[11] Open Member

665 147 228
                                    

Quiv tukang ngelantur!

Siang-siang ngasih berita nggak jelas!

Shivera misuh-misuh karena sikap saudara kembarnya yang tiba-tiba aneh. Nyuruh Shivera untuk pedekate dengan Hideki? Ngimpi saja Shivera ogah! Sekarang gadis itu sedang berjalan menuju lab. Komputer. Ekskul yang terpaksa ia masuki lantaran tidak bisa masuk ke ekskul Robotic.

 Ekskul yang terpaksa ia masuki lantaran tidak bisa masuk ke ekskul Robotic

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya. Shivera ingin sekali masuk ekskul Robotic yang erat kaitannya dengan dunia Sains dan Teknologi. Fasilitasnya lebih canggih ketimbang milik ekskul komputer. Tapi apa mau dikata? Kala Hideki si anak kepala sekolah sudah bertitah, semua orang yang terdaftar sebagai murid MHS mesti mengalah.

Ditengah emosinya yang tak stabil itu, Shivera mendengar suara orang memanggil, "Shi...vera!"

Hanya ada satu suara yang bisa membuat Shivera merinding disko. Suara cowok yang paling menyebalkan satu sekolah selain Hideki. Luca.

Shivera lantas menutup telinganya dan berjalan cepat-cepat menyusuri lorong menuju lab komputer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shivera lantas menutup telinganya dan berjalan cepat-cepat menyusuri lorong menuju lab komputer.

"Eit, eit, tunggu dulu dong!" Luca berhasil mengejar Shivera dengan berlari, bahkan sampai karet sepatu mahalnya berdecit dramatis. Ia berhasil menghadang langkah cewek itu.

"Ngapain sih lo antek orang femes ngangalangin jalan gue!"

Luca hanya melengos sedetik menanggapi omelan Shivera. Senyumnya tidak absen dari wajah. Baginya, meski galak Shivera tetap kelihatan imut.

Luca kemudian bertanya, "Kamu mau kemana?"

Mata Shivera menyipit. Dari dulu cowok ini sama sekali tidak kreatif, kalau ketemu pasti awalannya pertanyaan itu, 'mau kemana?'. Nanti kalau dijawab pasti dilanjut dengan kalimat, "aku anterin ya."

Tuh kan, padahal Shivera belum menjawabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh kan, padahal Shivera belum menjawabnya. "Luc, udah deh. Gue nggak ngerti harus gimana ngadepin lo, sumpah. Sama kayak temen lo tuh, Hideki. Gue nggak tahu apa yang kalian berdua rencanain, pikirin, bla bla bla. Please, jangan ganggu gue, oke?" gadis itu hendak beranjak meninggalkan Luca. Namun dengan cepat Luca menahan sikunya.

"Wait, hei, su'uzonkamu, nggak boleh su'uzonsama orang. Hideki aja yang kamu musuhin, aku jangan."

Shivera memutar kedua bola matanya, malas. Sedari kelas satu, sejak mereka pertama kali bertemu, sikap duo Hideki-Luca sudah terlihat aneh. Hideki sangat dingin pada Shivera dan semua cewek yang ada di MHS. Sebaliknya, Luca justru sangat welcome, humble, menyenangkan, gampang berkomunikasi akrab pakai kata sebut 'aku-kamu' yang bisa bikin Shivera merinding. Yang pasti dua-duanya adalah saingan Quivera untuk mendapatkan gelar The Most Eligible Boyfriend di MHS. Silahkan saja bikin vote, Shivera bakal abstain.

"Berhenti kasih gue gombalan receh kalo lo mau gue berhenti su'uzonsama lo."

"Deal." Luca manggut-manggut, "aku mau kasih kabar baik nih sebetulnya."

Kedua alis mata Shivera terangkat. Kalau tidak sedang menggobal receh, sebetulnya Luca bisa diajak ngomong. Jadi Shivera agaknya penasaran dengan informasi yang akan Luca berikan.

"Kabar baik apa?"

"Say; I'll have a lunch with you, dulu. Baru aku kasih tahu."

Omaigat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Omaigat. Shivera berbalik untuk meninggalkan Luca namun siku tangannya ditahan lagi.

"Nggak, nggak! Bercanda! Jam makan siang udah lewat. Ini udah sore-udah sore," sambar Luca, meralat kata-katanya barusan. Shivera kini hanya diam menatap Luca dengan sorot; keluarin gombalan receh lo sekali lagi, gue bakal bikin lo kejang-kejang.

"Kamu mau ke lab. Kom, kan? Mau ekskul? Keluar aja dari ekskul IT."

"Kenapa lo jadi ngatur-ngatur ekskul gue?"

Luca berdecak, "karena aku tahu yang sebenernya pengen kamu masukin itu, ekskul Robotic, ya kan?"

"Sok tahu. Gue emang niat masuk ekskul IT kok. Visi misi gue agar bisa menciptakan virus supaya suatu saat bisa gue tularin ke PC lo sama Hideki."

"Jahat amaat buu." Luca meringis. "Tapi Shiv, kabar baik aku ya... itu. Hideki open memberbuat cewek di club Robotic."

Shivera teranganga sebelum akhirnya berkata agak histeris, "Hah!? Hideki? Hideki yang super cuek, dingin, songong mentang-mentang anak kepsek itu? Nerima anggota cewek?"

"Kalau mau jelek-jelekin orang lebih baik di depannya," suara tenor nan maskulin seorang cowok membuat Shivera dan Luca menoleh serta merta ke sumber suara. Tepat beberapa meter berserongan dari posisi mereka, Hideki sedang berdiri angkuh. Kedua tangannya masuk ke kantong celana seragam. Kakinya yang jenjang melangkah mendekat pada Shivera dan Luca.

 Kakinya yang jenjang melangkah mendekat pada Shivera dan Luca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana agak tegang. Apalagi setelah jarak Hideki hanya tersisa dua langkah dari posisi Shivera. Mata Hideki yang gelap dan dingin menatap Shivera lamat-lamat.

"Mungkin kamu mau bikin PC saya rusak karena virus, tapi kamu punya kesempatan untuk aktif di klub Robotic. Meski songong, saya nggak pernah sentimen sama orang yang mau ngejahatin saya."

oOo

Nanti Kita Tahu Akhir Kisah IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang