Ichiro masih termenung ketika Naoki pergi dan Gien masih di sana dan menoleh pada Ichiro yang juga melirik padanya.
"Astaga..." Ichiro tidak percaya dengan matanya karena makhluk di depannya ini terlalu indah. Rambut silvernya terlihat sangat halus dan berkilau. Mata kuning keemasannya seperti mata kucing yang tajam dan jernih. Dan hidung yang mancung serasi dengan bibirnya tipis dengan garis yang agak lebar.
Saat tersenyum dia menunjukkan taringnya membuat Ichiro merinding dan berdiri. "A-aku permisi."
"Kenapa dia yang permisi padaku? Kan dia yang punya rumah?" Tanya Gien keheranan memandangi Ichiro yang berjalan cepat ke ruang kerjanya.
"Hiiih... mimpi apa aku tadi malam sampai bisa melihat iblis? Sebentar, adikku sekarang menjadi perempuan. Aku harus bagaimana? Mengoperasi dia? Tapi tadi dia terlihat mungil sekali, hahaha. Naoki bisa jadi semungil itu. Astaga, kenapa aku tertawa. Ya ampun otakku sudah tidak beres gara-gara melihat iblis." Ichiro duduk di kursinya dan menutup mata menenangkan diri.
"Aku harus bagaimana ya? Kasihan Naoki. Di tubuh wanita seperti itu. Tapi dia cantik juga," kata Ichiro sambil membuka mata dan menopang dagu.
"Aduh... aku tidak tenang..." kata Ichiro mengambil tas kerjanya dan keluar ruangan untuk berangkat ke ke kantor.
###
"Yang benar saja..." Ichiro membaca pesan dari Naoki yang mengatakan kalau dia akan menyewa apartemen dan membeli beberapa barang untuk di apartemen itu.
"Dia tidak di rumah?? Aaa... aku tidak akan bertemu adikku setiap hari lagiii??" Tanya Ichiro dengan mata berkaca-kaca.
"Kachou-sama, maaf menganggu. Rapat akan di mulai." Seorang staf muncul dari pintu ruangan Ichiro.
Ichiro menoleh padanya dan mengangguk. "Iya, aku akan ke sana."
"Kamu sayang sekali dengan adikmu ya?"
"Astaga." Ichiro kaget sampai dokumen-dokumen yang dia pegang terjatuh.
Gien berjalan pelan mendekati Ichiro yang matanya tak berkedip menatap Gien.
"A-ada apa ke sini?" Tanya Ichiro panik. Jujur dia takut sekali karena menyadari di depannya ini adalah iblis. Walau visualnya benar-benar seperti mimpi. Terlalu tampan dengan wangi yang tidak pernah Ichiro tau apa itu. Auranya yang gelap membuat Ichiro merinding tapi juga membuat jantung tak tenang. Kulitnya sangat mulus seakan dipoles sedemikian rupa oleh pematung profesional. Tubuh yang sangat tinggi dan bahu yang lebar dan bidang serta garis-garis leher yang tegas dibalut baju hitam seperti pangeran kegelapan. Ichiro seperti sedang berada di dalam film fantasi.
"Kamu jangan takut. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu," kata Gien tersenyum dan duduk di kursi Ichiro.
Ichiro memandanginya dan ingat kalau dia ditunggu di ruang rapat.
"Aku tidak tau kenapa kamu ke sini, tapi aku sedang sibuk jadi aku permisi." Ichiro bergegas keluar ruangan diikuti oleh tatapan Gien.
"Tapi ini kan ruangan dia, kenapa dia yang permisi?" Tanya Gien menelengkan kepalanya.
Ichiro mengikuti rapat dengan setengah sadar karena setengahnya lagi memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk Naoki.
"Apa dia bisa mengurus dirinya di sana? Siapa yang akan menyiapkan bajunya? Dan sarapan juga makan siangnya? Aku tidak mungkin mengirim pelayan untuk tinggal di apartemen itu untuk melayaninya. Astaga... adikku yang malang," batin Ichiro pusing sambil memijit dahinya.
"Kamu tidak usah khawatir. Adikmu sudah besar kan? Sekalian bisa belajar mandiri."
"Astaga," Ichiro kaget sampai mundur dengan kursinya membuat semua peserta rapat ikut kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With The Devil (Yaoi) [Completed]
RomanceIchiro pusing memikirkan adiknya yang berubah menjadi perempuan karena kelakuan seorang Iblis yang dengan mudahnya muncul di depan dia yang tidak siap. dan Iblis itu mulai sering menampakkan dirinya dan menganggu Ichiro. Ichiro yang semula bingung d...