☆Eighth★

2.3K 298 29
                                    

»—>✧༺🖤༻✧<—«

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

»—>✧༺🖤༻✧<—«

SOOBIN terbangun dengan suasana hati yang luar biasa bahagia, sinar mentari menerobos masuk melalui celah jendela kamarnya yang elegan, tanda bahwa suasana langit yang cerah di pagi hari ini sama seperti suasana hatinya.

Bahkan Soobin tak berhenti tersenyum pagi ini, mimpinya sungguh indah semalam.

Badannya ia bawa duduk, dan di renggangkan untuk merilekskan otot-ototnya yang menegang. Matanya masih terpejam, tangan kanannya menggaruk tengkuknya sembari memamerkan senyum lembut yang terpatri jelas di wajah yang selama ini hanya menampilkan raut arogan nan mengintimidasi.

Tok tok tok

"Tuan, Ayah Tuan menyuruh saya untuk membangunkan anda. Beliau mengajak anda untuk sarapan bersama." ucap seorang wanita dari balik pintu kamarnya.

Soobin mengernyit bingung, matanya yang semula terpejam sekarang ia paksa lebarkan dengan raut wajah kebingungan yang menyertainya.
"Tumben sekali appa mengajakku sarapan?" gumam Soobin lalu setelahnya memilih mengedikkan bahunya acuh.

"Tunggu sebentar, aku akan menyusul." tambah Soobin dengan nada ia naikkan beberapa oktaf.

Soobin kemudian menggeser tubuhnya kearah pinggir ranjang, memilih untuk menjatuhkan tungkainya kebawah untuk menapak. Dan mengumpulkan nyawanya untuk melangkah kearah kamar mandi untuk membasuh wajah bantalnya.

Namun sebelum melangkah, susunan memori tentang semalam melintas di otaknya. Membuat senyumnya yang luntur kemudian kembali mengembang karena bisa melihat senyum yang dipuja nya sangat dekat, bahkan dengan waktu yang cukup lama.

"Aishh! Huening Kai, kau mengganggu pagiku. Tetapi itu menyenangkan, dan tak apa! Aku tak keberatanㅡ" Soobin melangkahkan kakinya kearah toilet dengan nyawanya masih diambang kesadaran.
"ㅡKai! Berhenti menganggu pikiranku!" gumamnya tanpa sadar dengan wajah bodohnya yang masih saja menampilkan senyum menjijikan, walau tak bisa dipungkiri wajah itu masih tampan dan enak untuk dilihat.

.

.

.

.

"Soobin? Nyawamu sudah terkumpul?" suara bariton ayahnya menyapa telinga Soobin yang masih berjalan kearah meja makan.

Soobin tak menjawabnya, ia hanya berdehem panjang lalu memilih untuk menggeser bangku dimeja makan itu dan mendaratkan bokongnya di sana.

[✔] He Is Mine - SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang