Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pernikahan rahasia. Aku mendengkus mengingat bagaimana kehidupanku saat ini terjadi. Aneh, tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, tetapi bangga pada diri sendiri, karena selama empat hari ini, aku bisa menjalaninya dengan baik.
Tuan Althaf tidak terlalu egois, bahkan lebih sering memperhatikanku. Dia tahu bahwa aku mungkin kelelahan esok harinya, sehingga berbagai cara, dia menyembunyikanku dari Nyonya Erisha agar bisa istirahat.
Sedikit perubahan pun terjadi padaku. Misalnya saja sekarang, hanya memikirkan pria itu, senyumku tiba-tiba muncul tanpa alasan. Pengaruhnya benar-benar melekat di memori.
Astaga, Via.
Pintu lift terbuka. Tuan Althaf berdiri tepat di depan pintu. Sembari menunduk hormat, aku maju, akan melewatinya. Meski tubuh kami bersinggungan hanya beberapa detik, aku masih bisa menangkap bisikan singkatnya.
"Siap-siap. Kita keluar bareng."
Keluar?
Aku berbalik, ingin menanyakan ke mana, tetapi pintu lift tertutup. Menyisakan senyumnya yang terekam dalam memori. Lagi. Senyum itu membuatku ikut menarik kedua sudut bibir.
Lagipula, ini hari minggu. Keluarga Tuan Althaf selalu olahraga pagi. Mungkin, Tuan Althaf juga akan membawaku ikut bersama keluarganya.
Menghampiri Nona Chayra di kamarnya, dia sudah siap dengan kaus hitam dan celana training senada. Aku mengikat tinggi-tinggi rambutnya, agar tidak mengganggu kegiatannya lari pagi.
"Tante Via ikutan lari juga, kan?" tanya Nona Chayra.
"Ya."
Setelah selesai, kami bersama turun ke lantai bawah. Aku ke kamar sebentar untuk bersiap seperti yang lain. Mengenakan celana panjang abu-abu, kaus lengan panjang hitam, dan jilbab abu-abu, aku siap.
Nyonya Erisha dan suaminya yang paling depan. Menyusul Tuan Althaf yang selalu didekati Nona Selvy. Meski aku berada di belakang Nona Chayra, tetapi obrolan santai mereka masih bisa kudengar.
Tentang rencana pernikahan mereka yang sebentar lagi tiba. Rasa kesal membara dalam dada, sehingga langkahku diperlambat. Biar saja ditinggalkan, terpenting aku tidak mendengar obrolan mereka.
Katanya, mereka berdua saling membantu meyakinkan keluarga masing-masing agar membatalkan perjodohan, tetapi kenapa sikap Nona Selvy malah seperti bahagia bersama Tuan Althaf? Dia mendukung aku dan Tuan Althaf bersama, tetapi kenapa malah membuatku cemburu?
Keluarga bahagia itu berbelok, semakin mengecil dalam pandanganku. Kakiku berhenti melangkah, terpaku di tempat. Bingung harus melakukan apa. Saat ini, aku enggan bertemu mereka.
Tapi, siapa yang akan menjaga Nona Chayra?
Ya, memang ayahnya ada. Tapi, Tuan Althaf memiliki sifat dingin yang keterlaluan, bahkan pada putrinya sendiri. Aku merasa tidak bisa mengandalkannya.