Bagian 44

764 31 0
                                    

PS: jangan jadi pembaca gelap

Selamat membaca

"Jadi gimana kita jadi kan bikin tenda?" tanya Yora dengan semangat membara.

Ratu, Ana dan Yora, ketiganya sekarang tengah berada di salah satu cafe. Siang-siang panas begini emang paling enak nongkrong di tempat tongkrongan anak remaja, yah, hanya ingin mendinginkan otak dari tugas-tugas sekolah yang mulai dari sekarang hingga tiga minggu kedepan akan tiada karena libur semester.

Tempatnya yang memang di disain untuk ukuran remaja membuat kesan nyaman saat datang menyambut siapa saja. Tempatnya sejuk dan bersih, lagi banyak spot foto yang keren untuk di gunakan bahan background untuk di posting di media sosial masing-masing.

"Males Yora," balas Ana pelan.

Gadis itu mendesah pelan, seraya mengambil tangan Ana lalu menggenggamnya erat, sebentar lagi akan ada rengekan yang keluar dari mulut Yora, tunggu saja.

"Na satu malam aja udah gak sampai berhari-hari kok," bujuk Yora menggoyang-goyangkan lengan Ana pelan. Ana mendesis pelan mendengarnya.

"Ribet ya lo," kesal Ana.

"Ratu lo mau kan?"

"Ngikut aja, di rumah gue ya." cengir gadis itu.

"Ah malesin lo berdua, yaudah deh." balas Ana sedikit terpaksa.

"Yes!" girang Yora tersenyum lebar.

"Ra," panggil Ana pelan seraya menegak minumannya.

"Hmm,"

"Kemarin, lo di bawa kemana sama Raja?" tanya Ana sedikit ingin tahu, ingat ya hanya sedikit.

Ratu tersenyum singkat, menegakkan tubuhnya pada kursi dengan pandangan lurus kedepan.

"Di bawa ke danau, dia minta maaf," ujar Ratu pelan.

"Apa katanya," timbrung Yora tertarik dengan topik.

"Dia brengsek, gak pantas jadi yang gue sayang dan percaya. Terus minta maaf, udah." ucap Ratu menjelaskan cukup singkat, inti dari pertemuannya kemarin bersama Raja.

"Memang brengsek, bagus deh kalo menyadari." balas Ana dingin.

"Lo maafin Ra?" tanya Yora.

"Gak tau," bingung Ratu.

"Kok?"

Ratu terdiam di tempatnya, tidak bisa menjawab pertanyaan dari Yora. Kemarin memang dirinya mengatakan memaafkan Raja, tapi sepertinya untuk mengucapkan kata itu sekarang cukup susah, padahal kemarin-kemarin diri itu dengan lancar mengucapkannya.

Ratu masih bingung dengan apa yang dirasanya, tentang perasaannya, tentang kemauan dirinya, dan tentang hatinya. Semuanya nampak abu-abu bagi Ratu, cukup susah meng ekspresikannya dan cukup susah mendeskripsikan apa yang dimaui dirinya untuk masalah satu ini.

Bagaikan gadis labil yang di minta memilih salah satu barang kesayangan, Ratu sedang dalam posisi itu. Mau mengatakan yang di benak terasa berat, dimintai penjelasan singkat tidak bisa menjawab. Seperti menyelesaikan soal olimpiade matematika tingkat nasional, sesusah itu menjawab apa yang ada di dalam hatinya.

 DOUBLE R [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang