Chapter 16

11.4K 983 73
                                    

Setengah hari ini, aku hanya lesu karena keinginan PDKT dengan mertua harus gagal total semuanya. Sejak pagi, Nona Selvy sudah datang ke rumah. Dia selalu mengekor ke manapun Nyonya Erisha pergi.

Aku menawarkan teh pada Nyonya Erisha, dia ikutan ingin menawarkan teh matcha. Aku jelas kalah, karena Nyonya Erisha amat sangat mengutamakan calon menantunya.

Aku menawarkan pijitan karena Nyonya Erisha menyukai hasil kerjaku kemarin. Lagi-lagi, Nona Selvy yang mengambil alih. Katanya belajar mengurus mertua.

Saat aku akan keluar dari kamar Nyonya Erisha, Nona Selvy sempat berbisik padaku, "Jangan khawatir. Anggap saja pelayanan terakhir aku sama Tante Erisha."

"Aamiin." Aku tersenyum tipis, keluar kamar Nyonya Erisha.

Tepat di injakan tangga terakhir, Nona Chayra datang dengan berlari cepat. Memelukku amat erat. Kejengkelan atas kejadian barusan lenyap melihat perlakuan Nona Chayra padaku.

"Chayra dapat A plus plus plus plus plus!" Dia menyengir, memamerkan nilai A++ yang dilingkari dalam kertas ujiannya. Materi Bahasa Inggris. Tidak sia-sia usaha Nona Chayra belajar kemarin.

"Wih, hebat ...." Aku bertepuk tangan pelan. "Karena hari ini Nona Chayra dapat A plus plus plus plusnya banyak. Gimana kalau kita bikin kue?"

"Mau .... Ayo sekarang, Tante!" Dia hendak berbelok, tapi tasnya sigap kutarik.

"Eiiits! Ganti baju dulu!"

Dari ujung tangga, kami pindah ke lift. Aku masuk duluan, menyusul Nona Chayra dengan wajah yang mendadak jengkel dalam waktu sedetik. Dia buru-buru memencet tombol lift.

"Kenapa?"

"Ada Om Alfan."

Aku bungkam.

***

Kedatangan Tuan Alfan ternyata memberi dampak besar bagi Nona Chayra. Mood-nya membuat kue langsung terjun bebas hingga dasar, bahkan untuk keluar kamar pun dia enggan. Takut berpapasan dengan Om-nya itu.

Aku mendukung, karena sejak kejadian pingsan di depan lift itu, aku tidak pernah bertemu dengan Tuan Alfan. Memikirkan berpapasan dengannya saja, aku mendadak didera canggung. Ini hanya memikirkan, entah bagaimana kalau kejadian.

Sebenarnya, ada sedikit keinginan hati meminta maaf pada Tuan Alfan atas ketidakhadiranku di konsernya, tapi sikap posesif Tuan Althaf menahan keinginanku tersebut.

Tidak ada pekerjaan pasti di kamar ini selain mengurung diri sembari menemani Nona Chayra yang entah bermain, belajar. Sambil itu juga, pakaian-pakaiannya yang sempat aku ambil dari ruangan lain, aku lipat. Pekerjaan Mbak Nani berkurang dengan aku membantunya seperti ini.

"Bye bye!"

Aku menengadah. Di antara banyaknya suara cempreng yang dikeluarkan Nona Chayra, hanya dua kata itu yang menarik perhatianku. Gaun putih merahnya kutinggalkan di atas tempat tidur, lalu berjalan ke dekat jendela, tempat Nona Chayra bermain dengan boneka Elsa-nya.

"Daddy?" tanyaku, melihat mobil Tuan Althaf meninggalkan pekarangan.

Nona Chayra mengurungku di sini, sampai tidak menyadari kedatangan Tuan Althaf. Pasti untuk makan siang.

"Iyup. With Aunty Selvy." Dia begitu santainya menjawab demikian, lalu memainkan tangan kanan Elsa sambil memaju-mundurkan bibirnya. "Ssh ... Ssh!" Dia mengeluarkan suara seolah sihir Elsa keluar.

Midnight WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang