Lima jam sudah Aliya lalui di dalam bis, sedangkan waktu yang ditempuhnya mungkin tersisa 3 jam lagi. Disaat orang-orang di dalam bis sudah terlelap sepenuhnya, Aliya masih terus mengalirkan air matanya dalam diam, entah kenapa Aliya juga merasa bersalah kepada kekasih Dirga.
Aliya merasa sakit hati, walaupun ia tahu diri ia tidak berhak sakit hati karena memang dirinya tidak mempunyai hubungan lebih dengan Dirga, ia memang harus siap menerima konsekuensi ketika memilih menyukai pria itu. Aliya semakin merasa menjadi perusak hubungan orang sekarang. Matanya terhenti pada sebuah cincin berwarna biru yang menempati jari manisnya, dengan perlahan ia melepas cincin tersebut dan memasukkannya ke dalam saku baju yang dikenakan.
Tanpa aba-aba, sepasang tangan memberikan Aliya sekotak tissue. Rupanya itu dari pria yang duduk di samping Aliya dan mungkin saja merasa sedikit terganggu karena isakan nya.
"Bukan bermaksud ikut campur, tapi baiknya tidur aja dulu, neng. Masalah gak bakal selesai kalau terus di tangisin, kasian badannya jadi korban." Ucap lelaki itu pelan.
Aliya tersenyum paksa sekaligus berterima kasih dengan pria di sampingnya itu. Lagipula apa yang dituturkan pria itu memang benar adanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam tepat setelah Aliya tiba di terminal Solo. Ia menelepon adiknya untuk meminta adiknya itu menjemputnya.
Ayah juga Ibunya menyambutnya di depan pintu, memeluk Aliya untuk melepas rasa rindu. Aliya lalu masuk ke rumah, lebih tepatnya ke kamar tidur yang selama ini ia sangat rindukan.
🤵👰
Hampir seminggu semenjak kejadian tak mengenakkan waktu itu terjadi, Aliya tak kunjung memberi Dirga kabar. Pesan yang Dirga kirim pun tak dibaca.
Berhari-hari Dirga datang ke toko Aliya, memastikan wanita itu berada di sana, nyatanya ia tak mendapat apa-apa. Bertanya pada Riska sudah ia lakukan, sayangnya adiknya itu tak mengetahui apa-apa. Dirga juga bertanya pada kerabat dekat Aliya seperti Cici. Untungnya ada sedikit informasi yang di dapatkan dari sahabat Aliya tersebut.
Menurut Cici, jika tidak di Jakarta, maka satu-satunya tempat Aliya berada adalah di kediaman orang tuanya yang berada di Solo. Untungnya, Cici mengetahui alamat dan letak rumah wanita itu.
Dengan keyakinan penuh serta dukungan orang tuanya, Dirga sekeluarga, serta Yana yang ikut untuk meminta maaf kepada Aliya atas kesalahpahaman yang disebabkan olehnya memutuskan untuk pergi menemui Aliya di Solo.
Mereka berangkat hari Sabtu pada jam 4 subuh. Hampir 8 jam perjalanan mereka lalui melewati Tol Cikopo untuk sampai ke rumah Aliya. Ocha dan Yana yang memang tak akur terus saja bertengkar di dalam mobil bahkan hingga mereka ketiduran. Sayang sekali, Riska tidak bisa ikut bersama mereka karena suaminya yang masih harus bekerja. Ketika pagi tiba, Dirga memilih berhenti sebentar untuk sarapan pagi di sebuah tempat makan yang menjadikan nasi liwet sebagai menu utama.
Setelah selesai sarapan pagi, Dirga dan keluarganya melanjutkan perjalanan mereka mencari alamat rumah Aliya. Mereka berhenti di depan sebuah rumah mewah dengan gerbang yang menjulang tinggi, keluarga Dirga sedikit kebingungan mengamatinya.
"Beneran ini rumahnya?? Salah alamat kali." Ujar Yana begitu tak percaya.
Pasalnya di hadapan mereka adalah rumah dengan dua lantai dan terparkir dua mobil serta dua motor di halamannya.
"Mas, coba kamu cek ulang deh alamatnya, siapa tau rumah di sebelahnya itu." Ujar Mama Dirga.
"Bener kok Mah alamatnya." Jawab Dirga sedikit keheranan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding
RandomPertemuan singkat yang berakhir dengan akad💙 "Ga, kalo kamu mau kenalin calon istri kamu ke Mama, Pastikan dulu dia sudah baik dan bener. Kalo enggak, ya nanti Mama carikan aja deh." - Mama Dirga, 2019