-20 tahun yang lalu-
"Haah... aku bosan sekali... bosaan..." keluh Gien sambil duduk di kuil dewa bumi yang jarang didatangi orang. Bahkan oleh dewanya sendiri.
Kemudian Gien melihat seorang anak laki-laki berumur sekitar 8 tahun yang berjalan terburu-buru mendekati kuil.
"Uwah, dia mendaki ke sini? Anak yang kuat," puji Gien sambil menopang dagu memperhatikan anak lelaki itu.
Anak lelaki itu melempar beberapa buah uang logam dan berdoa. "Dewa, aku mohon kepadamu. Tolong lindungi ibu dan adikku yang sedang dikandungnya. Beri kesehatan pada mereka. Semoga adikku lahir sehat dan kuat serta sempurna. Aku mohon padamu. Tolong dengar doaku."
Gien menatap mata teduh anak itu yang tadinya tertutup dan membuka dengan dengan pelan. Tatapan lembutnya membuat Gien merasa tenang. Anak itu kemudian berbalik dan pergi dari sana.
"Anak yang baik. Dia bahkan tidak berdoa untuk dirinya. Kalau aku bilang dewa sedang liburan bagaimana ya?" Tanya Gien sambil berdiri.
"Hah... ada sidang ya? Bosan sekali diriku..." kata Gien dan lenyap diselubungi kabut hitam.
###
- 9 bulan kemudian -
"Dewa! Terima kasih sudah memberikanku adik yang sehat dan sangat tampan. Ini benar-benar kado yang indah untukku! Aku berjanji akan menjaganya dengan baik. Aku akan melindunginya dan menyayanginya sepenuh hatiku. Terima kasih Dewa. Tolong berikan keselamatan untuk orang tua dan adikku." Anak lelaki itu datang lagi untuk berdoa beberapa bulan kemudian.
Gien menelengkan kepalanya memperhatikan anak lelaki itu. "Dia datang lagi untuk berterima kasih?"
"Terima kasih!" Anak lelaki itu tersenyum bahagia dan seperti terlihat bersinar karena ketampanan dan keindahan wajahnya. Kemudian berlari dari sana.
Gien termenung dan menggelengkan kepalanya. "Kenapa senyumnya indah sekali. Astaga, mataku kenapa?" Gien menggosok matanya.
"Namanya siapa ya? Dia tinggal di mana?" Gien melayang mengejar anak lelaki itu yang menuruni tangga.
"Aku tidak sabar menunggunya besar. Kami bisa bermain bersama. Naoki, kita akan bermain bersama nanti ya!" Kata anak lelaki itu dan tertawa sambil berlari semangat menuruni tangga.
Gien tersenyum sambil melayang di sampingnya mengiringi anak lelaki itu berlari ke rumahnya. Gien tertegun mendapati rumahnya yang adalah rumah susun yang sempit. Gien mendengar tangis bayi dari dalam rumah yang dimasuki anak itu.
"Ichiro, tolong bantu aku ambilkan popok Naoki, ya?" Terdengar suara lembut memanggil nama Ichiro.
"Iya, Okaa-chan." Jawab anak lelaki itu dengan ceria.
"Jadi namanya Ichiro? Cocok sekali untuk dirinya yang anak pertama," komentar Gien dan memperhatikan rumah Ichiro yang sempit itu.
"Di mana dia tidur? Apa ada toilet di sini?" Tanya Gien.
Ichiro mendekati Naoki yang popoknya sudah dilepaskan ibunya. Ichiro mengecup dahi Naoki dan mengusap-usap kepalanya.
"Kapan aku boleh mengganti popoknya?" Tanya Ichiro.
"Nanti ya sayang? Sekarang kaki dan pinggang Naoki belum kuat. Kamu cukup membantu ibu mengambil popok baru dan membuang yang kotor."
"Baik Okaa-chan." Ichiro tersenyum memeluk ibunya dengan erat. Ibunya mengecup kepala Ichiro dengan lembut.
"Anak pintar," ucap ibunya mengusap-usap kepala Ichiro.
Gien tersenyum dan menghilang dari sana. "Besok aku kesini lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With The Devil (Yaoi) [Completed]
RomanceIchiro pusing memikirkan adiknya yang berubah menjadi perempuan karena kelakuan seorang Iblis yang dengan mudahnya muncul di depan dia yang tidak siap. dan Iblis itu mulai sering menampakkan dirinya dan menganggu Ichiro. Ichiro yang semula bingung d...