Chapter Twenty Two

11.8K 1.2K 43
                                    

Terhitung sudah hampir tiga puluh hari berlalu sejak seorang Lalisa Manoban menyatakan perasaannya kepada Oh Sehun.

Segala cara telah ia kerahkan untuk menghindari dan melupakan lelaki itu.

Bahkan Lisa tak ada minat untuk meminta penjelasan dari Sehun.

Dirinya lebih memilih untuk berganti nomor ponsel, merubah jadwal, serta menolak ajakan Jennie saat unnienya itu meminta tolong Lisa untuk menemaninya bertemu dengan Kai.

Jennie pun takkan pernah memaksa maknaenya lagi jika ia memang tak mau.

Ya, Lisa telah menceritakan semuanya kepada Jennie, Jisoo dan Rose tepat ketika malam ia kembali ke tendanya dengan air mata yang sudah mengalir.

Merasa bodoh dan hancur. Hanya itu yang ada dipikiran Lisa. Dan pada detik itu juga Jennie segera menelepon sang manajer untuk menjemput si bungsu sebelum kondisinya diketahui orang lain.

Bahkan ketika Sehun kembali dan meminta untuk menemui Lisa di luar tenda, Jennie tak membiarkan hal itu terjadi.

Jennie pun berhasil meninju perut lelaki tampan yang membuat maknae kesayangannya menangis.

Kini Lisa terlihat tak bersinar seperti biasanya. Bukan menandakan bahwa kecantikannya menurun. Hanya saja energinya melemah.

Seperti hari mendung di siang hari. Lisa lebih banyak melamun dan merenungkan kebodohannya.

Bahkan ia menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh siapapun yang bertanya dengan jawaban asal. Seperti saat ini misalnya, ketika sang manajer mengajaknya bicara mengenai projectnya di China, negara yang mengelu-elukannya.

"Bagaimana? Kau terima tidak tawaran ini?"

"Hmmm" kata Lisa sembari terus melamun.

"Ini bukan project pemotretan biasa, Lalisa. Mereka memilih dua artis luar China yang sangat digilai masyarakat, dan kau salah satunya. Pihak yang akan menjadi partnermu telah setuju, kau bagaimana?"

"Iya."

"Kau terima? Sajangnim bilang ini bagus untuk popularitas dan imejmu, dia pun setuju, tapi kami butuh jawaban dan tanda tanganmu."

"Hmm"

"Kutekankan sekali lagi ya, kau setuju, dan ini bukan project pemotretan biasa."

"Iya."

"Oke, aku sudah merekamnya, sekarang tanda tanganlah disini." sang manajer menyerahkan selembar kertas dan pena berwarna emas.

Tanpa pikir panjang, Lisa segera menandatangani kontrak itu dan menyuruh sang manajer untuk meninggalkannya seorang diri.

Ah, paling juga hanya pemotretan biasa, kenapa ia cerewet sekali.

"Oppa gila??? Tidak! Aku tak mau!"

Seorang gadis berambut pirang sedang mengamuk di ruang rias dan membuat semua orang kelimpungan akan tingkahnya. Tak biasanya gadis itu membuat onar.

"Tapi kau sendiri yang tanda tangan. Bahkan aku merekam pembicaraan kita, dengarkanlah." Seorang lelaki dihadapannya mengangkat ponsel di udara untuk memberikan sebuah bukti.

Gadis yang mengamuk tadi sedikit tercekat dan mengumpat berulang kali, "tidak! Aku tak mau!"

"Tapi kau sudah menandatangani kontraknya. Bahkan aku berulang kali menanyakan padamu"

"Aku sedang melamun, oppa!"

"Tidak Lalisa. Kau tidak bisa kabur. Jika tiba-tiba kau membatalkan kontrak ini, imejmu di China akan hancur."

Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang