DESAHAN

29.3K 295 1
                                    

Jarum detik pada jam dinding kamar hotel mereka terus bergerak dan kedua anak manusia yang sedang mabuk asmara pun melampiaskan rindu mereka satu dengan lainnya. Om Brady memasukkan tangannya ke dalam baju Leta. Lalu menghentikan ciuman mereka.

"Bra mu kait empat, sayang," ucapnya dengan wajah bingung.

"Iya. Bisa ngga bukanya?" tantang Leta.

"Nantang nih ceritanya?" tanya balik Om Brady.

"Iya dooong..! Aku pengen tau selihai mana kamu," ucap Leta dengan tatapan nakal.

"Oooohh gitu? Okeee.." ucap Om Brady menyetujui tantangan Leta lalu mendekatkan tubuh Leta ke tubuhnya. Hingga Kaki Leta dapat merasakan sesuatu yang keras pada tubuh Om Brady dan mengeras.

PLASH!

Empat kait bra milik Leta terbuka. Leta terkejut dan menjauhkan badannya dari Om Brady dan memandang takjub laki-laki itu dengan wajah kaget juga. Sementara Om Brady nampak jumawa dengan keberhasilannya.

"Nantang sih kamu," ucapnya.

"Ish!" Leta memukul pelan badan Om Brady, malu. Beranjak dari kasur ke sudut ruangan, tepat di belakang pintu masuk kamar. Ia membuka bajunya untuk membetulkan pengait branya yang terlepas. Ingin memasangnya kembali. Om Brady pun juga beranjak dari kasur, kali ini untuk mengganti celana panjangnya dengan celana boxer. Ia lupa belum menggantinya. Leta nampak berjuang memutar branya yang terkait, dengan cup bra menghadap ke belakang dan kaitan bra di depan, agar posisinya tertukar. Seret jika tanpa handuk. Karena biasanya Leta menukar posisi dengan bantuan handuk.

Mmmhh..

Leta dapat merasakan nafas seseorang di lehernya dan tangan seseorang melingkar di pinggangnya. Leta memejamkan matanya, sempat melayang sesaat merasakan hembusan nafas seseorang di lehernya.

"Kamu mau ngapain, sayang?" tanya Leta tanpa melihat Om Brady.

Om Brady mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Leta, sementara tangannya naik ke pengait bra Leta yang masih berada di depan. Dengan lirih dan pelan, ia membisikan sesuatu penuh mesra.

"Touch you..." Om Brady pun melepas bra Leta dan mulai meremas kedua dada Leta dengan kedua tangannya sambil menciumi leher Leta hingga Leta menengadah dan mendesah pelan. Matanya terpejam merasakan kenikmatan gerakan tangan Om Brady di kedua dadanya.

"Nnngghhh..." Leta mengerang keenakan. Tangan kanannya memegang tangan kiri Om Brady, sementara tangan kirinya menjambak pelan rambut Om Brady karena tangannya mulai memelintir pelan pucuk dada Leta yang munjung.

Om Brady berhenti menciumi leher Leta dan kini menatap Leta yang mulai mendesah kecil. Om Brady mulai menjalarkan tangan kanannya ke bagian selangkangan Leta. Tempat titik ternikmat bagi kaum wanita dan meraba dari luar. Jari-jari besarnya mulai meringsek masuk ke bagian tengah, mencari tempat yang ditujunya, meski dari luar celana Leta.

Leta segera mencegahnya. Dengan wajah pasrah nan keenakan, mata sayunya memandang Om Brady. Memutar badannya ke belakang membuat tangan Om Brady berhenti bergerilya.

"Udah basah, sayang..." lirih Leta.

Om Brady tersenyum nakal dalam pandangan Leta. Jika sudah sama-sama ingin seperti ini, mereka pun melepaskan celana mereka. Leta bersimpuh di depan selangkangan Om Brady yang kini tanpa celananya. Meraih sesuatu yang sudah menegak di hadapannya. Mengocoknya pelan lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Dengan ritme yang diinginkannya, Leta dengan lihai memainkan.

"Ssshh Aaahhh..." desah Om Brady memejamkan matanya sebentar lalu menatap Leta yang bersimpuh di bawahnya. Memainkan organ luar yang ada di tubuhnya yang sudah nampak basah dan licin. Ah.. dia ingin sampai. Segera ia mengangkat badan Leta untuk berdiri, lalu Om Brady dengan cepat memepet Leta di tembok, membuat Leta terkejut. Tangan kanan Om Brady pun meraih kenikmatan yang dicarinya. Sebuah pucuk yang sudah menegang yang menjadi titik sensitif kedua pada wanita itu kini ia mainkan. Terasa basah dan dia tidak perduli. Terus memainkan hingga berbunyi. Lalu sesekali jari tengahnya di masukkan ke dalam lubang hingga beberapa kali gerakan maju mundur.

"Aaaahh.. Ngggghh... nngghh.." Leta mendesah keenakan. Matanya membuka dan menutup sesuai dengan kenikmatan yang ia rasa. "Masukiiinn..." pinta Leta manja dengan rasa nafsu yang sudah di ujung tanduk. Om Brady pun duduk bersandar pada lemari baju. Sebuah kode yang dapat di terima Leta.

"Aku di atas?"

"Ya, sayang..." jawab Om Brady lirih. Seakan sudah tak sabar untuk memuncratkan sesuatu. Leta segera mencari bajunya untuk mengelap lubangnya yang sudah basah. Lalu naik ke atas Om Brady. Membuka lebar kakinya dan memasukkan benda vital Om Brady ke dalam lubangnya.

Ahhhh... Leta dapat merasakan benda itu menghujam lubangnya. Pelan dan terasa nikmat. Om Brady mendesah dengan mata terpejam, Leta dapat melihat itu. Leta menggoyangkan badan dan bokongnya agar tongkat itu dalam posisi yang pas di dalam. Leta menggigit bibirnya memandang Om Brady yang tersenyum nakal. Ia nampak menikmati. Leta mulai menggerakkan pantatnya naik turun dan sesekali Leta juga menggerakan badannya untuk naik dan turun.

PLASH!

Om Brady memukul pantat Leta hingga Leta mengerang. Peluh keringat mulai mengalir di tubuh Leta. AC di kamar ini dingin, namun tidak mampu menutup panasnya asmara kenikmatan di antara mereka. Om Brady memainkan kedua dada Leta dan pucuknya. Menjilat, mengulum, hingga mengemutnya. Membuat Leta makin mendesah tidak karuan dan keenakan. Om Brady nampak senang melihat ekspresi Leta. Leta nampak nakal di matanya. Mereka pun saling memagutkan bibir.

"Keluar dimana, sayang?" tanya Om Brady.

"Dalaaammm.." pinta Leta manja.

"Kamu yakin?" tanya Om Brady lagi tidak yakin.

Leta mengangguk cepat. Badannya masih naik turun dan mulai melakukan gerakan lain yang mampu membuat Om Brady semakin mendesah.

"Di luar aja ya, sayang. Aku takut..."

Leta manyun.

"Nanti aja keluar di dalamnya. Sekarang di luar dulu ya..." bujuk Om Brady.

Leta mengangguk karena ia tidak mau merusak kenikmatan ini. Om Brady mendesah. Mengigit bibirnya dan meraih tubuh Leta dalam peluknya. Beberapa detik kemudian mengangkat pantat Leta dan mendesah. Ia meraskan muncratan pada organ luar tubuhnya. Leta segera menjilatnya dan membersihkan cairan itu. Om Brady tersenyum dan mengelus kepala Leta.

"Terima kasih, sayang..." ucapnya.

Masih mengulum, Leta menatap Om Brady. Selesai, Leta duduk di samping Om Brady, menghadap Om Brady. Menyandarkan kepalanya di dada Om Brady. "Sama-sama, sayang..."

SUGAR BABY's STORY: 5 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang