Chapter 10

16.3K 1.2K 90
                                    

"Hei, wake up!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, wake up!"

"Althaf?" Aku terbangun secara paksa, meski sebenarnya sangat berat. Dia sepertinya tahu keadaanku, dan turut membantu.

"Mandi dulu, terus pindah ke kamar Chayra, ya?"

"Hmm." Sambil terduduk, aku menggumam malas. Mata masih enggan terbuka. "Jam berapa sekarang?"

"Jam empat pagi."

Empat-pagi?

Aku membuka mata, panik. Untuk memastikan bahwa Tuan Althaf tidak berbohong, aku melirik jam di dinding. Benar saja. Sudah jam empat lewat limabelas menit.

"Althaf, bagaimana kalau ada yang curiga?" Pakaian-pakaian aku pakai cepat. "Maaf, aku ketiduran."

"Tidak perlu khawatir. Nanti saya alihkan penjaga CCTV, supaya tidak melihat kamu keluar. Lagipula, jarak ke kamar Chayra tidak terlalu jauh."

Aku merunduk. "Apa tidak bisa begini saja, Althaf? Aku pergi saat subuh saja."

"Tidak bisa. Kali ini, saya bisa mengalihkan penjaga CCTV. Tapi kalau setiap hari saya alihkan terus, Mama bisa curiga."

Aku bungkam lagi. Sebenarnya, ingin memprotes Tuan Althaf yang begitu takut pada Nyonya Erisha, tapi aku sadar, bahwa dia hanya ingin taat pada ibunya.

"Kamu mandi, terus kita sholat subuh bareng, ya?"

"Hm. Ya."

***

Pagi memang selalu menyibukkan, terutama hari ini. Seluruh tubuh terasa panas, dan kening mulai lembap.

"Via!"

Teriakan Nyonya Erisha menghentikan kegiatanku memotong sayur. Bertepatan saat aku berbalik, wajah tegas wanita berusia 52 tahun itu muncul.

"Kenapa bekal Chayra belum selesai? Dia harus segera berangkat! Saya sudah mengatakan ini sejak tadi!"

Kepalaku sontak menunduk dalam mendengar suara tingginya.

"S-sebentar lagi, Nyonya," ucapku gugup.

"Lima menit! Saya harap bekalnya selesai lima menit!"

Aku baru mengangkat wajah sedikit saat mendengar suara langkah menjauh. Napasku yang semula tertahan, bisa membaik lagi setelah Nyonya Erisha pergi bersamaan dengan kedatangan Mbak Rista dari pasar.

"Cepetan selesaiin! Aku yang urus sarapan! Ntar kena amukan lagi loh!" bisik Mbak Rista setelah meletakkan belanjaan.

Aku hanya mengangguk, membenarkan ucapannya. Lalu bergerak secepat mungkin untuk menyelesaikan bekalnya.

Ini semua karena Tuan pemaksa itu!

Nasi dan sayuran sudah masuk ke dalam kotak. Aku berlari-lari kecil keluar dari dapur menuju ruang makan yang berseberangan dengan dapur.

Midnight WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang