"Ikut mamah ya" pinta mamah sambil mohon mohon ke aku untuk tinggal sama mereka lagi.
Mamah dan papah bahkan kak Sena udah denger soal masalah ini, mamih dan papih juga.
Sampe hari ini pagi-pagi banget mamah sama papah dateng untuk ngejemput aku.
Aku sih pengen aja tapi kan ya mikirin suami lah masa ditinggal gtu aja. Emang sih sifat a Dzaki semakin hari semakin dingin kaya kutub utara ditambah ga ada interaksi apapun dari kita. Tapi tanggung jawab istri ya tetep tanggung jawab.
"Gabisa mah, a Dzaki gimana?" Tolakku dengan halus.
"Kamu masih mikirin dia yang bahkan ga pernah mikirin kamu selama 3 bulan terakhir ini?" Tanya mamah sarkas.
"Mah, mau gimanapun Anna tetep istrinya a Dzaki" ucapku.
"Aduh dek, jadi orang jangan goblok banget donk. Kalo mamah tau nantinya pernikahan kalian bakal kaya gini ga akan rela mamah nikahin kamu sama Dzaki" Cerca mamah.
"Ya karena kita ga tau itu jadi gini mah. Ga ada yg bisa meramal masa depan. Biarin ini jadi pernikahan pertama dan terakhir Anna. Biarin Anna tetep tinggal di samping a Dzaki apapun resikonya. Pernikahan tanpa diwarnai pertengkaran kurang mah rasanya" ucapku berusaha menyakinkan mamah.
"Yaudah deh iya terserah" ucap mamah menyerah membujukku.
"Mamah udah sabar tahan Sena supaya ga ngelabrak Dzaki tapi nanti kalo sampe kamu kenapa-napa jangan salahin kalo Dzaki pulang dengan keadaan babak belur" ancam mamah
Aku agak tercekat denger mamah ngomong gtu. Sampe hati mamah bilang gtu..
"Mah, a Dzaki mantu mamah, anak mamah juga"
"Gak ada bagi mamah anak yang menyakiti anak lainnya" ucap mamah
Dan berjalan berlalu menuju pintu utama
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawabku lemah.
Tiap hari aku semakin tertekan entah karena ulah a Dzaki, mamah atau kak Sena yang memaksaku melepas a Dzaki.
Mimpi buruk!
Hal itu ga akan pernah terjadi.
Setidaknya untuk saat ini aku bisa menenangkan diri.
Oh ya aku baru ingat kemarin aku baru USG sendirian. Iya sendirian. Dan dokter berkata bahwa aku tengah mengandung seorang bayi laki-laki. Meskipun kata dokter juga kesehatan ku semakin menurun.
Jangan menebak aku tak memberi tau suamiku, aku sudah memberitahukannya tapi responnya sama sekali tak diharapkan. Dia hanya berkata
"Ya harusnya memang begitu"
Jantung ku serasa dihujam ratusan pisau ketika mengingat kalimat itu.
Aku menghela nafas berkali kali untuk menenangkan perasaanku.
Dibulan bulan terakhir kehamilan ku harusnya aku menghabiskan banyak waktu dengan a Dzaki. Tapi ya, aku ga bisa menuntut lebih meskipun aku ragu siapa disini yang salah sebenernya.
Apa a Dzaki udah punya perempuan lain selama ini?
Udah muak aku kalo harus mikir gtu terus.
Untuk memastikannya aku iseng nelfon Fania ah...
"Assalamualaikum Fan"
"Waalaikumsalam mbk, mm.. mbk Pak Dzaki kemana ya?"
Deg
Apa a Dzaki ga ke kantor?
Bukannya tadi pagi berangkat ya?
"Apa ga ke kantor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dzaki✔
RomanceHai, namaku Layla Anna Malik seorang mahasiswa UI semester akhir. Aku adalah seorang wanita yang cukup beruntung karena aku dapat bersanding dengan lelaki nyaris sempurna bernama Dzaki. 3 kata untuk Dzaki; Tampan, mapan, dan pintar. Ini adalah kisa...