Jawaban

1.1K 120 11
                                    

Yuuri merasa pemuda itu terlalu jauh baginya. Terlalu tinggi untuk ia imbangi. Dunia mereka tentu saja berbeda. Latar belakang pendidikannya juga. Bagaimana mereka bisa bertahan?

Entahlah, Yuuri merasa bimbang akan seperti apa kehidupannya nanti, seandainya perjodohan itu tetap harus berjalan seperti rencana. Sayangnya, Yuuri tetap belum merasakan sedikit pun desiran dalam hatinya.

"Pilihlah jodoh atas empat perkara. Hartanya, keturunannya, kecantikan atau ketampanannya, serta agamanya. Jika semua kriteria itu tidak dimiliki dalam diri seorang pemuda, maka pilihlah yang baik agamanya saja." Itu nasihat Papah dulu saat Yuuri masih berhubungan dengan Kento.

Laki-laki itu? Ah, bahkan Papah tidak merestui mereka sejak awal.

Setelah sesi perkenalan singkat selesai, Mamah mempersilahkan para tamu untuk mencicipi suguhan sambil persiapan sholat zuhur. Begitu azan berkumandang, para laki-laki bergegas ke masjid, sementara para perempuan salat di rumah.

Semua kembali bergabung di meja makan. Waktunya makan siang.

“Dicicipi rendangnya, Nak Fauzan,” tawar Mamah. “Ini spesial Yuuri masak untuk Nak Fauzan,” godanya.

Yuuri dan Fauzan sama-sama tersedak. Mamah berhasil menggoda mereka berdua.

“Wah mungkin ini pertanda bahwa mereka benar-benar jodoh, bisa tersedak bareng.” Papah mengomentari, yang membuat batuk Yuuri tambah menjadi.

Mamah mengambilkan air minum untuknya.

Tunggu, sepertinya ada yang kurang. Tapi apa?

Ia berpikir sejenak, lalu menoleh ke arah samping.

Kireina sejak kapan jadi pendiam?

***

“Bagaimana menurut Yuuri?”

Eh? Apa yang harus ia jawab?


Mamah menatap lekat putrinya yang tengah menyibukkan diri di depan cermin, mengoleskan krim malam.

“Papah bilang, ustaz Fauzan akan menunggu jawabanmu. Dia memberi waktu tiga hari. Apa itu cukup untuk berpikir, Sayang?”

Yuuri berbalik menatap Mamahnya. “Menunggu jawaban? Apa dia sudah memutuskan untuk menerima Yuuri secepat itu?”

Mamah mengangguk.

Yuuri menoleh dan meletakkan botol krim malamnya di atas meja.

“Mah, kenapa ustaz--eh--Kak Fauzan mau sama Yuuri? Bukankah dia seorang tokoh agama terpandang? Maksud Yuuri, ilmu agamanya mumpuni. Bisa saja ia mencari calon istri yang memiliki latar belakang agama yang sama. Da'iyah--pendakwah, atau anak ulama sekalian.”

Mamah menghela napas panjang. "Mungkin itu yang dinamakan jodoh. Ustaz Fauzan bahkan sudah menerimamu di kali pertama Papah menyampaikan keinginan mencarikanmu jodoh. Yah, Papah pernah cerita masalah Yuuri dan memintanya untuk mencarikan laki-laki yang baik untukmu. Tanpa disangka, Fauzan menawarkan diri."

Hampir saja kedua bola Yuuri seperti mau meloncat keluar saking kagetnya.

"Menawarkan diri? Apa dia sudah tahu Yuuri sebelumnya?"

Merapal Cinta Tertulis [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang