Shivera pulang dengan hati riang gembira, sesekali langkahnya melonjak persis anak SD baru dibeliin permen loli. Suasana hatinya yang senang membuat Shivera tahan menghadapi Quiv yang membuntutinya sambil melakukan akrobat mulut, yaitu campuran merepet-menggerutu-memaki, tepat setelah Shivera mengatakan Klub Robotik dan Sains menerimanya.
"Shiv, gue nggak percaya lo bisa -astaga, apa yang lo gadaikan sampai... ini nggak mungkin, udah dua tahun Klub ini Men Only, Brotherhood, kenapa sekarang...ARGHH HIDEKI PENGEN GUE TONJOK! Gue nggak bisa paham, lagian kenapa elo mau-maunya...Shiv! Hei, Shiv!Denger omongan gue nggak sih, lo bakal jadi satu-satunya cewek di klub ini!"
Shivera berhenti melangkah. Berbalik dengan dramatis hingga rambut panjangnya terayun ala iklan shampoo yang penuh hair ekstension.
"Udalah, Quiv, lo nggak bakal ngerti perasaan gue. Mana ada klub di MSH yang ketutup buat cowok. Mau masuk mana aja lo bebas." Shiv mencibir. Quivera sudah menjadi bagian dari klub robotik dan sains dari sejak tahun lalu. Sebuah fakta yang selalu dipamer-pamerin Quiv kepada Shiv.
Padahal Quiv sendiri nggak suka sains, dia daftar masuk klub robotik cuma supaya bisa bikin sirik Shivera doang. Memang begitulah resenya hubungan mereka yang sedari janin aja udah rebutan makanan di perut.
"Apa? Halo? Klub Rajut? Klub Sulam Boneka? Klub Renang Indah? Mereka kan cewek only!" Quiv tak mau kalah.
"Beda! Itu sih emang cowok-cowok yang nggak mau masuk situ!"
"Sama aja dong."
"Beda bangetlah, lagian kenapa sih klub robotik dan sains harus ketutup buat cewek, masa sih bener gosipnya kalo itu gegara Hideki nggak suka cewek2 jejeritan pas dia lagi ngerakit suku cadang!"
Quivera garuk kepala. "Klub Robotik itu kan beda, Shiv, ada banyak alat listrik dan part-part super kecil. Kita meleng dikit yang ada papan sirkuit korslet dan robotnya malah nabok kita."
"Robot mana yang nabok elo, gue suka ama gayanya, salamin aja."
"Gini nih dikasih ati minta gorengan," gerutu Quiv sambil berusaha menjitak Shivera.
Shivera lari berkelit ke tepi jalan, menyetop sebuah angkot yang lewat. Ia masuk duluan, duduk, lalu menenangkan saudaranya.
"Quiv, gue janji gak bakal jadi bucinnya Hideki. Gue masuk situ bukan karena kepo urusan robotnya Hideki tapi gue nyari kelas gratisan belajar sains."Quiv hanya menggumam tak jelas.
"Apa?" tanya Shivera.
"Lo masih mikirin soal impian bodoh itu ya."
"Bodoh?!" Shiv meradang. "Mimpi ke Olimpiade Sains dunia itu mimpi bodoh?""Yang bodoh bukan bagian itunya...."
Quivera selamat dari hujan pelototan Shiv ketika mendadak angkot bermanuver ala Tokyo Drift dan berhenti di muka sebuah gang kecil.
"Pabrik es, pabrik es," kata sopir angkot. Quivera meloncat turun. Ia menunggu saudara kembarnya menjejakkan kaki keluar angkot sebelum membayar.
Shivera lalu menunjuk ke dalam gang dengan geram. Di sisi kanan gang itu ada komplek pabrik es krim terkenal. Pak Sarno sengaja mencarikan rumah kontrakan untuk Shiv dan Quiv di dekat pabrik es, katanya supaya si kembar itu nggak demam melulu. Entah apa maksudnya.
"Quiv, mimpi gue nggak bodoh. Masa lo nggak pernah penasaran sih?"
"Penasaran apaan?"
"Penasaran tentang kita ini, kekuatan kita, coba liat Pak Sarno aja nyariin kita kontrakan rumah yang pas di belakang pabrik es krim. Lo pas kecil bukannya suka susu malah suka ngemut es batu. MSH yang bayarannya mahalnya selangit kasih kita beasiswa penuh. Masa lo nggak pernah heran sama hal-hal kaya gitu?" Shivera berkacak pinggang.
Quivera terdiam.
oOo
Author's note
Kanala01 naomi-leon aku juga pada lupak kemarin ga update. Maapin yak. Semoga ada yang kangen sih 😛😛😛
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti Kita Tahu Akhir Kisah Ini
Teen FictionDalam rangka cinta segitiga di antara kami bertiga, para author keturunan anak sultan, terimalah persembahan kami sebuah cerita bertajuk "NANTI KITA TAHU AKHIR KISAH INI" Kenapa kok judulnya kaya gini? Kami bertiga berikrar tuk membuat project menul...