Feil memperhatikan Ichiro yang tertidur setelah Feil menjejalkan makanan ke mulutnya. Karena kenyang, Ichiro jadi mengantuk. Setidaknya Ichiro masih merasa mengantuk yang membuat dia tetap terlihat sebagai manusia.
"Aku tidak bisa membayangkan lelaki sebaik ini akan bersikap seperti iblis ke depannya. Apalagi kalau semakin lama bersama Gien. Sedangkan sekarang saja kalau diam tatapannya begitu mengintimidasi. Padahal aku sendiri iblis tapi aku merasa tidak nyaman. Dan pesonanya jadi semakin kuat dibanding sebelumnya. Saat masih manusia biasa saja pesonanya sudah sekuat itu. Aku rasa Gien juga semakin tergila-gila padanya," batin Feil dan menyandarkan punggungnya ke dinding kayu di belakangnya.
"Besok bagaimana ya? Aku tidak bisa memikirkan bagaimana caranya agar mereka bertemu," pikir Feil lagi sambil memainkan lampu api kecil itu di tangannya. Dan mengarahkannya kembali ke tengah ruangan.
Gien duduk di dekat jendela dan menatap keluar. Rasanya hampa sekali bahkan tidak bisa berpikir. Yang ada di kepalanya hanya Ichiro, dan Ichiro saja.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa dia tidak apa-apa selama dua bulan di sana? Apa dia merindukanku? Atau dia melanjutkan hubungannya dengan wanita itu? Aargh!" Gien memukul kaca jendela itu sehingga pecah, namun kemudian kembali seperti semula.
"Bagaimana ini... aku ingin menemuinya... aku sangat merindukannya... Ichiro..." Gien memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya dibalik lengan.
"Aku tidak pernah merasa begitu menderita seperti ini. Aku bahkan menyakitinya sebelum aku menghilang begitu saja. Aku tidak ingin dia membenciku. Aku tidak ingin dia melupakanku. Tidak... Ichiro... apa yang harus aku lakukan..."
Ichiro membuka matanya dan merasakan pipinya basah. "Gien..." panggil Ichiro. Dia seperti mendengar suara Gien memanggil namanya.
"Ada apa?" Tanya Feil dan menyadari mata Ichiro yang berkaca-kaca.
"Aku mendengar suara Gien. Aku yakin aku mendengarnya. Dia memanggil namaku," kata Ichiro menatap Feil tak percaya.
"Apakah, apakah aku memang bisa mendengar suaranya? Katakan padaku, aku bisa mendengar suaranya?" Tanya Ichiro mendekati Feil yang kebingungan.
"Aku tidak tau. Aku tidak pernah menghadapi hal seperti itu. Mungkin kamu bermimpi," jawab Feil menggaruk kepalanya.
Ichiro terdiam dan mencoba kembali mendengar suara Gien. Namun tidak terdengar apa-apa.
"Hahaha... aku sudah berhalusinasi..." Ichiro tertawa dengan air mata mengaliri pipinya.
"Ichiro..." Feil menatap Ichiro dengan iba. Tidak tega melihat luka yang tergambar jelas di mata dan wajahnya.
###
"Masih jauh ya?" Tanya Ichiro. Mereka kembali melanjutkan perjalanan esok paginya.
"Hmm... sedikit lagi. Sepertinya atap rumah itu sudah terlihat," kata Feil menyipitkan matanya.
"Kalau begitu ayo cepat." Ichiro mempercepat langkahnya.
"Hei, kamu buru-buru sekali. Eh? Aduh!" Feil merasakan sekelilingnya gelap dan tubuhnya sakit. Saat kembali terang, dia sudah berada di balik gerbang dunia iblis.
"Astaga, apa yang kalian lakukan? Aku bersama manusia dan gunung itu berbahaya. Kenapa kalian menarikku ke sini?" Tanya Feil marah pada penjaga gerbang.
"Kami diperintahkan untuk menarikmu karena melanggar peraturan. Semalaman bersama manusia yang tidak mengikat kontrak denganmu. Kamu harus kembali ke istana dan menunggu hukumanmu."
"Apa? Apa hukumanku?"
"Bebas tugas dan kembali ke kutub utara. Tidak boleh kemana-mana."
"Astaga. Ya sudah aku ke istanaku dulu." Feil menghilang dari sana dan sampai di istana Gien.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With The Devil (Yaoi) [Completed]
RomanceIchiro pusing memikirkan adiknya yang berubah menjadi perempuan karena kelakuan seorang Iblis yang dengan mudahnya muncul di depan dia yang tidak siap. dan Iblis itu mulai sering menampakkan dirinya dan menganggu Ichiro. Ichiro yang semula bingung d...