Hideki langsung menyambar tangan Shivera dan membawanya ke westafel terdekat. Dirinya berdecak karena menyadari tangan mereka mengenakan Heat Resistant Gloves, mereka tidak bersentuhan, yang artinya luka Shivera akan sembuh lebih lama.
Quivera dan Luca mengekor dengan wajah panik. Belum lagi anggota ekskul robotic lain yang kepo, jadilah mereka mengerubung di westafel.
"Panas! Panas!" Shivera hampir menjerit.
"Iya, sabar ini lagi dikucurin dulu pakai air sejuk." Hideki terus saja berfokus pada luka Shivera.
"Bukan! Maksud gue dikerubungin gini ama kalian, panas!"
Hideki, Quivera dan Luca langsung sadar. Mereka sudah seperti gerombolan maniak sains yang penasaran sama bentuk atom virus corona. Pada kepo sampai bikin sesek!
"Minggir! Sodara gue nggak apa-apa," Quiv, meski masih berdebar-debar, berusaha menggusah penonton tak penting.
"Luc, tolong ambil surbolene (sejenis salep pereda luka bakar) ." Hideki masih memperhatikan lengan kiri Shivera yang kini memunculkan garis kemerahan. Kulit Shivera resmi terbakar, tapi mengingat panas soldier itu lebih parah dari api lilin, Hideki khawatir lukanya akan dalam. Luca langsung mengambil surbolens dari kotak P3K terdekat.
Shivera sendiri mengigit bibir, menahan perih sampai matanya berair. Ketika ia tak mampu lagi menahan rasa panas yang justru semakin membakar, Shivera justru menarik tangannya. Ia punya cara yang lebih baik daripada diberi kucuran air dan salep pendingin.
"Udah gue nggak apa-apa!" Shivera menyembunyikan tangannya yang terluka dibalik punggung.
"Kamu gila ya! Tangan kamu masih perlu didinginin!" Hideki hampir marah.
Shivera menggeleng, tapi air matanya meleleh jatuh. Dengan sembunyi-sembunyi Shivera menyalurkan kekuatannya pada tangan. Berusaha menutup luka bakar di kulitnya dengan lapisan es. Tapi karena Shivera keburu kesakitan, ia malah mengeluarkan es yang kian menebal. Quivera dengan sigap mengambil jaket bisbolnya yang tersampir di kursi. Menutupi tangan Shivera.
"Ke UKS Shiv," bisik Quivera.
Shivera lantas berlari, tidak peduli meski Luca sudah muncul sembari menyodorkan salep pendingin kulit. Ia keluar dari ruang Ekskul Robotic menuju UKS. Dalam hati berharap tidak ada orang yang curiga kalau tangan kirinya sedang berubah jadi balok es.
"Dia butuh perawatan," Hideki hendak mengejar Shivera tetapi Quivera segera menghadang.
"Biarin aja."
"Lha terus salep ini gimana?" Luca menyodorkan surbolene pada Hideki, namun sedetik kemudian dia berkata, "aku anterin aja."
Bahu Luca ditahan Quiv, "gue aja." Tatapan matanya pada Luca seolah berkata, stay away from my sister.
"Quiv saja, Luc. Kamu masih harus sortir resistor," Hideki menambahkan.
Luca akhirnya membiarkan Quivera mengambil salep pendingin itu. Kembaran Shivera segera keluar dari ruang Ekskul. Agak tergesa, menyusul saudarinya.
"Baru hari pertama, udah bikin kekacauan kayak gini," Luca memasukan kedua tangannya ke kantung celana. Ia kemudian melihat pada Hideki, "kembar memang nggak bisa disatuin. Kamu yakin membiarkan Shivera tetap ada di klub ini?"
"Kamu pikir saya setuju Shivera ada di sini?" jawab Hideki pelan. Meski senang melihat Shivera tetapi ia pikir cukup Quiv saja yang masuk ke ekskul Robotic. Pertama, karena ekskul ini adalah sarang cowok. Kedua, karena bahaya yang mungkin terjadi.
oOo
"Shiv!" Quivera melongokkan kepalanya duluan, mencari saudarinya.
"Gue di sini, Quiv!" seru Shivera dari bagian dalam UKS, bilik yang dipisahkan oleh tirai. Begitu Quivera menyibak tirai untuk masuk, ia langsung dikejutkan oleh tangan Shivera yang dilapisi bongkahan es.
"Shiv! Lo gila! Cairin!" Quivera segera mencari baskom dan dispenser. Ia langsung mencampur air biasa dan panas supaya suhunya berubah menjadi hangat, kemudian merendam tangan Shiv di sana. Perlahan, bongkahan es itu mencair bersamaan dengan nafas lega dari si kembar.
"G-gue tadinya cuma mau bikin lapisan es..." Shivera sedikit terisak.
"Iya gue tau," Quivera mengoleskan surbolene di tangan Shivera yang kini sudah mengering. Proses penyembuhannya cepat sekali, meski harus membuat tangan Shivera hampir beku total.
oOo
Aya's note
Telat up, yang lain udah. Belakangan aku sering banget ketiduran tapi nggak inget kapan tidurnya.
Kalian pernah nggak begitu? Pas bangun, isi dompet nggak ada. Ternyata emang lagi bokek. Bukan karena kena hipnotis
@naomileon1 @Kanala01 aya
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti Kita Tahu Akhir Kisah Ini
Teen FictionDalam rangka cinta segitiga di antara kami bertiga, para author keturunan anak sultan, terimalah persembahan kami sebuah cerita bertajuk "NANTI KITA TAHU AKHIR KISAH INI" Kenapa kok judulnya kaya gini? Kami bertiga berikrar tuk membuat project menul...