"De, aku ngusulin murid cowok dua sama cewek satu, kelasnya beda beda, aku perhatiin dia terlalu cocok untuk jadi wakil, kamu mulai sekarang pantau, deh," ucap Kak David saat kami berdua di ruang osis.
"Siapa?"
"Bentar," ucapnya sambil mengambil buku dalam tasnya.
"Ada savina sumzi, anak kelas, mm, bentar, ohh, nih, murid IPA 2 kelas XI." Aku hanya mencatat informasi yang diberikan Kak David.
"Terus?"
"Ini yang cowoknya, zaki anfaril kelas XI IPS 1, sama bintara vandelio kelas XI IPS 2, kamu amatin, lah, mereka, aku pilih dari baik yang terbaik itu," ucapnya sambil menutup bukunya.
"Kenapa bukan aku yang milih?"
"Ntar kalau kamu udah jadi ketua baru bisa milih, aku dulu juga gitu! Tinggal jalanin perintah daru ketua, terus aku ngamatin kamu, deh. Kamu, kan, sekarang belum menjabat ketua! Makanya belum bisa milih," jelasnya sangat rinci.
"Terus kalo keduanya gak kepilih, mereka tetap menjadi anggota osis, entah itu jabatannya apa, kalo mereka gak daftar, pasti akan didaftarkan sama guru pembina osis." ucap Kak David.
"Kenapa terlalu pemaksaan, ya?"
"Ya, mau gimana? Udah turun temurun, kan?"
"Ah, kenapa kamu milih aku, sih, untuk jadi wakil?"
"Jalanin aja! Lagian kalau kamu belum jadi osis, mungkin masih pendiam banget," ucapnya memang benar.
"Mungkin."
Aku hanya manggut manggut mendengarkan penjelasan Kak David, seperti tidak yakin untuk menjalankan tugas ini kedepannya. Apakah aku akan siap menjalankan tugas, mengingat aku yang akan menjadi ketua? Ayolah, pasti diriku bisa! Kak David saja mampu.
"Kenapa? Gak yakin?" ucapnya mengerti jalan pikirku. Aku hanya manggut manggut tidak percaya diri.
"Aku dulu juga gitu! Percaya aja! Lambat laun pasti jadi kebiasaan." Aku hanya tersenyum.
"Right."
***
Waktu terus berjalan, seperti tampak biasa saja bagiku, tidak ada yang istimewa. Pemilihan anggota osis juga berjalan sesuai rencana, dilanjutkan dengan upacara serah terima jabatan dan sebagainya, ini tandanya diriku sudah benar benar menjadi seorang ketua osis di SMA Garuda. Angkatan Kak David sudah menjadi mantan osis, mereka juga harus fokus dengan ujian yang mereka hadapi. Kini aku merasakan hari hariku menjadi dua kali lipat lebih sibuk dengan tugas osis maupun tugas sekolah. Mamaku yang sering mengingatkan atau meng-handle waktuku agar selalu tepat waktu, dia selalu bisa menjadi apapun yang aku butuhkan. Sudahlah, aku sangat capek sekali, bagaimana Kak David bisa menjalankan tugas ini dengan selalu ceria semangat. Ah, seharusnya aku bisa mencontoh
Wakil osis? Sampai lupa aku menceritakan tentangnya. Bintara Vandelio, dia yang berhasil membuat guru guru percaya untuk menjadikannya sebagai wakil osis. Bintar, orang paling aktif sekaligus jahilnya melebihi orang gila, walaupun sepanjang pengamatanku dia juga murid baik baik, siapa menyangka sangat mudah mengamati seseorang dari covernya, itu sangat sulit! Buktinya Bintar.
Lelaki itu cukup punya tampang, sudah terlihat dari wajahnya anak blasteran. Tidak tahu blasteran mana, aku tidak peduli, hidungnya mancung menyaingi orang luar, kulitnya putih bersih, bibirnya cukup tipis, rambutnya tampak rapi membuatnya bisa menjadi idola setelah Kak David.
"Bin! Kamu kalau nyelesain tugas yang niat bisa gak, sih!" gerutu sarah, anggota osis seangkatanku.
"Gue udah selesain baik baik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Gadis Aneh [Completed]
Fiksi Remaja"Jangan suka judge orang kalo gak tau apa apa!" ~ Diana Jovalina. Cover by @Niakhayy. Start - finish. 22/3/20