, kau masuk dulu. Aku akan menjawab telepon," ucap Veron setelah itu berlalu dari tempat itu.

Tangan kecil milik El memegang gagang pintu, bersiap membuka sebelum Indra pendengarnya mendengar sebuah kalimat yang membuatnya enggan untuk menemui ibunya.

"Oh Tuhan!! Ini kebahagiaan besar, Sayang. Akhirnya kau tengah mengandung anak ku. Anak kita ada di rahim mu."

Bocah kecil yang masih menggenggam gagang pintu itu terdiam, kepalanya tertunduk lesu. Perlahan, kaki kecilnya melangkah ke arah yang berbeda. Ia khawatir akan Mamanya, tapi ternyata Mama nya tengah diberi hadiah besar dari Tuhan. Lalu Axel? Bocah itu mulai khawatir, apakah Mama nya akan tetap seperti Mama nya yang ia kenal saat bayi itu lahir? Apakah Axel akan tetap mendapat cinta dari Dela?

'Saat rumah tidak lagi senyaman rumah yang selayaknya, maka saat itu seorang anak melakukan pemberontakan. Bukan kesalahannya, hanya saja ia sedang menuntut hak nya. Hak atas kehangatan sesuatu yang disebut keluarga.'

END

Hai hai jadi bagi kalian yang pecinta Veron silahkan mampir ke cerita aku yang satu ini ya. Akan banyak hal yang lebih seru di sana. Selamat membaca...

https://my.w.tt/nOLKUYo889

[ DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ DIHAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN ]

The Perfect Mom (PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang