Lisa mengayuh sepeda kumbangnya secepat mungkin.
Setengah mati ia sangat geram. Geram ketika mengingat apa yang telah terjadi beberapa saat lalu.
Lisa sangat mengingat detail bagaimana ia menyiapkan makan siang untuk kawan-kawan yang telah ia repotkan semalaman.
Bagaimana ia tak peduli tangannya teriris saat berusaha memotong paprika ataupun wajahnya terciprat minyak panas saat menggoreng.
Bagaimana ia menunggu kawan-kawannya terbangun dan kembali memanaskan masakan buatannya khusus untuk mereka walaupun ia sendiri belum makan.
Tidak, bukan karena kawan-kawannya tak menghargai apa yang telah ia siapkan dan lakukan.
Semua orang terlihat sangat sumringah, senang, bahkan memujinya saat melihat apa yang telah tersaji di atas meja.
Hanya satu orang yang membuatnya mengelus dada.
Siapa lagi jika bukan Oh Sehun?
Ketika Suho menyampaikan pada Lisa bahwa Sehun sedang tak nafsu makan, Lisa yang merasa paling bersalah rela membawakan satu nampan penuh hidangan istimewa kepada Lelaki itu.
Namun saat Sehun membuka pintu kamarnya, wajah lelaki itu terlihat sangat tidak bersahabat.
Ia memandang Lisa seakan dirinya adalah gangguan terbesar dalam hidup Oh Sehun.
Oke, Lisa memang melakukan beberapa kesalahan, tapi bukan berarti Sehun dapat melakukan segalanya pada gadis itu bukan?
Sehun terus menerus menolak makanan yang Lisa bawa dengan ketus. Sangat ketus malah.
Dan Lisa sangat sakit hati ketika ia hanya bercanda untuk masuk ke dalam kamar lelaki itu untuk menaruh nampannya, namun apa yang di dapatkan Lisa?
Sehun menampik nampan yang berada di tangan Lisa hingga semua benda yang ada di atasnya tercampakkan di lantai.
Lisa tak percaya dengan apa yang dilakukan Oh Sehun. Lelaki itu benar-benar sudah gila.
"Jika kau marah padaku, marah saja! Makanan ini tak salah apa-apa, dasar brengsek!!"
Itu adalah kalimat terakhir yang Lisa katakan pada Oh Sehun sebelum dirinya berlari keluar dari villa Suho.
Saking marah dan malunya karena menarik perhatian kawan-kawannya yang lain, Lisa sampai kabur mencuri sepeda kumbang milik Suho dan mengayuhnya sejauh mungkin dari tempat itu.
Dan disinilah Lisa sekarang, masih mengayuh pedal sepeda yang ada di kakinya walau ia rasa ini sudah cukup jauh.
Butir keringat membasahi tubuh gadis yang tak perduli kulitnya akan gosong terkena teriknya matahari.
Lisa sudah mengayuh sepedanya selama kurang lebih satu jam dengan kecepatan penuh.
Tentu saja ia lelah setengah mati.
Gadis itu berhenti mengayuh ketika manik matanya melihat sebuah cafe minimalis yang menghadap langsung ke arah pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Spell
FanfictionSi pekerja keras yang fokus akan mimpinya. Itulah sebutan yang kerap kali di dengar Lisa ketika orang lain membicarakannya. Ia sama sekali tak pernah berpikir untuk menyukai seseorang apalagi sampai terikat dalam sebuah hubungan. Namun ketika Oh Se...