Kenangan

1.2K 104 2
                                    

Pesawat yang ditumpangi Yuuri mendarat di bandara Haneda sesuai jadwal. Perjalannya terbilang lancar--tujuh jam lebih lima menit--menggunakan pesawat jenis Airbus A330-300.

Cuti yang disetujui hanya tiga hari. Jika ditambah weekend, berarti hanya memiliki lima hari selama di Jepang.

Selesai melewati kantor imigrasi, Yuuri berjalan lurus dari arrival exit ke arah stasiun kereta Haneda. Netranya tiba-tiba basah, seperti menangkap sesosok diantara para penjemput yang memanjang di pintu kedatangan itu.

Laki-laki berkaos putih dan celana jeans-default dengan senyum khas gigi kelinci-melambaikan tangan ke arahnya.

Yuuri mendesah. Itu hanya kenangan dua tahun lalunya di sebuah musim semi. Waktu itu Yuuri pun berdiri di tempat yang sama seperti sekarang, tak jauh dari tempat Kento berdiri untuk menjemputnya. Bening kaca di matanya kini sudah pecah, menjadi bulir yang terasa hangat menyentuh pipi.

Beberapa menit berjalan di lobi yang tak terlalu penuh, akhirnya ia sampai di konter tiket Keikyu Line yang terletak di sebelah kanan meja Acces Information dari pintu kedatangan. Setelah mendapatkan tiket sekali jalan, gadis itu menyusuri koridor, lalu turun menggunakan eskalator.

Yuuri seperti berjalan di sebuah lorong panjang. Gelap dan sempit. Lorong yang siap membawanya ke masa lalu. Ia bahkan seperti tak bisa bernapas, merasakan sesak yang mengepung dadanya.

Tangannya kembali mengusap pipi yang basah.

Tubuhnya terhenyak ketika sadar telah sampai di stasiun Mita. Perjalanan selama dua puluh lima menit terasa seperti sekejap mata, apalagi kepalanya masih berat akibat jet lag.

Yuuri memutuskan untuk langsung pergi ke hotel yang telah dipesannya di kawasan Minato, tidak jauh dari kampus Kento. Beberapa hari sebelum menghilang, Kento sempat mengirim fotonya bersama Mizuki--sepupunya--di seputaran kampus. Rupanya Mizuki sudah bekerja menjadi staf administrasi di sana.

Yuuri berjalan ke arah utara, sekitar lima menit. Setelah menyeberangi tiga pertigaan, akhirnya ia sampai di depan hotel. Banyak pemandangan dan bangunan yang sudah berubah di sepanjang jalan yang dilaluinya.

Hotel itu terbilang strategis di Minato-ku. Jika sembilan menit berjalan kaki ke arah Barat Laut akan mendapati Taman Shiba, Shiba Kouen, taman yang berbatasan langsung dengan Tokyo Tower.

Yuuri sampai di lobi hotel jam lima lewat dua puluh menit. Dia memperlihatkan beberapa dokumen dan mengisi formulir untuk mendapatkan kamar yang beberapa hari lalu dipesannya secara online. Setelah mendapatkan kunci, gegas ia menuju kamar untuk rehat dan membersihkan diri.

Masih ada waktu sekitar empat puluh menit hingga azan isya, sekitar satu jam lebih cepat dari azan isya di Indonesia. Yuuri sudah mengunduh aplikasi waktu salat di gawainya. Ia tak ingin lalai, karena pastinya akan sulit bisa mendengarkan langsung azan dari masjid di tempat seperti ini.

Selesai membersihkan diri, dibentangnya sajadah kecil yang dibawanya dari rumah. Ia juga telah mengunduh aplikasi arah kiblat karena tak ada tanda seperti yang biasa ditempel pada kamar hotel di Indonesia. Yuuri menjamak salat magrib adan isya.

Sebenarnya rasa kantuk sudah mulai menyerang, karena matanya yang lelah dan sembap. Tapi cacing di dalam perutnya menggelitik. Mungkin ia tidak bisa tidur jika tetap mengabaikan.

Merapal Cinta Tertulis [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang