Part 17 - Calon Mantu Tersayang

1.3K 224 25
                                    

Rencananya, hari libur seperti ini akan Dirga pakai untuk tidur sampai disiram air oleh Mama. Tapi rencana hanya tinggal rencana. Jam masih menunjukkan pukul 9, tapi Mama sudah menyuruhnya untuk mandi dan membersihkan diri.

Tadinya Dirga memang malas untuk sekedar bangun dari kasur, tapi begitu terdengar suara Aliya dari handphone, Dirga mendadak melek. Sepertinya suara Aliya mampu menjadi alarm ampuh Mama untuk membangunkan Dirga.

"Kita mau kemana sih, Ma?" Tanya Dirga penasaran.

"Belanja."

Dirga membulatkan mata mendengar jawaban sang Mama. Jadi ia dibangunkan pagi-pagi, disuruh mandi cepat-cepat, hanya untuk menemani Mamanya belanja? Begitu?

"Buat calon mantu."

Mendengar ucapan Mama setidaknya membuat Dirga sedikit lebih tenang.

"Belanja buat apa, Ma?" Tanya Dirga lagi.

"Ah, kamu itu kebanyakan nanya, kaya Dora."

Kali ini Dirga benar-benar membulatkan mata. Tau darimana Mama ucapan aneh seperti itu? Pasti dari adik bontrot-nya, Ocha. sesekali sang Adik memang harus disaring mulutnya.

"Yang bener dong, Ma. Mas penasaran beneran." Ujar Dirga serius.

"Belanja buat cari seserahan nikahan kamu, Mas Dirga." Jawab sang Mama.

"Mas, Aya suka warna apa sih?" Tanya Mama pada Dirga yang sedang menyetir.

"Setau aku biru, Ma."

"Aya suka corak polos atau ramai?"

"Polos kayanya sih, Ma." Jawab Dirga lagi.

"Tunggu dulu, kok jadi Mama yang banyak nanya kaya Dora?" Tanya balik Dirga.

"Kan buat seserahan, jadi Mama pengennya sesuai sama yang kalian suka dong." Jawab lagi Mama.

"Emm, Ma. Kenapa gak tanya langsung, ditelpon gitu, biar lebih enak." Saran Dirga pada Mamanya.

"Halah, itu mah maunya kamu aja biar Aliya mau telponan sama kamu. Kalo sama kamu kan gak diangkat pasti." Ejek Mama membuat Dirga menekuk muka.

Memang benar kata Mama, Aliya jarang sekali aktif di media sosial. Kalaupun aktif, pasti hanya di jam-jam tertentu. Kecuali, Mama atau Riska yang menghubungi, wanita itu akan sangat cepat menanggapi.

"Assalamualaikum, Aliya sayang."

"Waalaikumsalam, Ma. Ada apa, Ma?"

"Gini, Mama mau belanja kebutuhan seserahan, mau nanya-nanya sama kamu. Aliya suka warna apa? Terus, Make up sama perlengkapan mandi Aliya merk yang cocok apa kira-kira?"

"Satu-satu nanyanya, Ma. Bingung tuh pasti Aliya mau jawab." Ujar Dirga pada Mamanya.

"Loh, ada Mas Dirga?"

"Hehehe, iya, Ya."

"Oh Iyaa Ma, Aliya suka warna biru. Kalo untuk make up sama perlengkapan mandi, apa aja cocok kok sama Aliya."

"Oke deh, Ya. Ukuran baju sama yang lainnya di pc aja ya, sayang, Mama matiin ya! Mama mau belanja dulu. Bye, sayang."

"Bye mah."

Mama Dirga menatap seram sang anak sulung yang tengah tersenyum-senyum sendiri.

"Mas Dirga, kamu sehat kan?" Tanya Mama sambil menaruh tangan di dahi Dirga. Anehnya, Dirga malah tertawa, membuat Mama semakin ngeri melihatnya.

" Kalo enggak sehat biar mama aja yang nyetir. Kita balik arah ke arah RSJ." ujar sang Mama pada anaknya.

"Ih Mama sembarangan, ya enggaklah."

Salah satu alasan Dirga tersenyum-senyum sendiri adalah karena gemas melihat interaksi sang Mama dan Aliya yang notabene adalah seseorang yang tidak lama ia kenal, dapat dihitung baru 3 bulan ia kenal dan dekat dengan Aliya, namun keluarganya sudah sangat luwes dengan Aliya. Ia bersyukur dapat menemukan wanita seperti Aliya. Diantara banyak wanita yang sempat berhubungan dengannya, hanya Aliya yang dapat mencuri hati keluarganya.

Begitu sampai di Toserba yang Mama tunjukkan, Dirga langsung mengikuti sang Mama sambil membayangkan kehidupannya dengan Aliya nanti. Dirga bahkan tak sadar dengan tatapan ibu-ibu muda yang cukup aneh.

Dirga tersadar dari lamunannya ketika Mama menyentak tangannya. Astaga, pantas saja ia merasa orang-orang menatapnya dengan aneh. Dirga digandeng oleh Mama dan berada di bagian pakaian dalam wanita, bagaimana orang-orang tidak berfikiran aneh tentangnya. Pasti mereka kebanyakan nonton drama indo*iar, kisah wanita tua yang di poroti brondong.

Akhirnya Dirga memilih pamit kepada sang Mama ke bagian yang lain. Matanya terpaku pada sebuah mukena putih dengan renda keemasan di sisinya.

"Saya ambil yang itu dua ya, Mbak." Ucap Dirga menunjuk mukena yang masih terpajang di depannya.

"Maaf Pak, untuk model itu sisa yang terpajang saja."

"Kenapa, Mas?" Tanya Mama Dirga yang baru muncul dengan banyak belanjaan di tangannya.

"Mukenanya bagus, Ma. Tadinya aku mau beli dua, buat Aliya sama Mama. Tapi sisa ini aja-

" Ya udah ambil aja, buat Aliya cocok banget itu, Mas." Potong Mama Dirga dihiasi wajah yang sumringah.

"Mama ndak papa kalo ndak Mas beliin? Dulu-dulu kalo Mas beliin pacar apa-apa, Mama pasti minta beliin juga. Tumben kali ini enggak."

Mama Dirga hanya membalasnya dengan senyuman manisnya.

"Jadi, diambil atau tidak ya, Pak?"

Saking asiknya berbincang, Dirga dan Mamanya sampai lupa bahwa Mbak-mbak penjaga masih berada di depan mereka berdua.

"Jadi, Mbak. Bungkus yang cantik ya, Mbak."

Bukan Dirga yang menjawabnya, tapi sang Mama. Sekali lagi, Dirga tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat sang Mama yang sepertinya juga ikut jatuh cinta pada Aliya.

🤵👰

✔ Part 17

Vote dan commentnya ya seyeng-seyeng.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang