Bab 1

3.1K 126 3
                                    

"Ya! Apa kau sudah gila? Bukankah ibu sudah katakan berulang kali? Jangan memacari anak Kang itu. Apa kau tuli Sooyoung?!" Sang ibu memang tidak suka jika Sooyoung berpacaran dengan Taehyung. Entah apa yang tidak disukai ibunya.

"Cukup!" Kini Soona yang angkat bicara. "Bisa tidak kalian bicarakan nanti saja? Aku sedang makan. Lagipula jika Eonni ingin dengan Taehyung Oppa, apa tidak boleh? Biarkan saja. Kenapa ibu sangat peduli?" Soona memang terkenal ceplas ceplos.

"Ash, anak ini. Kau dan ayahmu sama saja." Soona beranjak dan pergi.

Sooyoung hanya melirik kepergian Soona, adiknya.

"Kenapa ibu selalu seperti itu jika didepan Soona?" Kini Sooyoung angkat bicara. Ibunya hanya diam, enggan menjawab. "Aku akan tetap menikah dengan Taehyung." Setelah mengatakan hal itu, Sooyoung masuk kedalam kamar.

Disinilah Soona dan Jungkook, duduk disebuah kursi panjang di taman dekat rumah mereka. Soona memainkan salju yang turun semalam. Jungkook hanya menatap, dan lantas menatap kearah langit.

"Kenapa ibumu selalu tidak suka melihat kakakmu dengan Tae-Hyung? Soona menoleh." Entahlah, aku tidak tahu." Jawab Soona, Jujur.

Sekitar pukul 4 sore, Soona kembali kerumah dan melihat seseorang tengah duduk di gasebo depan rumahnyan. Dia adalah atasan kakaknya, ia tahu sebab Sooyoung pernah mengajaknya kekantor tempatnya bekerja. Soona membungkuk sopan.

"Eoh, sajangnim. Annyeonghaseyo." Sapanya ramah. Atasan Sooyoung itu tersenyum ramah juga.

"Anda mencari kakakku?" Tanya Soona. Pria itu menganggukkan kepala.

"Kakak baru saja pergi. Ia baru saja memberi tahuku." Ujarnya lagi. "Kapan kakakmu pulang?" Tanya pria itu. Soona menggelengkan kepala.

"Eum, kalau begitu katakan bahwa aku datang kemari." Ujar pria itu.

"Baiklah, Tuan..." Soona nampak ragu.

"Jimin, panggil saja aku Jimin." Soona tersenyum. "Oppa, aku akan memanggil anda Oppa." Keduanya tersenyum. Lantas pria bernama Jimin itu berpamitan dan pergi.

Makan malam pun tiba, Soona, Sooyoung dan ibunya terlihat menikmati. Soona melirik kakaknya yang terlihat nampak antusias makan.

"Tadi Jimin Oppa kemari." Sooyoung menghentikan gerak tangannya.

Ia lantas menatap Soona.

"Sendiri?" Soona menganggukkan kepala lucu.

"Biarkan saja." Singkat kakaknya. "Apa kakak memiliki hubungan dengan Jimin Oppa?" Tanya Soona penasaran. Sooyoung menggelengkan kepala. "Tidak, sudah makan makananmu." Ujarnya sebelum beranjak dan meninggalkan meja makan.

"Siapa Jimin?" Tanya sang ibu. "Bukan urusan ibu." Soona pergi dan meninggalkan meja makan pula.

Soona memang sekamar dengan Sooyoung. Ia beralasan tidak mau tidur dikamar sendiri, sebab sejak kecil ia sudah satu ranjang dengan sang kakak perempuannya itu.

Soona menatap sang kakak yang masih fokus dengan laptop yang di berada diatas meja, dan beberapa berkas.

"Apa kakak tidak lelah?" Tanya Soona yang berada di atas ranjang.

"Aku belum selesai, Na-ya. Kau tidurlah dulu." Gadis berusia 23 tahun itu cemberut. Sooyoung menatap, melihat sang adik yang mengembungkan pipi lucu.

"Baiklah, baiklah. Ayo tidur." Sooyoung beranjak dan naik keatas ranjang. Soona tidak akan bisa tidur jika tidak di peluk Sooyoung.

Dan benar saja, belum ada 10 menit Soona sudah tertidur. Dan sekarang Sooyoung dapat mengerjakan pekerjaannya. Usia Soona dan Sooyoung terpaut 5 tahun. Ya, Sooyoung seangkatan dengan Taehyung dan Jimin.

Sinar matahari menusuk masuk kedalam kamar. Soona baru saja bangun, dan sekarang sudah pukul 7 pagi. Ia beranjak dan menuju kamar mandi.

Sekitar pukul 8 pagi, Soona baru turun kebawah dan melihat sang kakak tengah sarapan.

"Kakak belum berangkat?" Tanya Soona setelah mencium pipi kanan Sooyoung. "Hentikan kebiasaanmu, Soona." Ujar sang ibu.

"Biarkan saja bu." sahut Sooyoung mengusak Pucuk surai Soona. Yang dibela tersenyum lebar. "Makanlah, kakak akan mengantarmu." Ujar Sooyoung lagi.

Soona tersenyum lebar untuk yang kedua kalinya. Ya, Soona memang terkenal dekat dengan Sooyoung sejak ayah mereka meninggal 5 tahun lalu.

Kini keduanya tengah berada didalam mobil. Soona sesekali menyenandungkan beberapa bait lagu.

"Kau sangat suka BTS, ya?" Tanya sang kakak. Soona menganggukkan kepala.

"Jika nilai ujianmu minggu depan bagus, aku akan membelikanmu 1 set album terbaru BTS." Soona langsung menatap sang kakak. "Benarkah?" Sooyoung menganggukkan kepala.

"Baik, aku akan belajar giat. Dan akan menunjukkan kepada kakak, bahwa nilaiku yang terbaik." Sooyoung kembali mengusap puncak kepala Soona.

Setelah mengantar Soona, Sooyoung lantas menuju ketempat kerja. Sesampainya disana, ia diberitahukan bahwa ia harus keruangan atasannya. Sooyoung lantas menuju ruangan atasannya.

"Anda memanggil saya, Sajangnim?" Pria itu beralih menatapnya.

Pria dengan nama Han Jimin itu beranjak dan mendekati Sooyoung.

"Kemana saja kau kemarin?" Tatapan mengintimidasi yang sangat tidak disukai Sooyoung.

"Kita dikantor Jim." Sergah Sooyoung.

Jimin menyeringai. "Lalu dimana, hem? Hotel?" Jimin membelai wajah Sooyoung pelan. Wanita itu menahan nafas. "Nanti malam kita majukan, setelah pulang kerja. Ditempat biasa." Ujar Jimin sebelum berbalik. "Keluarlah." Sooyoung menghela nafas pelan, membungkukkan badan sejenak sebelum pergi meninggalkan Jimin.

Disinilah dia, dikamar mandi dan menangis. Acap kali jika bertemu Jimin, ia harus rela mendapatkan perlakuan berlebihan dari pria itu. Bahkan itu sudah biasa, sebab itu ancaman jika masih ingin bekerja di perusahaan ini. Bukan tidak mampu mencari pekerjaan lain, hanya saja mencari pekerjaan sekarang sangatlah sulit. Dan apakah nanti malam, Sooyoung benar-benar datang. Atau memilih berdiam diri dirumah dan akan mendapatkan balasan di esok hari saat di kantor?




















Lanjut atau tidak?



























Yuhuuuuuu

I'm back. Kenapa sih kalau dapet inspirasi tuh selalu di tempat yang tidak mengenakkan? Menyebalkan. But, ini hasilnya.

Ini pengganti The Bar : Head-Bartender. Karena sepertinya story ku yang satu itu tidak begitu menarik.

Jika kalian suka, jangan lupa komen.

The Circle || Slow Update[On GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang