SENTUHAN

23.4K 301 2
                                    

Leta langsung masuk ke dalam kamar mandi begitu tiba di kamar hotel. Mencuci kaki dan tangannya. Sebuah kebiasaan yang diajarkan kedua orang tuanya dari kecil dan terbawa hingga Leta dewasa. Om Brady menutup pintu kamar hotel dan menguncinya. Meletakkan kartu akses kamar di sangkutan dinding supaya listrik dalam kamar menyala semua. Ia juga mencuci kaki, tangan, dan wajahnya. Menyusul Leta yang telah meletakkan tasnya dan kini Leta nampak duduk di tepi kasur bagian kaki. Wajahnya nampak bingung.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Om Brady.

"Aku bingung ngga ada baju ganti. Biasanya aku kalo dari luar kan ganti baju. Ini sekarang karena ngga bawa jadi ngg bisa ganti," ucap Leta menatap Om Brady cemberut.

Om Brady menatap tas kopernya. Berjongkok lalu membuka tas kopernya. Mengeluarkan kaos berwarna hitam dengan tulisan. "Kamu mau pake bajuku?" tawar Om Brady menunjukkan baju yang di pegangnya kepada Leta.

Leta menatapnya, diam. Nampak berpikir.

"Kamu ada baju lagi ngga buat besok?" tanya Leta.

"Ada kok, sayang,"

"Beneran?"

"Iya, sayang. Nih, kamu pake bajuku ya?" tawar Om Brady lagi. Tetap tak ada jawaban. Om Brady menutup tas kopernya lalu berjalan menghampiri Leta. Memberikan bajunya. "Kamu ganti baju gih, sayang," ucap Om Brady.

"Buat besok aja kali ya? Masa aku pake ini lagi? Biar aku ada gantinya. Ngga papakan?" tanya Leta.

"Terus kamu ngga ganti baju?"

"Ngga papa deh pake ini aja. Sesekali,"

Om Brady terdiam. "Yaudah. Aku ikut kamu aja, sayang. Ku taruh kaosnya di atas meja ya," ucap Om Brady dan meletakkan kaos di atas meja. Kemudian berjalan mematikan sakelar lampu dan menyalakan lampu tidur. Sementara Leta mulai menaiki ranjang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur besar itu. Om Brady menyusulnya. AC mulai terasa dingin dan Leta menarik selimut.

"Kamu juga pake," ucap Leta menyelimuti Om Brady.

"Iya, sayang," Om Brady menyelimuti badannya juga dengan selimut putih yang sama dengan Leta. Kini mereka berdua ada dalam selimut yang sama. Om Brady meraih tubuh Leta yang berposisi miring di hadapannya, menatapnya. Menenggelamkan kepala dan tubuh mungil Leta dalam peluknya.

DEG DEG DEG!

"Aku masih ngga nyangka kita bisa ketemu lho," ucap Om Brady antusias.

Leta tak menjawab, ia sibuk mendengar detak jantung Om Brady dengan jelas. Detak jantung yang cepat dengan nafas memburu. Leta menengadahkan kepalanya menatap Om Brady. Laki-laki itu melihat ke arahnya dan tersenyum.

"Iya sama. Aku juga masih ngga nyangka," jawab Leta. Om Brady membelai rambut Leta. Leta pun agak menjauh, namun tetap dalam jangkaun Om Brady. Mereka saling menatap dan saling tertawa.

Tangan kanan Om Brady berada di bawah badan Leta. Menjadi tumpuan badan Leta, sementara tangan kirinya mengelus rambut Leta dengan lembut dan pelan. Mulutnya beberapa kali memuji dan mengelus pipi Leta. Hembusan nafas hangat dari hidungnya dapat Leta rasakan. Lama mereka saling menatap dan wajah mereka kian mendekat.

Dalam remangnya ruangan kamar, akhirnya mereka saling menautkan bibir dalam pejaman mata masing-masing. Lumatan bibir Om Brady terasa lembut pada bibir Leta. Penuh gairah, namun terkontrol.

Aku tak bisa melepaskan ini! batin Leta.

Om Brady mulai meliarkan tangan kirinya ke tubuh Leta. Mengelus pantat Letat lalu meremasnya lembut. Kemudian menjalar lagi ke bagian dada Leta. Meski hanya dari luar baju, Leta dapat merasakan jempol tangan kiri Om Brady mengelus dada kanannya. Pelan, ia meremas dada Leta tanpa melepas ciuman mereka. Om Brady mulai mencari titik saraf terlemah wanita, seseuatu yang menonjol pada pucuk dada di balik bra yang menutupi dada Leta berusaha ia keluarkan meski dari luar. Dapat!

Nggghh..!

Leta mengerang pelan dan mendesah. Sensasi luar biasa bagai menyetrum tubuhnya ketika Om Brady mulai memainkan puting kanan dada Leta.

Ah, Tuhan.. aku tak bisa menghentikannya!

SUGAR BABY's STORY: 5 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang