Hubunganku dengan Kak David sudah hampir dua bulan lamanya, sekarang Kak David jarang sekali mengajakku jalan, aku paham, dia akan lebih fokus belajar untuk mendapatkan hasil maksimal. Dia mengajariku banyak hal. Darinya aku belajar untuk menghargai perasaan orang lain, karena perasaan itu sangat rentan katanya, perlu perlindungan penuh agar tidak mudah tergores. Hmm, sepertinya dia tipe cowok bukan suka gombal.
Tugas osis pun sudah berkurang, kini tinggal hanya ringan ringan saja, pintar sekali Kak David dalam mengoordinasi dalam penyelesaian tugas, sangat pantas menjadi seorang ketua bahkan pemimpin, apakah aku bisa seperti Kak David saat aku sudah naik pangkat? Kenapa aku menjadi gusar?
"Kak," ucapku menuju parkiran sekolah.
"Apa?"
"Kak David mau lanjut kuliah dimana?"
Dia memutar bola matanya ke kiri kanan seolah sedang berpikir pikir sebelum menjawab.
"Dulunya aku niat lanjut di luar, tapi dipikir pikir lebih baik lanjut disini aja," ucapnya sambil menatapku senyum.
"Kenapa?"
"Kenapa, ya?"
"Aku nanya."
"Aku tau kamu nanya."
"Jawabnya gak nyambung."
"Nyambung. Buktinya aku sama kamu sekarang nyambung, kan?"
"Bukan begitu!"
"Gimana?"
"Kenapa gak jadi sekolah di luar?"
"Gak mau jauh sama orang yang disayang," ucapnya dengan senyuman.
Aku langsung tersenyum menampilkan deretan gigiku. "Aku mau jalan jalan dulu sama kamu."
"Kemana?"
"Terserah."
"Males kalo jawabannya itu," ucap Kak David sangat menggemaskan. Sungguh, pasti kalian juga akan sama denganku, ingin sekali mencubit pipinya gemas, bukan karena gembul, mungkin terlalu baik untuk disentuh.
"Nggak ganggu belajar kamu, kan?"
"Enggak."
"Antar aku beli buku, ya?"
Aku sudah terbiasa untuk selalu boncengan dengan Kak David seperti pasangan kekasih pada umumnya, rasa canggung sudah hilang entah kemana, lirikkan para siswa pun tak lagi muncul, mungkin sudah terbiasa. Aku sangat bahagia menjalani cerita buatan tuhan ini, aku harap bisa berakhir seperti ini saja, aku sudah bahagia. Bersama orang yang aku sayang.
"Mau beli buku apa?"
"Gak tau, nanti cari cari dulu."
"Harus dibaca! Apalagi kemarin kamu abis beli buku! Emang udah selesai?"
"Belum," ucapku dengan cengiran tidak jelas.
"Kebiasaan!" ucapnya datar. Entahlah, aku menyukai gaya perhatian seperti ini. Mungkin berasal dari orangnya, bukan dari kata katanya, makanya terasa sangat istimewa.
"Malem minggu mau keluar?" tanyanya saat di depan toko buku.
"Kamu gak belajar? UN semakin dekat, kan?" tanyaku balik.
"Gak pa-pa, kan, sekali kali keluar?" ucapnya sambil memasuki toko.
Jika kalian ingin tahu, aku baru dua kali selama dua bulan pacaran merasakan malam minggu keluar bersama pacar, tak masalah bagiku.
"Kak," ucapku lagi saat di depan kasir.
"Apa?"
"Nanti jadi keluar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Gadis Aneh [Completed]
Teen Fiction"Jangan suka judge orang kalo gak tau apa apa!" ~ Diana Jovalina. Cover by @Niakhayy. Start - finish. 22/3/20