Bab 14-NC

1.6K 62 10
                                    

WARNING! 21+

Anak di bawah umur mohon tidak meresapi. Mohon bijak dalam memilih bacaan yah.

Enjoy.. Maaf jika agak aneh, aku kurang baik kalo nulis Part bulgos 🌚🌚🌚🌚🌚 jadi mohon di maklumi. Okeh...






















Dan sejak hari itu, baik Soona atau Jungkook tidak bicara satu sama lain. Dan sampai sekarang ia dan Jungkook juga belum bertemu.

Soona kini tengah di apartemen Jimin. Baru saja selesai makan malam bersama pria yang kini tengah mandi, sebab baru saja pulang dari kantor.

Ia memang kerab menginap ditempat Jimin. Sebab pria itu yang meminta.

Jangan berpikiran yang macam-macam. Soona hanya menginap, tidak melakukan apapun.

"Kau sudah selesai?" Matanya yang semula menatap kearah tv kini beralih menatap Jimin yang tengah mengeringkan rambut hitamnya.

Pria itu baru saja mandi, dan sudah mengenakan kaos polos berwarna putih dan celana pendek hitam. Bahkan kaos putih itu masih saja memperlihatkan bentuk lekuk tubuh Jimin. Terkadang ia iri dengan Jimin yang memiliki pinggang kecil. Padahal setahunya Jimin jarang berolahraga. Ia beranjak dan menghampirinya, meraih handuk itu guna mengeringkan surai Jimin. Disaat Soona nampak kesulitan, Jimin lantas menggendong Soona ala koala dan membawanya agar duduk di atas meja dapur.

Soona tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya. Diletakkannya tangan di sisi kanan kiri tubuh Soona.

"Kapan kita mencari cincin dan gaun?" Tanya Jimin sembari menatap Soona. "Terserah, Oppa saja." Jimin menaikkan sebelah alisnya, ini yang kedua kalinya Soona memanggilnya Oppa.

Jimin sedikit menimang. "Bagaimana jika besok?" Jimin kembali menatap Soona. Gadisnya menghentikan kegiatan dan menurunkan kedua tangannya.

"Eum? Bukankah besok Oppa ada meeting?" Tanya Soona mengingatkan.

"A.. Iya, kau benar Na-ya, lusa saja kalau begitu." Soona menganggukkan kepala dan melanjutkan kegiatannya.

Jimin masih setia menatap Soona, yang ditatap hanya tersenyum dan terus melanjutkan kegiatannya. Hingga sebuah bibir tebal itu mengecup pelan bagian bawah rahangnya. Soona membulatkan mata dan menahan nafas. Merasakan bibir tebal itu menyesap pelan permukaan kulitnya, sehingga ia mencengkram rambut yang ada di hadapannya. Jimin menjauhkan wajah dari sekitaran rahang Soona. Mendekatkan bibir tepat di cuping telinga Soona.

"Aku menginginkanmu, Soona-ya."

'sial!'

'kenapa harus mendesah?'

Setelah mengatakan hal itu, Jimin menyesap cuping telinga Soona. Hingga gadis itu menahan desahannya. Jimin benar-benar menginginkannya. Bahkan sekarang Soona sudah kembali menarik pelan penuh afeksi rambut Jimin. Sebab pria itu menjelajahi perpotongan lehernya.

"Ji-hmin." Desahnya lolos begitu saja.

Jimin tersenyum penuh kemenangan. Di tatapnya Soona yang sudah merah merona sebab malu dan menahan nafas secara bersamaan. Terlihat jelas bahwa kedua mata Jimin menggelap sebab nafsu yang sudah menguasai pria itu.

Di dekatanya kembali bibirnya guna menyesap pelan bibir gadis itu. Tak lupa, Soona mengalunkan kedua tangannya di belakang leher Jimin. Masih dengan berciuman Jimin mengangkat tubuh Soona seperti koala dan membawanya masuk kedalam kamar hingga tubuh gadis itu membentur pelan dengan lembutnya kapas tebal besar itu.

Tanpa melepaskan tautan, dengan cekatan tangan Jimin menelusuri perut rata Soona hingga gadis itu menggeliat pelan. Dan dengan satu tarikan, Jimin sukses menyobek kaos tipis Soona. Dan melirik sejenak gundukan kenyal di balik bra berenda warna hitam itu. Jimin tidak memperkirakan ukurannya sebelumnya. Dan sekarang ia baru menyadari, bahwa itu sangat diluar dugaan, lebih besar di bandingkan milik Sooyoung.

Dengan terampil tangannya melepaskan kaitan di belakang tubuh Soona. Bahkan tangannya kini sudah mengusap penuh gairah punggung Soona. Diremasnya pelan gundukan kenyal itu hingga Soona mencengkram kuat rambutnya.

Dan alhasil Soona sudah tidak mengenakan atasan sama sekali. Soona memukul pelan bahu Jimin, sebab merasakan pasokan udara yang menipis. Masih dengan nafas yang tersengal sengal, Soona menatap kedua manik Jimin yang masih menggelap.

Entah dorongan dari mana, Soona menyium lebih dahulu bibir. Bahkan decapan decapan itu terdengar cukup keras. Tangan Jiminpun tidak tinggal diam. Melepas kaitan celana Soona, dan menariknya pelan, hingga menyisakan satu pakaian yang menutupi pusat tubuh Soona. Sama halnya Jimin, Soona pun menelusupkan tangannya di atas perut ber-sixpack itu. Jimin lantas segera melepas kaos putihnya. Dan keduanya kini sudah naked. Alias tidak mengenakan sehelai benang sama sekali.

Jimin menatap Soona, seolah meminta izin untuk itu. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan menganggukkan kepala pelan. Tanpa di minta, Jimin lantas meraup bibir Soona dan tangannya dengan cekatan sudah di bawah sana, merasakan milik Soona yang sudah sangat basah olehnya.

Dengan pelan namun pasti Jimin memasukkannya. Soona sempat meringis kesakitan. Namun Jimin berkali-kali menenangkannya. Bahkan Soona sudah mengeluarkan peluh airmata.

Jimin mulai bergerak disana, dan Soona berteriak, sebab milik Jimin yang mulai memenuhinya.

"Ji-Hmin." Jimi tersenyum. Ia menggenggam tangan Soona guna memberi kekuatan pada gadis itu.

"Ya, aku di-si-ni Na-ya." Ucapnya kala liang nikmat Soona mencengkram miliknya dengan kuat.

"Sa-khit Jimh." Ujar Soona lagi. Jimin mulai bergerak lagi. Dan setelahnya Soona hanya mengerang nikmat. Dapat dilihatnya binar dimata Jimin, saat melihat pertama kalinya Soona mengalami Orgasme. Sungguh indah, menurutnya.

Namun Jimin belum datang.

Soona kembali mengerang, kala milik Jimin mulai mengeras dan memenuhinya. Yang dirasakan Soona, adalah milik Jimin yang sudah benar-benar masuk cukup dalam. Hingga keduanya merasakan pelepasan yang sangat luar biasa Hingga Jimin ambruk di sisinya.

Soona mengambil nafas cukup rakus, tangan Jimin pun menarik pelan selimu tebal itu guna menutupi tubuhnya dan tubuh Soona. Ia mengecup pelan pelipis Soona dan merapalkan ucapan terimakasih berkali-kali.

Soona benar-benar lelah, bahkan rasanya seperti di tumbuk hingga hancur.

"Terimakasih, tidurlah." Jimin mengeratkan pelukan dan ikut memejamkan mata seperti yang dilakukan Soona.

Matahari sudah menyinsing, terlihat Sooyoung yang tengah menyiapkan sarapan untuk ibunya. Beberapa hari ini ibunya sakit, beruntung sekarang sudah membaik.

"Soona belum pulang?" Tanya ibunya. Sooyoung menggelengkan kepala.

Tidak lama kemudian, datang Taehyung yang membawa cukup banyak bingkisan. Senyumnya mengembang kala melihat calon istri dan calon ibu mertuanya terlihat akur.

"Bu." Sapanya ramah. "Kau dari mana Taehyung?" Tanya Ibu Sooyoung.

"Aku baru saja membelikan ibu buah dan beberapa camilan untuk Soona. Ku dengar ia suka makan makanan ringan." Ujar Taehyung menyerahkannya pada Sooyoung.

"Sepi sekali?" Tanya Taehyung menatap Sooyoung dan calon ibu mertuanya.

"Soona menginap diapartemen Jimin." Jawab Sooyoung duduk disebelahnya. Pria itu hanya menganggukkan kepala.

Ketiga orang itu makan dengan nikmat. Sesekali mengeluarkan candaan yang membuat ibu Sooyoung tertawa dan menggelengkan kepala. Taehyung sangat ahli mengambil hati semua orang. Sooyoung hanya tersenyum kala Taehyung mengatakan hal hal manis kearahnya. Entah kenapa ia mulai merindukan Jimin. Jahat memang tapi itulah nyatanya.

Ketiga orang itu menolehkan kepala, kala pintu utama rumah itu terdengar dibuka oleh seseorang. Dan benar saja Soona masuk bersama Jimin.

Ada yang sedikit aneh terlihat saat Soona berjalan. Namun hanya Sooyoung yang menyadari hal itu. Hingga ia angkat bicara. Dan sontak Jimin dan Soona saling menatap dan kembali menatap ketiga orang itu secara bersamaan.

"ada apa dengan cara berjalanmu, Soona?"











































Mohon habis baca ini nyebut yah..

Maafkan authornya 😂✌🏻🙏🏻

💜💜💜💜💜

The Circle || Slow Update[On GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang