☆Fourteenth★

2K 268 29
                                    

»—>✧༺🖤༻✧<—«

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

»—>✧༺🖤༻✧<—«

"MOMMYY! Maamaaaaam!"

"Aigo... Sewoniee lapar? Baby Wonie mau makan?"

Balita itu mengangguk antusias. Kai menghela nafasnya, maniknya ia lempar kearah Soobin yang masih terpaku menatap kearahnya. Masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dan masih tidak ingin menerima kenyataan pahit yang menyesakkan di dada.

"D-daepyonim..."

Manik tajam milik Soobin mulai jatuh kearah Balita usia tiga tahun lebih yang berada di dekapan Kai. Menatapnya dengan dalam dan pandangan yang Kai tak tau apa arti pandangan tersebut, rasa sesak dan perasaan kecewa yang teramat sangat menyakitkan timbul di hati Soobin. Soobin tak tau dari mana rasa sesak itu berasal, yang jelas ia tak mau terus-terusan merasakan sesak ini. Sungguh layaknya beban berat menancap di dadanya sekarang, sangat sesak dan perih sekali melihat Kai yang sudah memangku batita usia dua tahun.

Ketakutan akan perspektifnya ternyata berubah menjadi nyata tadi. Dunia Soobin runtuh layaknya harapan yang tidak bisa digapai lagiㅡ Well, mungkin ini harapan terbesar Soobin yang tidak pernah Soobin sadari selama ini.

"Belilah yang harus kau beli Kai-ssi, jangan biarkan anak itu kelaparan." ujar Soobin sembari tersenyumㅡsendu.

Kai mengangguk kikuk, ia mengucapkan terimakasih banyak kepada bosnya yang sudah pengertian kepadanya.

Merasa sang ibu sedang berbicara dengan seseorang. Balita tersebut langsung menengok kearah sumber suara, lalu tersenyum sumringah karenanya.

"Daddyyy?" pekik balita itu dengan semangat.

Bola mata Kai dan Soobin langsung membola. Kai bergerak menggelengkan kepalanya dengan ribut, menaruh jari telunjuknya kearah bibir ranum nya mengisyaratkan kepada anaknya untuk berhenti mengatakan hal tersebut.

"Aniya, Daepyonim bukan Daddymu Sewonie."

Sewon menggerakan kepalanya ke kanan kekiri, mengikuti pergerakan sang ibu tadi sambil mencebikkan kedua bibirnya kesal.

"Noㅡno! Itu bukan Peyyonim! Itu Daddy!" Sewon bersikeras menunjuk Soobin sebagai daddynya. Tak sadar jika yang ditunjuknya hanya bisa mematung mendengar penuturan anak kecil tersebut, relung hati yang tadi sesak kian menghangat walau rasa sesak masih mendominasi hatinya.

"Baby Wonie~, jangan berkata seperti itu. Itu tidak sopan, dia bukan Daddymu."

Mata Sewon bergerak kearah Kai dengan pandangan berkaca-kaca. Air mata kemudian jatuh ke pipinya. Dia menangis dengan tersedu-sedu, membuat Kai mengerang frustasi karenanya.

[✔] He Is Mine - SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang