PROSEDUR HOTEL

12K 237 0
                                    

Jam dinding di stasiun Tanah Abang menunjukkan pukul enam sore lewat lima belas menit. Langit sudah mulai berwarna gelap, namun stasiun Abang semakin ramai. Terlihat manusia hilir mudik pindah dari satu peron ke peron lainnya. Menuju tujuan masing-masing dengan bawaan tas masing-masing juga. Terutama mereka yang baru pulang kerja, tidak sedikit yang membawa ransel di pundak mereka. Namun, ada juga yang menggendong depan ransel mereka ketika berdesak-desakkan di kereta. Di tambah dengan para remaja maupun remaja tanggung yang akan berangkat malam Mingguan hari ini, sebab hari ini adalah hari Sabtu.

Terlihat Ibu-Ibu maupun Bapak-Bapak menggandeng anak-anak mereka. Menunggu di peron masing-masing. Sesekali candaan menghiasi percakapan mereka. Nampak, sepasang suami istri mesra dengan anak perempuan mereka. Perkiraan umur lima tahun. Mereka nampak bahagia sekali.

Sementara Leta berdiri di peron tiga stasiun Tanah Abang. Menunggu kereta ke arah Bogor datang. Leta menyentuh dadanya. Jantungnya berdegup kencang. Leta hanya bisa terdiam menatap ke depan. Ia bisa merasakan betul betapa deg-degannya ia saat ini karena akan bertemu dengan Om Brady. Stasiun tujuannya adalah stasiun Pasar Minggu.

"Duh, pulang ngga ya? Mau lanjut kok deg-degan. Tapi, ngga lanjut kok ya sayang? Bentar lagi nyampe padahal. Cuma beberapa stasiun aja," Leta mulai bimbang antara melanjutkan atau tidak. Kereta tujun Bogor pun tiba. Para penumpang langsung merapatkan barisan agar kebagian tempat di kereta meski harus berdiri. Jam-jam segini memang jam-jam ramainya untuk pulang kerja dan orang-orang ingin segera tiba di rumah.

STASIUN PASAR MINGGU.

Sebuah platform menempel di penyangga stasiun. Akhirnya setelah melewati beberapa stasiun dan berhasil berdesakan dengan banyak orang, Leta berhasil tiba di stasiun tujuannya. Leta menyeka keringat yang membasahi dahinya. Mengibaskan kaos yang semi basah akan keringat karena berdesakan di kereta. Bukan karena ac kereta mauapun kipas di dalam kereta yang tidak menyala, melainkan padatnya penumpang hingga membuat dinginnya dari kedua benda tersebut tidak terasa.

Leta menatap layar ponselnya. Ada beberapa pesan terlihat dari Om Brady di bar notifikasi layar kunci.

"Aku msh d jln, syg... ini msh d tol. Km dmn?"

Jari jemari Leta dengan cepat langsung membalas pesan Om Brady.

"Baru smpe sts Psr Mnggu nh.., Ywd aku dluan y kesna. Nggu d loby kn??? Aku psn ojol dlu y skrg,"

Leta beralih ke aplikasi Ojol. Dia melihat titik terdekat adalah Indomaret. Leta berusaha mengikuti jalan tersebut. Pantang bagi Leta untuk membuat driver Ojol menunggu. Leta selalu mengusahakan agar Leta tiba dulu di tempat baru memesan Ojol. Pasalnya, ini juga pertama kali ia turun di Stasiun Pasar Minggu.

Setelah di rasa yakin ini adalah tempat yang benar, Leta segera mengorder Ojol. Tanpa menunggu waktu lama, Leta langsung mendapatkan driver Ojol menuju Hotel Karenina. Tempat Om Brady tinggal sementara selama di Jakarta. Driver Ojol pun tiba di hadapannya dan segera memberikan helm kepada Leta setelah konfirmasi bahwa penumpang yang akan dibawanya adalah Leta. Lalu memberikan helm kepada Leta dan segera meluncur ke tujuan.

"Aku udh d ojol y. otw ke hotel yaaa," Leta mengirimkan pesan mengabari Om Brady lewat pesan.

"Sdh dpt Ojolnya? Ywdh.. hati2 ya... blg sm abg ojolny jgn smpe lecet bwa kamu. Ga ush ngebut2. Km pk helm ya,"

"Ya aku pk. ywd nnt ku kbrn lg y. udh d jln. hp ku masukkin tas tkt kejambret," Leta langsung memasukkan telefon genggamnya ke dalam tas setelah selesai mengabari Om Brady.

"Aku nunggu di lobby aj kan? Apa msk dluan nih k kmr?"  tanya Leta di ketikan yang ditujukan untuk Om Brady ketika tiba di Hotel Karenina. Tidak butuh waktu lama, Om Brady langsung membalas pesan Leta.

"Bs lsg msk k dlm? klo bs msk aja ga pp. Nmr kmrku 3019 ya. Mnt aj sm resepsionisnya kunciku atas nma Tyaga Arsenio Brady. Atw blg aja Brady. Bilg aj km tamuku ya. Atw km mau nggu di lobby? aku ga enk klo nnt org hotel mkrn km yg anh2, syg..."

"Okeeeyy. Aku cb dlu ya. Smg aj bs,"

Leta menghampiri meja resepsionis dan berusaha untuk meminta kunci kamar milik Om Brady setelah menjelaskan siapa dirinya. Tentu pihak hotel tidak memberikan langsung. Mereka, dua wanita muda cantik, meminta waktu untuk konfirmasi dulu kepada Om Brady melalui. It's oke. Tidak masalah bagi Leta. Justru sebuah prosedur yang bagus.

Salah satu Mba Resepsionis memberi tau bahwa telefon tidak di jawab oleh Om Brady. Leta terdiam dan segera berfikir. Menawarkan dirinya supaya dia saja yang menghubungi Om Brady dan Mba resepsionis mengizinkan. Leta segera menelfon Om Brady. Deringan kedua, telefon terjawab.

"Brady, dimana? Masih nyetir ya?"

"Iya. Masih di jalan. Tapi, aku udah menepi kok ini, sayang. Kenapa?"

"Maaf. Ini Mba resepsionisnya mau konfirmasi ke kamu soal pemberian kunci kamarmu ke aku. Gimana? Oh gini aja. Kamu ngomong sendiri ya ke Mba nya?"

"Boleh,"

Leta segera memberikan telefon ke Mba resepsionisnya dan diterima. Mereka pun terlibat pembicaraan yang berujung persetujuan kunci diberikan kepada Leta dan Leta langsung bernafas lega.

Fyuhhh syukur...

Mba resepsionis langsung memberikan telefon genggam milik Leta. Leta pun berpamitan ke Om Brady. Mba resepsionis segera memberikan kunci kamar dan Leta menanyakan letak liftnya. Bergegas Leta menuju lift ketika di beri tau lalu menuju lantai 3, ke kamar nomor 3019.

SUGAR BABY's STORY: 5 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang