SEBUAH PERTANYAAN

20.2K 245 2
                                    

Leta berdiri di peron tempat kereta commuter line tujuan Manggarai. Minggu pagi ini Leta memutuskan untuk kembali ke rumah dulu. Disamping ia harus membawa baju ganti, peralatan make up, dan peralatan sabun, Leta juga harus mencuci kaos Om Brady yang ia kenakan untuk pulang saat ini. Lagipula hari ini Om Brady ada urusan mendadak untuk bertemu clientnya. Ia berjanji untuk menyelesaikan semua urusan sisa pekerjaannya disini pada hari ini, agar ketika Leta kembali lagi ke hotel, mereka bisa bersenang-senang tanpa gangguan. Sekaligus jika sempat ingin mencuci mobil sedan yang ia sewa selama di Jakarta.

Pagi tadi, Om Brady bangun lebih dulu dari Leta. Membuka gorden jendela dan mencium pipi Leta dari belakang. Sebuah sapaan hangat menyapa Leta yang masih terpejam, "Selamat pagi, sayangku,"

Leta terusik dan segera mulet. Membalikkan badannya, namun segera menutup wajahnya. "Silau," ucapnya parau karena terkena cahaya matahari yang terlihat dari jendela kamar.

Om Brady tersenyum. Mengesampingkan beberapa helai rambut Leta ke belakang telinga kiri Leta. Menyingkirkan tangan Leta dari wajah Leta, reflek Leta memeluk erat Om Brady demi melindungi diri dari silau matahari. "Sayang, bangun... sarapan yuk," ajak Om Brady lembut. Leta menggelang. Melihat Leta masih berlindung di balik selimut dan pelukannya, Om Brady pun ikutan. Tanpa dikira, Leta masuk ke dalam selimut lebih ke bawah dan membuka celana Om Brady. Mulai memainkan tongkat yang menegang.

"Nggghh.. sayang lho ya nakaaall..!" ucap Om Brady keerangan nikmat ketika batang tegangnya berada di mulut Leta dan di maju mundurkan sambil Leta memainkan lidahnya. Nampaknya, Leta tau bahwa tongkatnya memang setiap bangun tidur selalu menegang tanpa sebab. Beberapa menit kemudian pun Leta menyembul dari balik selimut sambil tersenyum lalu melet meledek. Om Brady yang tidak terima dengan sikap Leta tersebut pun membalasnya dengan membuka celana dalam Leta. Setelah bersetubuh semalam, Leta hanya memakai kaosnya saja dan celana dalam, sementara Om Brady memakai baju dan boxer.

Leta berusaha untuk menahan tangan Om Brady ketika kedua tangan kekar itu mulai melucuti celana dalamnya. Tidak bisa. Celana dalamnya pun terlepas. Om Brady berada di atas Leta kini dengan tangan kiri menopang badannya dan tangan kanannya bergerilya menjamah tubuh Leta. Mulai dari bawah, ia mencari sesuatu yang menyembul di organ vital Leta. Sebuah titik sensitif kedua pada wanita. Leta pun mengerang dan mendesah tak karuan ketika Om Brady dengan jari lihainya memainkan organ vitalnya. Leta berusaha meraih batang menegang Om Brady dengan sebelah kiri, namun Om Brady menjauh seakan menggoda. Sementara tangan kanan Leta meremas bantal hotel.

BLASH!

Om Brady menerabas lubang kenikmatan milik Leta yang akan segera batang kenikmatannya masuki. Dengan satu jari tengah tangan kanan, ia terus memaju mundurkan jari tersebut sembari mata Om Brady melihat wajah Leta yang keenakan pasrah, namun berusaha melawan. Dengan bibir bawah tergigit, Om Brady menatap Leta gemas kini. Cewek yang ada di bawahnya kini nampak bersemu merah wajahnya karena syahwatnya naik. Cukup. Om Brady pun menarik tangannya dan merasakan tangannya sudah basah dan liang itu sudah cukup becek.

"Aaaa curaaang..!" rengek Leta. "Basah banget ih," lanjutnya cemberut manja.

Om Brady tersenyum lalu memasukkan batang nikmatnya ke lubang basah Leta. Kedua mengerang dan Om Brady mulai memaju mundurkan batang tegangnya. Leta pun melingkarkan kedua tangannya di leher Om Brady. Leta tidak membayangkan bahwa sepagi ini mereka akan bersetubuh. Masih bergerak maju mundur, Om Brady memainkan ujung dada Leta yang munjung menantang. Menjilat dan meremasnya. Mengemutnya dengan nikmat hinga Leta makin mendesah.

"Cupaaaang..." pinta Leta manja.

"Apa, sayang?" tanya Om Brady meyakinkan pendengarannya.

"Cupang, sayang," ulang Leta.

"Dimana?"

"Dada aku. Disini," Leta menunjuk dada kanannya. Om Brady pun mulai meninggalkan tanda cinta disana. "Mmmmmmhhhh..." Leta mengerang. Nafas keduanya makin memburu. Om Brady melepaskan bibirnya pada dada Leta. Lalu mengangkat kedua kaki Leta pada pundaknya. Kini Leta terlihat meringis menggigit bibir bawahnya. "Aaaahhh..." desahnya agak kencang sambil kedua tangannya memegang kedua tangan Om Brady satu dengan lainnya. Tongkat menantang itu seakan lebih masuk ke dalam lagi dan memenuhi isi dalam organ vitalnya. Mendengar jeritan erangan Leta yang manja namun kesakitan, Om Brady makin nampak nafsu untuk memompa kelaminnya. Pada beberapa menit kemudian ia mengeluarkan kelaminnya dari kelamin Leta dan menyemburkan cairan putih di atas perut Leta, ketika menurunkan kedua kaki Leta dari pundaknya.

"Ayo mandi bareng, sayang..." ajak Om Brady ketika muncratan dari kelaminnya selesai.

"Kamu duluan, sayang.." ujar Leta.

"Ayo, Baby..." ajak Om Brady manja sambil membelai rambut Leta dari atas.

"Aku malu mandi berdua. Nanti aja kalo aku udah ngga malu, sayang..." pinta Leta dengan tatapan memohon. Om Brady menatapnya sambil menyingkirkan rambut yang menutupi kening Leta dan mendaratkan sebuah kecupan di kening Leta, membuat cewek itu terkejut. Pasalnya, setelah Papa, tidak ada lagi laki-laki yang bisa mencium kening Leta. Karena Leta selalu menghindar. Om Brady tau itu bahwa ia akhirnya bisa mencium kening Leta dan tersenyum bangga.

"Bisa kan aku cium keningmu," ujarnya bangga.

Leta tersipu malu dan Om Brady pun tertawa. Lalu segera ke kamar mandi. Tak berapa lama, Om Brady keluar dengan lilitan handuk di badannya. Kini giliran Leta yang mandi. Saat Leta sedang mandi, ia mendengar Om Brady menerima panggilan telefon. Wajahnya nampak berbeda dan Leta segera menyelesaikan mandinya dan buang hajat besar juga kecil. Keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya, Leta segera bertanya dan Om Brady pun menjelaskan. Dengan wajah tidak enak, Om Brady meminta maaf dan menanyakan Leta keberatan atau tidak. Dengan cepat, Leta menggeleng dan tersenyum. Ia berkata tidak keberatan. Toh, lagipula ia juga harus segera kembali ke rumah untuk ambil barang-barangnya yang lain untuk menginap beberapa hari disini sesuai kesepakatan mereka berdua. Mereka pun segera memakai celana dalam, baju sesuai dengan keperluan masing-masing, dan celana sesuai dengan keperluan masing-masing.

Om Brady menggandeng Leta dan memangkunya ketika laki-laki itu duduk di tepi kasur bagian kaki. "Sayang, jadi kita ini apa? Balikan? Kan kamu bilang kemarin kita putus?" tanya Om Brady meminta penjelasan. Leta yang duduk menyamping di atas paha kanan Om Brady nampak bingung. Wajahnya terlihat lucu di mata Om Brady.

"Ng..." Leta nampak berpikir dan Om Brady menunggu dengan sabar.

"Balikan?" tanya Om Brady sekali lagi memastikan. Menatap Leta dengan dalam.

Leta menatap Om Brady kini dan dengan malu-malu mengangguk.

"Apa itu, sayang? Iya? Coba bicara," pinta Om Brady.

"Iya balikan," jawab Leta dengan suara kecil.

"Apa, sayang? Aku ngga dengar," ucap Om Brady mendekatkan telinga kanannya ke bibir Leta.

"Iya balikan," kini suara Leta agak lebih keras dan memalingkan muka karena malu. Membuat Om Brady tersenyum menatapnya dan memalingkan wajah Leta ke arahnya dengan memegang dagu Leta, supaya Leta menatapnya.

"Aku sayang banget sama kamu," ucap Om Brady.

"Aku juga sayang banget sama kamu," balas Leta.

Sebuah ciuman terakhir tanda perpisahan hari ini mendarat di bibir mereka. Saling memagut dengan nafas hangat yang saling berhembus.

SUGAR BABY's STORY: 5 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang