Tipu Daya

3.8K 457 20
                                    

Tumpukan bunga bernaneka jenis memenuhi meja ruang keluarga mansion Choi.

Terlihat sang Nyonya Besar Choi, Kihyun, sedang asyik merangkai bunga untuk diletakan di seluruh sisi mansion.

Kegiatannya yang mengasyikan itu terganggu oleh suara langkah sang anak tengah yang terdengar gusar.

Jisoo terlihat melewati sang eomma begitu saja untuk menuju tangga.

"Jisoo-ya..." Panggil Kihyun.

Jisoo menghentikan langkahnya dan menunjukan wajahnya yang sudah penuh dengan air mata ke hadapan sang eomma.

Kihyun tertegun. Selama kehidupan Kihyun, ia baru melihat Jisoo menangis kali ini.

Ia meletakan bunga mawar putih yang ia pegang dan dengan langkah cepat, Kihyun menuju ke arah Jisoo dan menyentuh wajah cantik itu.

"Apa yang terjadi padamu, chagiya?"

Jisoo memeluk sang eomma dan menangis keras di pundak kecil itu.

Kihyun mengelus surai Jisoo dan membiarkan sang anak menangis kencang.

Para pelayan yang ada di area itu mulai meninggalkan mereka untuk memberi privasi ibu dan anak itu.

"Eomma... Ini menyakitkan... hiks... Seokmin.. di..dia..."

Kihyun menyerit kala mendengar nama Seokmin disebut.

Tubuh mungil Kihyun membawa Jisoo ke sofa ruang keluarga. Ia mendudukan Jisoo yang tak mau melepaskan pelukannya. Dengan sabar Kihyun menanti tangis anaknya mereda.

Tak lama, Kihyun merasakan sensasi bergetar di area pinggangnya.

Sambil tangan kirinya menepuk puncak kepala Jisoo, tangan kanan Kihyun meraih smartphonenya yang ada bagian pinggang apron yang ia kenakan.

Ada satu pesan disana dan itu dari Seokmin.

'Eomeoni, aku dalam masalah. Tolong bantu tenangkan Jisoo hyung dulu, kumohon. Aku akan ke rumah setelah rapat direksi. Gomawo eomeoni.'

Kihyun tersenyum kecil lalu meletakan smartphone itu kembali ke tempatnya.

Dalam benak Kihyun terpikirkan bahwa hal yang mampu membuat sang anak menangis kencang seperti ini adalah sosok kepala keluarga Lee itu.

Sekitar sepuluh menit Jisoo menangis dengan isakan yang menyedihkan. Kini ia terlihat mulai agak tenang.

Kala ia sudah tenang sepenuhnya, Jisoo mengangkat kepalanya dan menghapus sisa air mata yang masih ada di wajahnya.

"Mian eomma. Aku menangis seperti anak kecil." Ucap Jisoo lirih.

Kihyun mengusap wajah anaknya dengan lembut. Ia bisa melihat mata Jisoo yang berwarna merah dan mulai membengkak.

"Jadi ceritakan apa yang terjadi pada eomma." Kata Kihyun.

Pada akhirnya, Jisoo menceritakan bagaimana Seokmin yang terlihat uring-uringan dan tak mau menceritakan hal yang terjadi hingga ke berita yang Jisoo baca tadi. Bagaimana perasaan Jisoo yang merasa tak dianggap karena Seokmin enggan berbagi kesusahan kepadanya.

"Coba ulangi. Dengan siapa Seokmin bertunangan?" Tanya Kihyun ingin memastikan pendengarannya.

"Keluarga Yoo, eomma." Jawab Jisoo.

Jisoo sudah terlihat lemas dan tak bergairah. Wajah penuh ketenangan sudah menghilang entah kemana. Yang tersisa adalah wajah yang mulai memucat dengan mata merahnya.

Kihyun menaikan satu alisnya dan menyeringai setelahnya.

"Chagiya, masuklah ke kamarmu dan istirahatlah. Tenangkan dirimu dan pulihkan tenagamu, ne? Pelayan akan datang untuk mengompres matamu."

Quattuor CoronamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang