Shivera menarik nafas. Sudah cukup pikirannya kacau karena saran konyol Quiv, rayuan receh Luca dan... tatapan mata Hide-- OH SHI*ET, kenapa gue jadi mikir itu lagi! Shivera menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Untung ia sedang kedapatan giliran duduk di deret belakang. Jadi anak-anak atau guru kelasnya tidak ada yang menyadari tingkah aneh cewek itu.
Faktanya, dua menit lagi bel pulang berbunyi.
Fakta yang lainnya, ini hari kamis, jadwal ekskul khusus sains.
Shivera menggaruk cepat cekungan di meja kayunya. Matanya sebentar-sebentar melirik jam yang bertengger di dinding depan. Sesekali ia melihat ke arah guru yang sedang bercuap-cuap soal field trip semester atau apalah itu namanya... Shivera tidak bisa fokus. Semua gerakannya hanya akting.
"Shiv, lo baik-baik aja?" Yolanda bertanya. Shivera jelas tidak bisa menipu teman sebangkunya.
Shivera hanya mengerutkan alis sembali menggeleng, "gue pindah eskul."
Urat pipi Yolanda terangkat sebelah, merasa heran, "lo bukannya emang baru pindah ke Robotic?"
"Gue pindah lagi, ke kelas yang lebih khusus, kelas sains."
Yolanda baru akan bertanya lebih jauh ketika suara berat seorang wanita paruh baya menyentak mereka, "jadi kalian sudah berpikir soal ajuan lokasi field trip, Shivera? Yolanda?"
Shivera menelan ludah sementara Yolanda menggigit bibir. Field trip di kelas satu itu bisa dinilai terlalu dini. Tapi bagi Meruya High School, semakin cepat mereka berlari, semakin cepat mereka menggapai mimpi. Jadi, di semester kedua tahun pertama siswa/siswi MHS diwajibkan mengisi angket perjalanan kunjungan. Tujuannya adalah tempat edukasi yang listnya sudah disediakan oleh pihak sekolah.
Soal pertanyaan mendadak dari guru wanita paruh baya itu... mana sempat Shivera memikirkannya! Tapi kalau memang diperbolehkan, gadis itu ingin sekali pergi ke satu tempat,
"Balai Besar Teknologi Konversi Energi."
Si Guru Paruh Baya sampai-sampai mengangkat sebelah alis, baru ia ingin mengatakan sesuatu namun bel pulang sudah berdering sangat nyaring. Hal itu membuat Ibu Guru langsung menutup kelas dan memilih untuk menjadikan jawab Shivera sebagai guyonan sore.
"Balai Besar what?" Yolanda hampir-hampir tertawa. Biasanya Field Trip biasanya dilakukan ke tempat-tempat yang sarat dengan edukasi, bukannya kunjungan industri.
"Yaa... lo kan bisa belajar gimana cara bikin motor, kue, ect, kalo berkunjung ke pabriknya," Shivera beralasan sembari meletakan binder catatannya di dalam tas.
"Terus kalo ke BBTKE lo mau belajar apa? Bikin energi, gitu?"
Shivera hanya menggeleng, Yolanda tidak tahu soal kekuatannya. Jadi mau dijelaskan seperti apa juga dia nggak bakal paham. Kemudian terdengar suara riuh dari arah luar kelas. Saat Shivera mendongak ia melihat Hideki berjalan lewat kaca. Beberapa cewek nyengir autis, terutama saat cowok itu ternyata masuk ke kelas Shivera.
Matanya... matanya yang gelap itu langsung menangkap sosok Shivera yang diam seribu bahasa. Kalau Quivera punya kekuatan untuk membekukan lewat sentuhan, Hideki berhasil membuat Shivera bergeming antara takjub dan heran. Hideki memberi kode pada Shivera untuk menghampirinya.
Shivera lantas menarik dirinya lagi. Tidak terima ia sempat terbang ke awang-awang karena cowok kece satu sekolahan datang khusus untuknya. Gara-gara ucapan Quivera, Shivera hampir hilang kewarasan. Gadis itu memakai tas dengan kasar lalu berjalan menghampiri Hideki setengah gusar. Ia tidak boleh menunjukkan ekspresi terpesona-- cih, menyebut katanya saja sudah bikin Shivera kesal. Hideki dulu adalah musuhnya, sekarang pun harus tetap sama.
"Saya perlu lihat tangan kamu," ucap Hideki tanpa tedeng aling-aling. Matanya yang gelap rupawan itu melihat ke tangan Shivera yang masih diperban.
"Gue nggak apa-apa," Shivera malah menyembunyikan tangannya ke balik badan. Sekilas Shivera dapat mencium aroma parfum. Shivera tidak tahu jenis parfum, tapi ia hafal aroma floral dari parfum sang ayah. Aromanya sama seperti Hideki sekarang, segar dan menenangkan.
Shivera menahan diri untuk tidak bertanya, kok lo wangi? Apa lo emang wangi?
"Sekali lagi ceroboh kamu bakal saya keluarkan dari ekskul Sains," tukas Hideki.
"Yang ceroboh bukan gue! Tapi Quiv! Itu juga karena lo--" ucapan Shivera terhenti karena tatapan mata Hideki menghujam matanya. Dan ketika itu terjadi, Shivera kembali menyadari kalau mata Hideki sangat indah. Shivera lantas menyentak wajah ke arah lain,
"terus sekarang gue jadi anak Sains kan?" cewek itu ngeloyor pergi keluar kelas. Tidak peduli pada belasan pasang mata memperhatikannya keluar bersama anak kepala sekolah yang fenomenal.
"Ya," suara Hideki tenor Hideki terdengar maskulin di belakang Shiv. Dalam hati gadis itu mengutuk, kenapa semua inderanya menjadi sangat waspada? Kenapa Shivera jadi sangat peka pada kehadiran Hideki. Ia jadi memperhatikan semua hal, bentuk mata cowok itu, suaranya, nada bicaranya, bahkan aromanya yang tadi tercium... detil-detil itu membuat kepala Shivera makin kacau. Parahnya lagi, sekarang jantung gadis itu mulai berdebar tak karuan!
Come on, Shivera, lo nggak boleh lupa alasan lo masuk ke MHS!
oOo
Authornya kelamaan sibuk sama pandemi
Doa buat kita semua selalu sehat
naomi-leon Kanala01 aya
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti Kita Tahu Akhir Kisah Ini
Ficțiune adolescențiDalam rangka cinta segitiga di antara kami bertiga, para author keturunan anak sultan, terimalah persembahan kami sebuah cerita bertajuk "NANTI KITA TAHU AKHIR KISAH INI" Kenapa kok judulnya kaya gini? Kami bertiga berikrar tuk membuat project menul...