Pintu ruang UKS mendadak diketuk beberapa kali. Suara Luca yang agak berat namun mendayu menyusul terdengar.
"Shiv? Kamu masih di dalam? Aku bisa masuk?"
Quivera yang menjawab lantang. "Nggak bisa, Shiv lagi ganti baju!"
Hening sesaat lalu Luca menjawab. "Oke, aku tunggu di ruangan klub ya?"
"Nggak usah," seru Quivera. "Shiv mau langsung pulang! Salamin aja buat Hideki!"
Shivera menyenggol bahu saudara kembarnya, lalu membelalakkan mata.
"Ngapain sih nyalamin Hideki?" bisik Shivera tertahan.
"Biar dia makin notis elo." Quivera balas berbisik. "Tadi tuh dia udah keliatan cemas banget gitu pas lo jerit kesakitan."
Shivera langsung terdiam. Berusaha mengingat-ingat ekspresi Hideki saat kericuhan di pelajaran robotik tadi. "Masa sih cowok sedingin es kaya Hideki khawatir ama gue?" Ia bertanya sangsi.
"Apaan sih! Cowok sedingin es itu kan gue, Shiv!"
"Tapi muka lo kan nggak cool, Quiv! Cengengesan melulu!"
"Gue bisa bikin Hideki membeku! Nggak bisa sebaliknya!"
Shivera manyun.
Dalam hati membatin, tapi cuma tatapan tajam Hideki yang bisa bikin gue membeku sesaat.
oOo
Keesokan harinya, Shivera sengaja izin berangkat agak siang ke sekolah dengan alasan luka di tangannya.
Quivera yang berangkat duluan terheran-heran melihat di gerbang sekolah sudah berdiri Hideki. Cowok jangkung berwajah oriental dengan sedikit campuran Amrik itu melipat tangannya di dada. Memandang ke belakang bahu Quivera.
"Kenapa?" Quivera ikut menengok. Kemudian kembali berbalik dan berujar paham, "Lo nyari Shiv?"
Hideki menggeleng, memasang wajah datar. "Nggak. Tapi baguslah kalau luka di tangannya sudah membaik."
"Lo nanya apa ngasi tau gue? Lo tau darimana sodara gue udah membaik? Bisa aja dia di rumah sakit sekarang? Bisa kan?" Quivera menyeringai.
Hideki tersentak sedikit. "Rumah sakit mana?"
Quivera mendengkus melihat reaksi itu. Dasar Shiv. Kakak perempuannya yang banyak bikin masalah itu entah kenapa memesona bagi cowok-cowok. Mungkin cewek galak kaya Shivera sedang jadi tren gebetan masa kini.
"Quiv, dengerin, kalau nanti kamu bertemu Shivera sampaikan kalau mulai hari ini saya minta dia tidak ikut sesi Robotik lagi."
Ganti Quivera yang tersentak campur tersedak campur terkehjut yang very surprise. "Apa?! Shivera baru lo masukin kemarin dan sekarang lo keluarin lagi?! Yang bener aja, Hide!"
"Bukan begitu." Hideki menghela nafas panjang. "Shivera cukup ikut sesi sains aja. Kan klub kita klub robotik dan sains. Untuk Shivera sesi sains lebih aman."
"Kok selama aku di klub nggak pernah diikutin sesi sains???" Quivera protes.
"Ngga sembarang orang yang bisa ikut sesi sains. Cuma yang disetujui sama pembina dan pengajar sesi sains saja. Beliau sudah setuju Shivera ikut."
"Emang siapa pembinanya kok dia pilih-pilih orang?!" kejar Quiv.
"Profesor Kenji."
Jawabn itu membuat Quiv bungkam seribu bahasa. Hideki beranjak.
"Jangan lupa sampaikan ke Shiv. Minggu depan tema sesi sains adalah teknologi anti-freeze."
Teknologi? Teknologi anti beku? Quivera mengernyit. Kenapa klub sains mempelajari itu?
oOo
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti Kita Tahu Akhir Kisah Ini
Novela JuvenilDalam rangka cinta segitiga di antara kami bertiga, para author keturunan anak sultan, terimalah persembahan kami sebuah cerita bertajuk "NANTI KITA TAHU AKHIR KISAH INI" Kenapa kok judulnya kaya gini? Kami bertiga berikrar tuk membuat project menul...