Di rumah yang sepi, rasanya ada yang kurang jika belum mendengar ocehan dari mama. Padahal hari sudah mulai petang.
Aku mencoba mengusir kebosanan, aku mengambil gitar yang sudah lama tak aku pakai, kumainkan setiap nada demi nada, membuat mataku terasa begitu berat, sungguh suara gitar mampu membuat otaku sedikit tidak sadar, hingga aku menuruti permintaan mataku.
"De, bangun, Diana!" ucap seseorang mengusik tidurku.
Aku mengerjapkan mata beberapa kali, mataku memperlihatkan dengan jelas sosok mama.
"Duh, apa, sih, Ma! Udah dibilang kan paling gak suka diganggu gini," ucapku sambil menggeliat.
Taakkk, mamaku langsung menjitak kepalaku. "Kamu udah gede! Masih aja nanya kayak anak kecil! Cepet kamu cuci muka lalu turun ke bawah, ada kerabat datang! Inget, jangan lupa selalu senyum! Muka cemberutnya hilangin," ucap mama sambil berlalu.
"Bukannya kemarin Mama bilang papa yang mau kesana?" ucapku sedikit berteriak.
"Papamu yang nyuruh! Sudah pasti kamu gak akan mau ikut jika ke rumah aunty arum!" ucap mama penuh kebenaran.
Aku berdecak sebal, segera aku turun dari kasurku sambil mencak mencak tidak jelas, aku basuh muka manisku, memang aku manis? Iya.
Aku mengganti baju menggunakan dress warna putih gading, aku merapikan rambut berantakan lalu memberikan sedikit lipbalm tipis di bibir mungilku."Done!" ucapku sambil bergaya ala model.
"Cantik,...emang aku cantik!" pujiku sendiri, sudah penuh fakta.
Aku segera menuruni tangga, sudah kulihat banyak orang di bawah, sungguh aku tidak menyukainya, ingin rasanya mengusir mereka. Terlihat ketika mama memandangku sudah memberi kode untuk selalu tersenyum, membuatku mengukir senyum paksa di bibirku.
Perbincangan makin larut membuatku sungguh sangat jenuh, aku hanya tetap mengumbar senyuman palsu, hanya mengangguk atau menggeleng jika ditanyai, aku tak membuat pertanyaan atau apapun, aku ingin cepat selesai. Aku merasa membuang energi percuma disini, apalagi waktu emasku, hilang sia sia.
Hampir dua jam aku mengikuti permintaan mama dan papa, hingga aku merasa seperti kehabisan untuk mengartikan kata kelelahan, papa yang melihatku hanya manggut manggut mengerti ekspresiku yang mulai berubah.
"De, kamu bisa ke kamar kalo lelah, besok, kan, masih sekolah," ucap papa yang membuat rasa bosan langsung hilang.
Aku melirik ke mama, sangat paham dengan permintaannya, aku menghembuskan nafas halus.
"Nggak Pa, diana disini aja! Rindu juga sama eyang juga aunty," ucapku dengan senyuman.
Semua langsung mengangguk senang lalu bercanda ria, namun tidak denganku, aku ingin mereka cepat pulang ke rumah masing masing! Sungguh, sandiwara itu tidak baik.
Tetep urut bacanya gaes, dikit dikit dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Gadis Aneh [Completed]
Teen Fiction"Jangan suka judge orang kalo gak tau apa apa!" ~ Diana Jovalina. Cover by @Niakhayy. Start - finish. 22/3/20