Yok kumpul yang rindu mereka💙
Dua tahun ternyata berlalu begitu cepat, meninggalkan bekas bekas nasib baik entah buruk di tahun lalu, membuatku seolah mempunyai pegangan kekeh ketika akan bertindak, agar tidak mempunyai kesalahan fatal seperti yang lalu.
Sepertinya aku berkeinginan menetap di Jogja, kenyamanan aku dapatkan ketika tinggal disini, daripada di jakarta, malah memulihkan ingatan yang dulu_, ah, sudahlah, aku tak mau membahas.
Apakah dari tulisanku di atas sudah mencerminkan bahwa aku baik baik saja? Tidak juga, ternyata serpihan kecil menyakitkan masih melekat di perasaan juga dipikiran. Aku tahu, semua itu tidak akan bisa dilupakan, sudah permanen di otak, tidak bisa dihapus.
"Diana, ayo pulang," ucap Bagas.
Aku langsung menutup Notebook yang berisi tulisan anehku, lalu memasukan ke dalam tas dan mengikuti Bagas keluar dari kedai.
"Nih," ucap Bagas memberikan cup coffe, aku hanya menerimanya. Cocok sekali dengan kondisi malam dingin seperti ini.
Kami berjalan menuju apartemen, Bagas yang memaksa mengantarkanku, biarpun jaraknya hanya butuh lima jengkal mungkin.
"Langsung mandi, makan, ngerjain tugas, lalu tidur," ucap Bagas saat sampai di depan pintu apart, aku hanya mengangguk dengan senyuman.
Tidak usah ku ceritakan siapa Bagas, pasti kalian sudah tahu siapa dia, cowok baik yang bernasib harus menyayangiku. Namun tidak denganku, perasaanku masih dibawa oleh dia, dan Bagas mengerti itu semua.
Aku menyalakan lampu, menaruh tas ke sembarang arah, merebahkan tubuh di sofa, perasaanku selalu merinding ketika menoleh ke arah portable dengan fotoku bersama dia tertata rapi dalam figura mini.
Mengapa jadi teringat lagi dengan dia? Perasaanku masih mau dengannya, namun aku paham dengan kenyataan. Kenangan yang lalu bersamanya memang manis, sampai kemanisan menjadi sebuah penyakit yang bersarang selama bertahun tahun.
Apakah aku bodoh? Mengharapkan sesuatu yang belum tentu menjadi milikku, padahal ada banyak orang yang ingin membuatku bahagia, terlebih Bagas. Tidakkah aku sadar, mungkin dia sudah memiliki Diana yang lain, yang lebih cantik, lebih pintar, melebihi segalanya, sedangkan aku disini? Menjadi perempuan bodoh dengan menyesali segala sesuatu yang sudah lalu. Sulit sekali memantapkan hati untuk menjalani sesuatu tanpa mengikutkan masa lalu, butuh waktu untuk itu.
Aku hanya manusia biasa, terkadang mengingat masa lalu juga membuatku menjadi lemah, bisa juga membuatku menjadi semangat, semua memang tergantung dengan suasana hati. Mungkin suasana hatiku sedang tidak mendukung, sehingga malam ini namanya sempat berlabuh di pikiranku.
***
Hari ini aku sudah berkemas kemas dengan rapi. Papa akan datang lima menit lagi katanya, keadaan membuatku harus pulang ke jakarta karena mama sakit, lagi pula aku juga merindukan mama, mungkin selama dua minggu aku akan berteduh di jakarta, meninggalkan sementara kegiatan kuliah saat ini.
"Gimana kuliah kamu, manis?" tanya papa saat kami sudah di dalam mobil."Dikejar kejar mulu sama tugas, Pa. Sumpah," omelku, sedangkan Papa hanya terkekeh.
"Mama keadaannya gimana?"
"Mamamu cuma panas ringan, mungkin dia merindukan Diana." Aku hanya tersenyum.
Sampai depan rumahku, rasa rindu kian membuncah, melihat pagar dengan cat sudah diganti warna, membuatku tidak sabar untuk segera turun menemui mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Gadis Aneh [Completed]
Teen Fiction"Jangan suka judge orang kalo gak tau apa apa!" ~ Diana Jovalina. Cover by @Niakhayy. Start - finish. 22/3/20