Delapan

7.7K 427 19
                                    

Begitu sampai, Evan segera turun lalu  melangkah cepat menyusuri halaman luas warung Padang. Ia mendesah kecewa saat tak menemukan keberadaan Ivy. Tuhan ... Bagaimana caranya aku menemukan gadis itu?

Karena depresi bercampur kesal, Evan membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Seorang gadis  menghampirinya dan menatapnya cukup lama.

"Apa lihat-lihat?! Apa ada yang lucu? Atau aku begitu sangat tampannya?!" tanya Evan dengan pandangan tak suka.

"Bukankah kamu suami temanku? Kamu suaminya Tika, bukan? Nama lengkapnya, Ivy Swastika Maharani. Iya kan kamu suami Tika? Kakaknya Dini, kan? Aku menghadiri pernikahanmu," kata gadis berjilbab ungu itu.

Evan langsung menatap penuh minat.

"Kamu terlihat depresi. Apa kamu habis bertengkar dengan istrimu? Haruskah aku menelponkannya untukmu?"

Evan tersenyum antusias.
"Ya, tolong telponkan. Aku akan memberinya pelajaran."

Gadis di hadapannya mengernyit heran. Ia segera merogoh tas tangannya lalu mulai menghubungi.

"Halo, Tik." Sapa gadis itu setelah tersambung. Ia segera meloadspeaker HP-nya agar Evan bisa mendengar.

"Ada apa menghubungiku? Aku sedang sangat sedih. Yana, bisakah tidak menggangguku untuk sekarang ini?"

"Tumben sedih. Biasanya selalu riang bahagia." Yana tersenyum kecil.

"Ini masalah serius banget. Niat baikku ingin membalaskan sakit hati Liana, malah berujung pernikahanku dengan cowok mengerikan. Dia sangat menakutkan seperti setan. Sungguh menakutkan!"

Evan berdeham. Yana menatap Evan sekilas lalu kembali berkata dengan wajah penasaran.

"Kamu menikah karena apa? Aku melihatmu menikah. Kamu tau? Aku sempat kesal karena kamu tak mengundangku dan Liana!" katanya berapi-api.

Terdengar isakan di dalam HP. "Kamu beneran melihatku menikah?"

"Tentu. Aku diundang Dini, Dini kan teman kuliahku dulu. Saat aku mau menyapamu, kamu sudah lari ke dalam kamar. Tik, halo."

"Iya, halo. Aku sedang sangat sedih. Bisakah berbicaranya nanti saja kalau kita ketemu? Kamu tau tidak, Kak Reyhan sepertinya sangat marah padaku. Teleponku tak diangkat. Aku sangat sedih. Sudah dulu, ya?!"

"Tik, Tik, sebentar. Ini penting, Tik. Begini, aku sekarang bersama suamimu."

"Apa? Kamu sedang bersama dengan setan itu?!"

"Yang benar saja! Siapa setan yang sesungguhnya!" kata Evan tak suka. Bisa-bisanya gadis itu mengatainya setan. Awas saja kalau ketemu.

"Iya, sepertinya dia sedang sangat kesal. Kamu segera ke sini ya, Tik? Kukirim alamatnya."

"Aduuh, sial sekali nasibku harus menikah dengan cowok pemarah itu ...."

Evan mendengkus, lalu mengumpat sebal. Gadis itu bilang sial karena menikah dengannya? Sepertinya, otak gadis itu benar-benar terganggu. Padahal, dialah yang mengacau tapi ia yang dikatai setan.

Melihat wajah kesal Evan, Yana segera mematikan telepon.

"Sebentar, ya? Istrimu segera datang," katanya, memandang Evan dengan perasaan tak nyaman.

***

Ivy membanting tasnya ke sembarang arah. Sial. Sial. Sial! Kenapa bisa-bisanya ia menikah dengan lelaki mengerikan itu?

Ivy merebahkan tubuh letihnya ke kasur. Matanya tertumbuk ke langit-langit kamar. Dihirupnya napas dalam lalu memejamkan mata.

Sekarang, apa yang harus dilakukannya? Ia sudah mencoba menjelaskan semuanya pada Reyhan melalui pesan WA. Namun, sama sekali tak dibalas. Lelaki itu seakan tak peduli. Padahal ia melakukan pernikahan itu karena dipaksa, namun Reyhan begitu marah.

Terpaksa Nikah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang