Quivera boleh menyombong kalau ia adalah cowok paling digilai cewek-cewek sedari Meruya Sky High berdiri, tapi klaimnya selalu batal tiap ia bertemu seorang wanita bernama Vera.
Vera, familiar dengan namanya? Pasti. Coba cek bab pertama.
Wanita itu sekarang menyandarkan punggungnya di sisi mobil SUV-nya. Ia masih mengenakan blazer serba hitam, tanda baru pulang bekerja. Sebuah koper besar masih teronggok di bagasi mobil, tanda ia baru pulang bekerja dari sebuah penugasan panjang di tempat yang jauh. Ia melipat tangan di dada.
"Quivera..." Suara perempuan itu mengalun lembut. Tapi dilapisi ketegasan.
Quivera menundukkan kepala dalam-dalam.
"Quivera," panggil perempuan itu lagi.
"Mamaahhh!" Quivera lari menghambur, buru-buru menyambar tangan Mamanya untuk dicium. "Selamat datang Mam, kali ini bukan karena Quiv, Ma, sumpah! Beneran bukan gara-gara Quiv!" Quivera memasang wajah memohon campur aegyo campur puppy-eyes terbaik yang ia punya, supaya perempuan itu mau percaya padanya.
Vera, Ibu Shivera dan Quivera, mengangkat alisnya. "Bukan kamu?"
"Bukan! Mama tanya aja sendiri ke Shiv! Shiv, jelasin, Shiv!" Quivera menengok ke arah saudara kembarnya yang malah duduk santai berselonjor dengan kaki sakit berbalut perban. Dampak jatuh saat bertugas di pabrik es kemarin. Segelas susu hangat di sisi kanan, sisi kiri semangkuk indomie telur.
"Gimana ya, Mam...." Shivera pura-pura mengaduh, wajahnya dramatis. "Bukan gara-gara Quivera sih... yah, bukan gara-gara dia secara langsung."
"Shiv!"
"Quiv jangan teriak-teriak, adikmu lagi sakit."
Quivera mendesis mengkeret. "Maaf Mam." Cowok itu mengerutkan wajahnya kepada Shivera, memberi tatapan please-please-please Shiv 3000x
"Siapapun yang salah itu udah nggak penting, Mam. Yang penting Quivera udah menebus kesalahannya dengan gendong aku di punggung dari pabrik es sampe rumah." Shivera menggelengkan kepala penuh akting.
Quivera menahan diri untuk melempar bantal ke muka Shivera.
"Yah, bagus kalau kalian langsung baikan." Mama mereka menepuk punggung Quivera dengan lembut. Quivera langsung mengembuskan nafas lega. "Quiv pasti sudah tahu kan kalau Mama ingin sekali Quiv jaga Shivera dengan baik?" Wanita itu melanjutkan.
"Oiya, tolong angkatin koper Mama ke kamar."
"Beres Mah."
"Mama pengen es lemon tea."
"Siap Mah."
"Es batunya yang bentuk bintang."
"Segiempat apa segienam Mah?"
"Dua-duanya."
"Siap Mah."
Shivera menenggelamkan kepalanya ke bantal-bantal di sofa, menahan tawa ngakak yang nyaris meledak. Hanya sekali dalam sebulan ia bisa menonton adegan ini dengan bahagia, yaitu ketika Mama mereka pulang dari perjalanan dinas yang panjang.
Pada saat yang langka itulah Quivera yang biasanya buang-buang cewek kaya buang bungkus permen sepanjang trotoar, mendadak jadi kaya anak kucing yang ketakutan mojok di sudut kandang. Dari semua wanita di dunia ini, cuma Vera yang bisa melakukannya.
"Jangan ketawa melulu, awas kalo Mamah udah nggak ada!" Quiv mendesiskan ancaman.
"Ma ~maaaaaah...."
"Ampun Shiv...ampun."
Semua itu bukannya tanpa alasan. Dari sejak lahir, Shivera-Quivera selalu memiliki perbedaan level kekuatan. Kekuatan Quivera selalu lebih besar, lebih solid, lebih berdampak. Bila Quivera menginginkannya, ia bisa membekukan banyak hal dalam sekejap dengan sangat akurat, tanpa terhalang jarak.
Sementara Shivera harus bersusah payah mengontrol dan memfokuskan kekuatannya untuk memberikan hasil yang signifikan. Kekuatan Shivera selalu lebih lemah, tumbuh dengan lambat, tak beraturan dan Quivera terlambat menyadarinya. Quivera selalu mengira Shivera sama dengannya.
Quivera tak pernah menyadarinya sampai suatu suatu saat ketika mereka kecil, Shivera entah mengapa gagal menangkis dan melindungi dirinya dari keisengan Quivera. Mama merek menjerit sebisanya dan melarikan Shivera ke rumah sakit dimana gadis kecil itu demam tak sadarkan diri berhari-hari.
Sejak itu Quivera dilarang menggunakan kekuatannya pada Shivera.
...dilarang menggunakannya di depan Mamanya, maksudnya.
oOo
Author's Note
Mangap aing keboboanbmaren mau update
naomi-leon Kanala01 Aya cantiknyaaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanti Kita Tahu Akhir Kisah Ini
Teen FictionDalam rangka cinta segitiga di antara kami bertiga, para author keturunan anak sultan, terimalah persembahan kami sebuah cerita bertajuk "NANTI KITA TAHU AKHIR KISAH INI" Kenapa kok judulnya kaya gini? Kami bertiga berikrar tuk membuat project menul...