Terbuka

3.5K 440 48
                                    

Jihoon berbahagia karena hari ini adalah hari terapi terakhirnya. Dokter mengatakan seluruh anggota geraknya sudah dapat bekerja sebagaimana mestinya dan itu adalah kabar yang amat sangat baik.

Walau Soonyoung, Wonwoo, dan Hansol tidak bisa menemani di terapi akhirnya tadi, ia tetap berbahagia.

Jihoon paham ketiga orang itu sibuk dengan status mereka sebagai mahasiswa dan sebagai anggota Quattuor Coronam. Maka dari itu ia tidak merasa kecewa.

Sambil menunggu salah seorang atau ketiga orang yang dekat dengannya itu menjemput, Jihoon memainkan laptopnya kembali.

Lumayan untuk mengisi waktu luang.

"Eoh?"

Ada satu pesan yang belum ia baca. Dikirim 5 menit lalu.

'Aku kebetulan ada di tempat yang sama dengan Fox. Ambulancenya adalah milik St. Carat Hospital. Mian, hanya ini yang bisa kulakukan.

Selene.'

Deg.

Deg.

Deg.

Jihoon membeku.

Di bawah pesan itu ada sebuah foto yang membuat dunia namja itu runtuh seketika.

Tangannya bergetar hebat kala memperbesar gambar yang dikirim Selene.

Jihoon tahu bahwa ia sudah gagal dalam melindungi orang terdekatnya. Ia sadar bahwa ia terlalu menganggap remeh keadaan belakangan ini.

Tanpa berbuat lebih ia menghubungkan jaringan gawat darurat dari laptopnya ke nomor telepon Soonyoung.

"Yeoboseyo..."

"Soon... Wonwoo hyung kecelakaan."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Debut berlari Jihoon adalah menuju ke bagian UGD di rumah sakit yang selama lebih dari empat tahun menjadi tempatnya tinggal.

Jihoon bisa melihat beberapa pengawal yang Hansol kirim untuknya juga ikut mengikutinya.

"Saya sudah menghubungi Boss besar, tuan muda." Ucap salah satu pengawal itu.

Jihoon tak membalas dan masih tetap berlari.

"Permisi. Adakah korban kecelakaan atas nama Wonwoo?" Tanya Jihoon.

Keringat terlihat mengalir di pelipisnya dan seragam rumah sakit yang masih melekat di badan Jihoon terlihat acak-acakan.

"Jihoon-ssi? Tidak. Tidak ad-"

Ucapan perawat yang mengenal Jihoon itu terputus oleh suara ambulance yang muncul dan berhenti di depan pintu UGD.

Jihoon langsung menuju kesana dan ia bisa melihat Wonwoo diturunkan dari mobil ambulance.

Ingin rasanya Jihoon menangis melihat sang hyung yang berlumuran darah dan tak sadarkan diri.

"Hyung!" Ucap Jihoon sambil mendekati hyungnya.

Salah seorang perawat menahan dirinya untuk mendekat dan membawa Wonwoo menuju ke dalam.

Jihoon saling meremat kedua jemarinya mencoba menenangkan dirinya walau ia tahu itu sia-sia. Tubuhnya bergetar hebat dan ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa hyungnya ditangani oleh orang yang tepat.

Quattuor CoronamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang