Lyn baru saja akan menggigit donatnya saat mendengar suara klakson mobil dari luar sana. Lyn hapal sekali bunyi mobil tersebut, ia kemudian langsung turun dari atas kasur Reno dan mengintip keluar dari balik jendela kamar Reno.
Lyn melebarkan senyumannya begitu dugaannya benar.
"Reno, Lyn pulang dulu ya!!" pamit Lyn dan setelah itu ia segera berlari keluar dari kamar Reno dan rumah pemuda itu
"KAK JACOB!!" teriak Lyn saat berlarian ke arah Jacob yang baru saja keluar dari mobilnya.
Jacob melebarkan tangannya dan menangkap Lyn yang meloncat girang memeluknya.
"Lyn kangen banget sama kakak.." ujar Lyn dalam pelukan Jacob.
"Kakak juga kangen banget sama kamu.." balas Jacob, ia mengeratkan pelukannya pada Lyn. Mengusap-usap lembut surai hitam adiknya yang tergerai.
Saat pelukan mereka terlepas, Jacob menyadari ada banyak perubahan pada adiknya. Terlebih penampilannya.
"Rambut kamu kok beda sih? Poni kamu kemana?"
Jacob menangkup wajah Lyn lalu mencubiti pipinya. "Kamu kok jadi kurusan gini sih? Padahal dulu pipi kamu itu chubby banget."
"Ya bagus dong tandanya Lyn ini jadi langsing." ujar Lyn sambil melepas kedua tangan Jacob dari pipinya.
"Kamu pasti abis diet-dietan ya? Atau jangan-jangan kamu suka lupa makan?"
"Nggak kok kak, Lyn suka makan teratur kok tiga kali sehari. Ngemil tapi, gak makan nasi.. hehe.." Lyn memasang cengiran khasnya.
Jacob memandang Lyn tajam, ia kembali mencubit pipi Lyn. Kali ini lebih kencang yang membuat Lyn meringis kesakitan.
"Becanda kak! Lyn suka makan nasi kok! Nasi merah tapi, hehe.."
Jacob menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Lyn, Jacob kira perubahan penampilan Lyn menandakan perubahan sikap adiknya juga yang berubah dewasa. Ternyata sikapnya masih sama saja.
"Kakak bawa banyak oleh-oleh buat kamu, kamu bantuin ambil di bagasi ya?" ujar Jacob kemudian.
Lyn langsung mengangguk semangat dan melakukan gerak tangan hormat layaknya tengah upacara bendera. "Siap laksanakan!" serunya lalu melangkah dengan penuh semangat ke arah belakang mobil kakaknya.
Lyn membawakan banyak barang dengan penuh semangat ke dalam rumah. Jacob juga melakukan hal yang serupa, Jacob lalu memasukkan barang belanjaannya yang berupa sayur, buah dan banyak makanan lainnya ke dalam lemari pendingin dan juga laci kabinet. Sebelum pulang menuju rumah, Jacob terlebih dahulu berbelanja di swalayan karena ia sudah hapal betul bahwa stok makanan di rumah pasti sudah habis. Lyn jarang memasak dan lebih sering membeli makanan lewat delivery service atau makan di luar. Jacob sudah hapal betul kebiasaan adiknya itu. Jadinya karena ia sudah pulang, Jacob pastikan Lyn tidak akan makan diluar lagi ataupun sekedar memesan makanan via online.
"Kamu udah makan? Pasti belum ya?" tanya Jacob disela-sela kegiatannya membereskan barang belanjaan. Sedangkan Lyn tengah asyik duduk menontoni kakaknya sambil memakan ice cream bungkus ke tiga.
"Udah, makan donat tiga terus sekarang makan es krim yang ketiga juga ."
Jacob segera merebut ice cream yang tengah Lyn makan. "Jangan kebanyakan makan es krim! Kamu kan belum makan nasi!"
Karena tak terima, Lyn langsung melayangkan protesannya. "Donat kan mengandung karbohidrat juga! Kan donat itu bahannya sama kayak roti! Gula juga ada karbohidratnya! Es krim kan manis kayak Lyn! Berarti es krim juga ada karbohidratnya dong! Jadi gapapa!"
"Berarti kamu juga mengandung karbohidrat, kan katanya kamu itu manis." ujar Jacob diiringi kekehan kecil.
"Ya nggak lah! Kak Jacob ngaco ish!"
"Yang ngaco itu kamu. Kamu mau kakak masakin apa? Kakak juga laper nih sekalian kita makan bareng."
Lyn terlihat sibuk dengan pikirannya sejenak, "Mmhh.. Lyn pengen makan kwetiaw goreng. Pake sosis yang buaanyak."
"Yaudah, sana mandi terus ganti baju. Ketek kamu udah basah tuh." gurau Jacob.
"Ihh enak aja! Ketek Lyn kering gini, lagian ketek Lyn juga wangi parfum!" ujar Lyn tak terima yang membuat Jacob tertawa.
***
Johan baru saja pulang kerja dari kantor seperti biasa, ditangannya terdapat plastik berisi makanan kesukaan Hero yang ia beli di perjalanan pulang.
Johan melihat anak semata wayangnya itu tengah sibuk bermain ponsel sambil tiduran di sofa. TV dinyalakan dan sama sekali tidak Hero tonton. Johan lalu menghampiri anaknya itu untuk mengajaknya makan.
"Hero, ayo makan ayah udah beliin makanan kesukaan kamu." ajak Johan pada anaknya yang terus saja bermain ponsel.
Hero sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari ponsel, ia seperti enggan sekali menatap ke arah ayahnya.
"Yaudah sono siapin piringnya." jawab Hero tak acuh.
Johan hanya bisa menghela nafas pasrah, ia sudah terbiasa dengan sikap anaknya yang seperti ini kepadanya.
Bahkan saat tengah makan pun Hero terus mengabaikannya meskipun ia terus mengajaknya berbicara.
Selesai makan pun Hero langsung pergi ke kamarnya begitu saja tanpa ada niatan membereskan piring bekas makannya.
Johan mencoba mengajak Hero untuk menonton pertandingan bola bersama di TV tapi Hero tolak dengan mentah-mentah.
Hero lebih memilih untuk segera merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya daripada harus menonton bola bersama ayahnya. Ia paling malas untuk menghabiskan waktu dengan ayahnya meskipun hanya sebentar.
Ponsel Hero terus berdering, Lauren terus menghubunginya bahkan sejak ia tengah makan tadi. Karena merasa kesal dan terganggu, Hero terpaksa menjawab panggilannya agar cewek itu mau berhenti menghubunginya.
"Lo kurang kerjaan apa gimana sih?! Lama-lama gue blokir juga nomor lo!" Hero langsung meluapkan kekesalannya begitu panggilannya sudah terhubung.
"Jangan lah Hero sayang! Lagian suruh siapa baru jawab teleponnya sekarang."
Hero bergidik ngeri saat mendengar Lauren masih memanggilnya dengan sebutan sayang. "Lo masih belum sadar juga ya? Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi, jadi stop ganggu gue!"
"Kamu pasti sengaja kan pura-pura deket sama cewek lain pake ngajak dia jalan segala cuman buat manas-manasin aku?"
Hero tertawa mengejek, "Pede banget sih lo? Halu lo tuh ketinggian pesawat gue jadi gak bisa nyampe."
"Hero aku serius! Buat apa sih kamu ngedeketin cewek lain cuman buat bikin aku cemburu?! Mana ceweknya bukan level kamu lagi. Kamu udah gila?!"
"Lo tuh yang gila, lo tuh kayak cewek psycho tau gak? Percuma lo udah pindah sekolah ke sekolah gue karena gue gak akan ngenotis lo lagi sama sekali. Dan berhenti bersikap seakan kita ini masih kayak dulu, semuanya udah berakhir. Lo gak usah ngehalu terus."
"Hero!—"
Hero mematikan panggilannya secara sepihak. Ia memode pesawatkan ponselnya agar mantannya itu tidak bisa menghubunginya lagi untuk sekarang.
Lauren benar-benar menyebalkan, sepertinya Hero harus berusaha lebih keras lagi agar mantannya itu benar-benar percaya bahwa semuanya telah berakhir.
***
Vomen nya qq^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Video Games | Meryl Lynn
Teen Fiction"Jangan sampe kamu biarin cowok lain meluk kamu, apalagi nyentuh pinggang sama punggung kamu.. karena pasti ujung-ujungnya.. mereka bakalan pegang ini." ujar Hero sambil meremas kedua buah dada Lyn. Sontak Lyn dibuat membelalak kaget karenanya. "Cum...