Setelah cukup berbual dan saling membelai, pelan-pelan batang pelir yang telah membawaku ke awang-awang itu dicabut sambil Jim menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya. Dipimpinnya aku ke kamar mandi.
Ketika aku berjalan rasanya masih ada yang mengganjal kemaluanku dan ternyata banyak sekali sperma yang mengalir di pahaku. Dan kami mandi bersama. Selesai mandi kami ke tempat tidur dan Jim memutar lagu classic untuk menghantar kami tidur.
Nyenyak sekali aku tidur dalam pelukannya, merasa aman, nyaman dan benar-benar malam ini aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.
Pagi aku bangun masih dalam pelukannya. Rupanya Jim sudah bangun tapi tak mau mengganggu tidurku. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Seterusnya kami bergegas ke kamar mandi bagi menyegarkan tubuh. Ketika mandi kami saling menyabun dan bercumbu di bawah shower.
Dan tak lupa pula kami saling membersihkan kemaluan kami. Jim membersih punyaku sementara aku membersihkan punyanya. Dia menumpukan kepada kelentitku sementara aku memberi perhatian pada kulupnya. Kulit kulup aku gulung dan membersihkan kepalanya yang licin. Kepala licin inilah yang akan aku santap sebentar nanti.
Setelah bersarapan Jim lalu memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil berbual aku dimanja dengan belaiannya. Jim meraih daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya.
Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai menyelinap di dalam kimonoku dan mulai meramas-ramas lembut tetekku, diteruskan menarik tali kimonoku dan tangannya menjalar antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sedar bahwa ada sesuatu yang mulai mengeras di bawah punggungku.
Ohh, langsung aku bangkit dan aku ingin melihat dengan jelas pelirnya, disinari lampu yang cukup terang. Aku bersimpuh di depan Jim dan kubuka tali kimononya dan kuselak.
Ohh, ternyata sudah mula mengembang batang pelirnya, walau masih belum begitu mengeras. Dan kepala penisnya sudah mulai sedikit terjulur keluar lalu aku raih dan aku belai dan kulupnya kututupkan kembali. Aku suka melihatnya dan sebelum mengeras sepenuhnya aku kulum batang Jim.
Aku suka memainkan kulup pelir yang tebal dengan lidahku ketika pelir belum sepenuhnya mengeras. Bahagian hujung kulup aku gigit lembut dan kulitnya terasa kenyal seperti mengunyah sotong goreng.
Lalu kutarik kulup ke ujung, membuat kepala pelir Jim tertutup kulupnya dan segera kukulum sebelum ereksi penuh, kumainkan kulupnya dengan lidahku dan kuselitkan lidahku ke dalam kulupnya sambil lidahku berputar masuk di antara kulup dan kepala pelirnya. Enak rasanya.
Aku sedikit kecewa kerana dengan cepatnya pelir Jim makin membengkak dan kepala licin itu menjulur keluar dan kulupnya tertarik ke bahagian leher batang pelir. Jim mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh bila batang hitam itu makin membesar dan memanjang.
Dan rupanya Jim makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke tempat tidur. Matanya tak berkelip melihat diriku yang telanjang dan memberi tumpuan kepada belahan kelangkangku.
"I love it and I like it Reen" ujarnya sambil membelai bulu kemaluanku yang jarang.
"Mengapa?"
"Sebab hanya sedikit bulu, dan bibir kemaluanmu bersih tak ada bulunya serta tebal bibirnya."
Aku merasakan Jim terus membelai bulu kemaluanku dan bibirnya. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka kemaluanku dimainkan berlama-lama, aku melirik apa yang dilakukan Jim. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir kemaluanku.