Chapter 19

1.6K 181 19
                                    

"Naoki... kamu tidak apa-apa? Kamu panas sekali... astaga..." Ichiro mengompres dahi Naoki dengan panik. Naoki demam dan hanya tidur saja dengan tubuh lemas.

Ichiro mengambil tas dan membuka dompetnya. Berharap uangnya cukup untuk membeli obat Naoki. Tapi Ichiro juga tidak berani meninggalkannya.

Ichiro menutup matanya dan menarik nafas. "Aku akan berlari ke toko obat agar bisa secepatnya sampai. Naoki, aku beli obat dulu ya. Aku tidak akan lama." Ichiro mengecup dahi Naoki dan bergegas keluar rumah.

Ichiro berlari ke toko obat yang lumayan jauh dari sana. Dan hujan lebat tiba-tiba turun saat dia akan pulang.

"Oh tidak..." Ichiro menatap langit dengan sendu.

"Aku harus cepat sampai rumah. Tapi tidak ada payung. Sudahlah, aku terobos saja." Ichiro kembali berlari di tengah derasnya hujan dan juga di musim gugur.

"Uwaaah!!" Ichiro tergelincir karena terlalu kencang berlari dan terhempas ke aspal dengan lengan lebih dahulu.

"Aduuh..." Ichiro bangun dan memeriksa obat yang dia bawa.

"Syukurlah aman.." Ichiro berdiri dan mengusap sikunya yang luka dan mengalirkan darah. "Harus cepat, Naoki sendirian di rumah."

"Hah... haah... dingin..." Ichiro sampai di rumah dan bersin.

"Haa... ganti baju dulu..." Ichiro bergegas mengganti baju dan meminumkan obat pada Naoki. Naoki mengigil walau tubuhnya panas.

"Naoki... kamu yang kuat yaa..." bisik Ichiro mengusap rambut Naoki yang basah karena keringat dan air kompres.

Ichiro juga mengigil karena tidak ada pemanas ruangan di rumah mereka. Ditambah terkena hujan saat berlari sejauh itu membuat Ichiro semakin kedinginan.

Gien yang baru saja datang termenung melihat Ichiro berbaring mengigil di lantai tanpa selimut. Selimut hanya sehelai dan Ichiro memakaikannya pada Naoki.

"Apa kamu hujan-hujanan tadi? Ichiro..." Gien mendekati Ichiro yang mulai mengantuk walau dia pucat karena kedinginan. Dia menyadari ada luka lebar di sikunya. Gien mengusap luka itu sampai tidak terlihat lagi.

Gien berbaring di belakang Ichiro dan memeluknya. Sehingga panas tubuhnya mengalir dan melingkupi Ichiro. Ichiro pun tidak mengigil lagi dan tertidur nyenyak.

Gien tersenyum mengecup kepala Ichiro dan menjaga Ichiro juga Naoki semalaman.

###

"Hmmm.. jangan melihat dia! Ya ampun matamu! Huh!" Gien yang cemburu heboh sekali ketika Ichiro yang sedang belajar di perpustakaan melirik sesekali pada Nami yang membaca buku di depannya.

Ichiro menulis di bukunya dan merobek kertas itu. Sambil menghitung-hitung uang di dompetnya, dia berdiri dan berjalan mendekati Nami dan meletakkan buku yang ada kertas itu di sela helaiannya.

Nami mengangkat kepalanya menatap Ichiro dan termenung karena terpukau dengan ketampanannya. Ichiro tersenyum dan pergi dari sana.

Gien ingin mengambil kertas itu namun Nami dengan cepat mengambil kertas itu dan membacanya.

"Awas ya? Kalau kamu pergi dengan dia. Akan aku siram. Akan aku turunkan hujan api!" Kata Gien emosi pada Nami yang tersenyum membaca tulisan indah di secarik kertas itu.

Ichiro menunggu di cafe di pusat kota. Karena di kertas itu dia meminta Nami datang ke cafe itu dan mengobrol di sana. Sesekali melihat jam di dinding untuk menghitung berapa lama lagi sebelum dia masuk kerja part time-nya sebagai pengantar makanan.

Gien duduk di depan Ichiro menopang dagu menatapnya. "Apa kamu tau aku sangat cemburu? Sayangnya aku tidak boleh memporak-poranda kota ini. Kenapa kamu harus jatuh cinta? Kenapa tidak fokus saja pada Naoki. Aduh... iya aku tau kamu manusia, dan sudah hampir dewasa. Tentu saja kamu akan tertarik pada wanita. Tapi aku tidak terimaaa..."

I'm In Love With The Devil (Yaoi) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang