Lyn menghela nafas berat memandangi pantulan dirinya di cermin, kini ia hanya mengenakan sport bra dan juga celana seperempat paha. Pantas saja Hero sampai mengatai bentuk tubuhnya tidak jelas dan juga mengatai penampilannya seperti anak TK. Liat saja lemak-lemak yang bergelambir di perut dan juga lengannya. Pinggangnya juga tidak terlihat terlalu bagus.
Dan juga lihat model potongan rambutnya yang seperti anak kecil, dan juga poni depan yang selama ini menjadi ciri khasnya. Lyn sepertinya harus benar-benar merombak habis-habisan penampilannya ini. Lyn juga sepertinya harus mulai belajar memakai make up dan juga perawatan wajah lainnya.
Selanjutnya Lyn mengeluarkan timbangan berat badan yang berada di bawah tempat tidurnya. Ia lalu mulai naik ke atasnya dan langsung membelalak kaget begitu melihat hasil angka timbangannya.
“55 kg! Ihhh kok Lyn gendut banget sih?!! Via aja yang tinggi berat badannya cuman 50 kg!” gerutu Lyn pada dirinya sendiri.
“Kalo gitu Lyn harus turunin berat badannya jadi kira-kira.. mmh.. 45 kg udah jadi kurus gak ya?”
“Pokoknya Lyn harus diet! Lyn juga harus sering-sering olahraga!” seru Lyn menyemangati dirinya sendiri.
Lyn lalu segera mencari ponselnya dan langsung membuka aplikasi browsing untuk mencari tau cara menurunkan berat badan yang ampuh.
“Pokoknya Lyn harus bisa seksi kayak Gigi Hadid!! Liat aja, kak Hero bakalan Lyn buat kesemsem setengah mampus ama Lyn!!”
***
“Nah guyss... berhubung papi gue kemarin abis pulang dari Bandung. Gue bawain kalian brownis yang terkenal banget disana. Ayo mangga dicobian! (Ayo silahkan dicoba!)” ujar Silvia mempersilahkan teman-temannya memakan brownis yang ia bawa.Sontak Kenny dan Reno langsung semangat bahkan sampai berebutan mengambil kue brownis tersebut. Biasanya disaat ada makanan seperti ini Lyn akan menjadi orang yang paling semangat dan heboh melebihi Kenny. Tapi gadis itu kini hanya diam saja tak menoleh sedikitpun, bahkan daritadi Lyn terus saja disibukkan dengan ponselnya. Ia terus sibuk membaca tips-tips diet termasuk membaca makanan apa saja yang harus ia hindari.
“Lyn ini ada brownis kesukaan lo, mau gak?” tawar Silvia pada Lyn.
“Gak makasih, Lyn gak lagi pengen yang manis-manis. Lyn udah manis, nanti takut diabetes kalo Lyn makan yang manis-manis.” ujar Lyn yang membuat Silvia menjitak kepala Lyn dengan penuh cinta.
“Semenjak ditolak Hero otak lo makin konslet aja ya!”
“Seriusan Via, Lyn gak lagi pengen makan yang manis-manis.” ujar Lyn serius.
“Kenapa sih tumbenan amat.” heran Silvia melihat sikap Lyn yang tidak seperti biasanya.
“Oh iya Via, pulang sekolah kita ke mall yuk?” ajak Lyn selanjutnya.
“Ngapain? Nonton? Makan? Gue lagi gak ada duit nih sorry aja.”
“Bukan, kita keliling mall cari kosmetik yang bagus buat Lyn. Sekalian kita nyalon juga.” ajak Lyn yang membuat semuanya terkejut bukan main. Bahkan Kenny dan Reno yang sedang lahap makan brownis pun kompak dibuat tersedak sampai terbatuk-batuk.
“Makannya kalo makan tuh baca doa dulu!” nasehat Silvia pada Kenny sambil menepuk-nepuk belakang lehernya.
“Tumben Lyn kamu ngajak Silvia nyalon terus beli kosmetik juga.” ujar Reno yang dibuat keheranan dengan sikap Lyn sekarang.
Lyn hanya tersenyum kecil, “Kan Lyn ini cewek, wajar dong kalo Lyn ngajakin Via beli kosmetik terus pergi ke salon juga.”
“Tapi aku masih ngerasa aneh aja sih, kan kamu biasanya kalo diajak Silvia ke salon kamu suka nolak terus. Kamu juga paling benci kalo Silvia mau ngedandanin kamu. Kok sekarang malah sebaliknya sih?” ujar Reno menjelaskan kebingungannya. Karena memang sebelumnya Lyn paling anti dengan hal-hal berbau feminim seperti make up, salon, parfum, bahkan dress pun Lyn sangat anti.
“Mungkin Lyn udah dapat hidayah, gapapa Reno tandanya Lyn sekarang udah mulai dewasa.” ujar Silvia yang merasa senang melihat perubahan sahabatnya. “Tenang Lyn, gue bakalan rekomendasiin toko kosmetik langganan gue. Disana make up nya komplit terus kualitasnya juga ok.” ujar Silvia yang membuat Lyn berseru senang.
Reno yang melihatnya entah kenapa tidak ikut merasa senang. Biasanya setiap Lyn tersenyum, tertawa, atau terlihat bahagia Reno akan ikut tersenyum juga. Tapi kali ini firasat Reno merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan perubahan Lyn kali ini.
***
“Pertama-tama lo pake toner ama pelembab dulu, abis itu kalo muka lo pengen keliatan lebih bening sama cerah lo pake bb cream buat make up base-nya. Terus pake concealer yang ini buat nutupin kantung mata lo biar gak terlalu keliatan. Abis itu lo pake deh bedaknya terserah mau yang padat atau yang loose powder. Saran gue sih karena wajah lo udah lumayan putih sama mulus, lo pake yang loose powder aja biar lebih keliatan natural. Terus abis itu lo pake blush on bla bla bla...”
Setelah berburu kosmetik di mall, Silvia ikut pulang ke rumah Lyn untuk mengajarkan Lyn cara memakai make up. Ia juga menjelaskan satu persatu alat-alat make up beserta kegunaannya dan juga mana saja kosmetik yang harus dipakai terlebih dahulu.
Reno yang memang selalu main ke rumah Lyn, hanya memandangi kegiatan Silvia dan Lyn dari atas tempat tidur. Ditangannya terdapat novel dari salah satu karya Tere Liye yang sudah ia baca setengahnya. Tapi meskipun tengah membaca novel, pandangan Reno selalu terarah pada Lyn yang kini terlihat serius belajar memakai make up.
“Jangan ajarin dia make up tante-tante! Ajarinnya yang natural aja!” ujar Reno mengingatkan Silvia.
“Gue juga tau keleus! Yakali gue ajarin dia make up yang menor kayak tante-tante! Emangnya gue mau ngajarin dia jadi lonte apa!” seru Silvia yang merasa tersinggung dengan perkataan Reno tadi. Pasalnya Silvia memang suka memakai riasan khas orang dewasa terutama lipstik dengan warna merah menyala.
“Ya ampun Lyn lo cantik banget sih! Anak ayam gue sekarang udah gede huhuu...” Silvia takjub sekaligus merasa terharu melihat Lyn sekarang. Pasalnya Lyn menjadi terlihat sangat berbeda, jika biasanya wajah Lyn terlihat sangat polos sekarang menjadi terlihat lebih berkharisma dan menarik berkat polesan make up tipis di wajahnya. Ditambah wajah Lyn kini terlihat lebih cerah dan juga berseri.
“Reno coba liat Lyn! Kata Via Lyn jadi cantik lhoo!” seru Lyn antusias sembari menghampiri Reno.
Reno kemudian menoleh dan ia langsung dibuat tertegun melihat penampilan Lyn sekarang. Senyuman yang mengembang ceria di bibir gadis itu semakin membuat wajahnya terlihat lebih berseri dan menggemaskan. Wajah Reno sampai dibuat memanas karenanya.
'Sial imut banget!' - batin Reno
“Gimana Reno? Lyn sekarang cantik banget kan?” tanya Lyn antusias dengan senyuman yang terus mengembang di bibirnya.
Reno mengangguk setuju yang membuat senyuman di bibir Lyn semakin mengembang. Lyn lalu meloncat-loncat kegirangan seperti anak kecil yang dibelikan mainan. Melihat itu wajah Reno dibuat semakin memanas.
Lyn lalu mengambil ponselnya, ia lalu mengambil beberapa selfie dan langsung ia masukan ke ig story nya. Tak lama setelah itu Lyn lalu berteriak histeris.
“Kenapa Lyn?!” tanya Silvia penasaran.
“KAK HERO LIAT IG STORY NYA LYN!!!”
“Yaelah gue kirain lo menang undian.”***
double up dong gaess~
selamat malmingan buat kalian para kaum rebahan~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Video Games | Meryl Lynn
Teen Fiction"Jangan sampe kamu biarin cowok lain meluk kamu, apalagi nyentuh pinggang sama punggung kamu.. karena pasti ujung-ujungnya.. mereka bakalan pegang ini." ujar Hero sambil meremas kedua buah dada Lyn. Sontak Lyn dibuat membelalak kaget karenanya. "Cum...