Mata Leta tidak berhenti memandang laki-laki yang kini ada di samping kanannya. Laki-laki yang matanya sedang fokus memandang ke depan. Memperhatikan jalan yang sedang mereka lalui menggunakan mobil. Om Brady nampak keren di sampingnya dengan kaos hitam yang memperlihatkan setengah bagian lengan atasnya yang berotot. Pas bersanding dengan perutnya yang tidak buncit, namun tidak juga rata. Standar. Sementara celana panjangnya yang berwarna cokelat nampak pas bersanding dengan kaos yang sedang dipakainya.
Malam ini mereka memutuskan untuk pergi ke suatu taman di daerah Jakarta Pusat yang masih ramai dan selalu banyak penjual makanannya. Makan adalah aktifitas pertama yang mereka lakukan bersama-sama.
Om Brady menginjak rem mobil Honda City berwarna hitam yang sedang ia kendarai. Mobilnya terjebak dikeramaian lampu merah. Musik dari radio yang ada di mobil terdengar indah dengan volume yang pas. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil. Sadar terus dipandangi, Om Brady mengalihkan pandangan ke arah Leta.
Om Brady tersenyum. "Kenapa, sayang?" tanyanya lembut.
Leta tersenyum. Ia bisa merasakan wajahnya hangat memerah karena tersipu. Leta menggeleng. "Kamu ganteng banget," ucap Leta.
Om Brady tertawa. "Kamu imut, sayang," puji balik Om Brady.
"Gombal!"
"Ih beneran kok," protes Om Brady membuat Leta tertawa melihat ekspresi Om Brady.
"Terima kasiiihh," ucap Leta manja.
"Ya, sayang. Coba sini dulu," pinta Brady sambil tangan kirinya meraih Leta.
"Kenapa?" tanya Leta bingung. Sedetik kemudian Om Brady melayangkan kecupan di ubun-ubun Leta lagi membuat Leta kembali salting.
"Aku sayang kamu,"
Leta menutup wajahnya. Om Brady tertawa.
"Aku juga," jawab Leta sambil menurunkan kedua tangannya. Mobil pun kembali jalan mengarah ke tempat tujuan.
Ramai.
Satu kata itu yang tepat menggambarkan situasi taman malam ini. Banyak orang yang ternyata menjadikan taman ini sebagai tujuan mereka malam ini. Orang-orang yang berjualan nampak sumringah melihat dagangannya laku karena membludaknya pengunjung. Parkiran motor pun penuh, begitu juga mobil.
Hahhh...
Leta menghela nafas. Wajahnya sedih. Sementara Om Brady menoleh ke kiri dan ke kana mencari tempat parkir sambil menginjak gas mobilnya pelan-pelan, menyusuri dari pinggir kiri. Ada. Tapi, cukup jauh dari taman.
"Balik ke kamar aja gimana?" usul Leta memandang Om Brady.
"Lho? Kenapa???" kaget Om Brady memandang Leta. Ia menginjak rem mobil.
"Ya penuh gitu. Lagian sekarang udah jam sebelas. Belum pesan makan, terus makannya, abis itu balik lagi ke Hotel. Mau sampai jam berapa?" tanya Leta yang justru membuatnya terkejut.
Leta menepuk jidatnya. "Astaga jam sebelas! Aku harus pulang! Gimana ini?" panik Leta.
"Pulang jam segini?"
"Iya. Aku tuh rencananya ngga nginep, sayang. Karena kan kamu bilang mau anter aku pulang. Jadi, ngga ada periapan bawa perlengkapan mandi sama bawa baju ganti. Tempat soflens sama make up aja ngga bawa!" jelas Leta.
"Ku antar sekarang ya? Mau?" tawar Om Brady.
"Keburu tutup portalku. Soalnya kalo udah tutup itu susah pas mau masuk ke dalam rumah. Harus nunjukkin id warga,"
"Kamu bawa ngga?"
Leta langsung merogoh isi tasnya.
"Ketinggalan doooooonnggg..!!" Leta menepuk jidatnya lagi. Merutuk diri sendiri karena barang seperti itu bisa ketinggalan. Walau sebenarnya memang dia tidak niat membawanya karena rencananya tidak sampai selarut ini.
"Jadi gimana, sayang?" tanya Om Brady masih menunggu jawaban Leta.
"Bisa sih minta tolong Bibi di rumah buat anter ke pos satpam. Tapi, kasian. Jalannya jauh banget dari rumah ke pos satpam. Lagian udah jam segini. Pasti udah pada tidur..." Leta tersenyum kecut. Hahhh... dia menyerah akhirnya pada keadaan.
Menatap Om Brady dengan wajah tidak enak, sementara Om Brady menunggu jawabannya dengan sabar dan tersenyum.
"Aku nginap di kamarmu aja deh," keputusan Leta pada akhirnya.
"Yakin, sayang?" tanya Om Brady memastikan.
"Iya, sayang. Habis mau gimana lagi?"
Om Brady menggenggam tangan leta. "Maafin aku ya. Ini salahku karena pulangnya terlalu larut," ucap Om Brady.
"Hah??? Ngga kok ngga. Kamu ngga salah, sayang. Ih apa sih! Jangan gitu, sayaaaang..." ucap Leta mengelus pipi Om Brady.
"Beneran aku jadi ngga enak lho sama kamu," ucap Om Brady lagi dengan wajah tidak enak.
"Iya aku juga beneran bilang kamu ngga salah. Yaudah ngga papa, sayang. Semuakan di luar rencana dan kita ngga ada yang tau," ucap Leta berusaha menghibur Om Brady.
Om Brady terdiam. "Beneran ngga papa?" tanyanya meyakinkan lagi.
"Iya sayang iya. Ngga papa.. Beneran ih!" ucap Leta gemas.
Om Brady mencoba tersenyum. "Yaudah, sayang," ucapnya. "Jadi, kemana kita sekarang, sayang?" tanya Om Brady.
"Ke hotel aja, sayang. Udah larut juga. Belum pesan makannya, terus nunggunya, habisin makanannya, ngaso dulu, terus pulang ke hotelnya lagi. Mending ke hotel aja biar kita bisa langsung istirahat buat agendain besok ngapain," saran Leta.
"Ide bagus. Oke. Ayo kita kembali ke hotel," ucap Om Brady lalu menggas mobilnya kembali ke hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR BABY's STORY: 5 DAYS
Teen FictionSetelah menjalin hubungan selama setahun secara LDR tanpa pernah bertemu, akhirnya Leta memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Brady. Bukan, tanpa alasan. Sebab Brady adalah suami orang dan Leta tau itu adalah hal yang salah. Namun, keputusa...