"Kachou-sama, sudah jam 10 malam. Apa anda tidak pulang?" Tanya Amuro sekretaris Ichiro.
"Apa? Wah, aku tidak sadar. Sudah semalam ini. Ya aku akan pulang," Ichiro berdiri dan mengambil syal serta jas panjangnya.
"Uwah, pacar Kachou-sama liar sekali. Sebanyak itu kissmark-nya," batin Amuro takjub.
"Anda belum makan malam, apa saya pesankan dulu?" Tanya Amuro lagi.
"Tidak usah. Aku juga tidak lapar. Maaf ya kamu juga jadi kemalaman, ayo aku antar pulang," kata Ichiro.
"Tidak usah, Kachou-sama. Aku akan pulang sendiri, terima kasih."
"Ini sudah malam, ayo ikut aku." Ichiro berjalan keluar kantor dan Amuro buru-buru mengambil tasnya.
Selesai mengantar Amuro, Ichiro berkeliling mencari mini market untuk membeli minuman. Dan tergoda ingin membeli bir.
"Naoki tidak ada di rumah jadi aku bisa minum bir tanpa khawatir. Hehehe." Ichiro terkekeh dan turun dari mobil.
Ichiro memasuki mini market diikuti tatapan terpesona karyawan minimarket karena jarang sekali ada pelanggan setampan dan semewah itu mendatangi mini marketnya.
Ichiro keluar dari mini market dan sebelum melangkah ke mobilnya dia termenung ketika tiba-tiba saja timah panas yang melesat entah dari mana menembus dada kirinya. Dan hanya beberapa milimeter dari jantungnya.
Dan Gien tiba-tiba muncul menangkap peluru yang mengarah ke kepala Ichiro.
Ichiro terduduk dengan mata berkunang-kunang. Nafasnya menjadi sangat sesak dan hal terakhir yang dia ingat adalah tatapan khawatir Gien dari matanya yang berkaca-kaca.
###
Ichiro membuka matanya dan menatap langit-langit dengan bingung. Mencoba mengingat apa yang terjadi.
"Aku tertembak, dimana ini? Rumah sakit? Apa Naoki tau? Apa..." Ichiro menyadari Gien duduk di samping ranjangnya menatap Ichiro dengan sendu.
"Maafkan aku, harusnya aku menjagamu. Aku terlambat datang," kata Gien mendekati Ichiro yang termenung menatapnya.
"Kamu menyelamatkanku? Aku masih ingat kamu menangkap peluru itu untukku," kata Ichiro dan melihat dadanya. Tidak ada bekas tembakan. Padahal dia sangat ingat peluru pertama menembus dadanya dan Ichiro melihat darahnya yang mengalir dari sana.
"Ke-kenapa tidak ada bekas lukanya?" Tanya Ichiro kaget dan menatap Gien tak percaya.
"Tembakannya sangat dekat dengan jantungmu. Tidak akan sempat ke rumah sakit. Aku tidak mau kehilangan dirimu secepat ini. Sekian lama aku menunggumu untuk bisa berbicara dan menyentuhmu. Di saat aku bisa melakukannya, aku malah lengah dan membiarkanmu tertembak. Aku benar-benar menyesal," kata Gien dan mengusap dada Ichiro dengan lembut.
"Kamu menyembuhkanku, Gien? Kamu melindungiku?" Tanya Ichiro tidak percaya.
Gien memeluk Ichiro dengan erat. "Aku akan melindungimu dari apapun Ichiro. Tidak ada gunanya aku memiliki kekuatan bila aku tidak bisa melindungimu..."
"Astaga..." mata Ichiro berkaca-kaca. Dia telah berhutang nyawa pada Gien. Bagaimana dia membalasnya?
"Dengan apa aku membalasmu? Kenapa? Kenapa kamu sebaik ini padaku?" Tanya Ichiro memeluk Gien dengan erat.
"Tidak perlu membalas apa-apa padaku. Bisa memelukmu seerat ini sudah lebih dari cukup bagiku, Ichiro..."
"Gien..." air mata Ichiro jatuh ke bahu Gien dan menghilang di bajunya. Ichiro bisa merasakan lembutnya usapan Gien di punggungnya dan kecupan lembut di kepalanya. Membuat air mata Ichiro semakin membanjiri pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With The Devil (Yaoi) [Completed]
RomanceIchiro pusing memikirkan adiknya yang berubah menjadi perempuan karena kelakuan seorang Iblis yang dengan mudahnya muncul di depan dia yang tidak siap. dan Iblis itu mulai sering menampakkan dirinya dan menganggu Ichiro. Ichiro yang semula bingung d...