Aku Gadis Aneh 10

196 24 7
                                    

Aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit yang ditempati Karisa. Sebenarnya mama memaksa untuk mengantarku, namun aku menolaknya, mungkin dia khawatir karena hari sudah malam, sekitar pukul setengah delapan. Aku hanya memesan taksi saja.

Aku sangat takut untuk menemui Karisa, perasaanku bagaimana? Sudah siapkah? Entahlah, lihat saja nanti.

Sampai di rumah sakit aku segera turun dan menghampiri resepsionis untuk menanyakan keberadaan Karisa, aku berharap dia baik baik saja, tidak terjadi hal yang buruk.

"Pasien bernama karisa dipindahkan ke ruang jenazah sebelah kanan, Kak. Sekitar pukul 4 sore tadi,"  ucap suster itu.

Deg, hatiku seperti ditusuk, disayat, dicekik, semua terasa jadi satu, bagaimana mungkin aku tidak akan menangis, tentu saja aku menangis dalam keadaan diam. Aku sangat menyesali perbuatanku, sudahlah, penyesalan hanya sia sia. Aku segera beranjak menuju kamar mayat yang ditunjukan oleh suster, aku memberanikan diri untuk membuka knop pintu ini. Jangan takut!

Aku memasuki ruangan pengap dan gelap ini, banyak sekali disini mayat mayat bertiduran dengan tenang, aku segera mencari nama Karisa yang melingkar di kakinya. Aku sengaja menahan rasa tangisku agar tidak pecah, aku harus kuat, hingga aku berhasil menemui nama Karisa Vandini, nama yang cantik, seperti orangnya, tunggu, sadarkah aku baru pertama kali ini mengetahui nama panjang Karisa, astaga aku! Layak sekali diriku dibilang egois! memang aku ini egois, mementingkan perasaanku sendiri daripada orang lain. Entah kenapa tiba tiba air mata meluncur sendiri, aku sungguh lemah sekali, kenapa hatiku tidak bisa kuat! Cengeng sekali aku ini.

Aku segera membuka kain tipis warna putih yang sedang menyelimuti wajah manisnya. Sebenarnya aku tak tahan berlama disini, hanya menyayat perasaan sendiri! Tetapi, tolonglah untuk kali ini lawan rasa sakit ini dulu. Aku harus mengucap untuk terakhir kalinya, sangat miris sekali ketika aku melihat wajah orang yang sangat aku sayang telah hilang nyawa, bibirnya sudah pucat, wajahnya pun sama, aku tersenyum getir. Seperti mengulang saat melihat Devan, kini gantian Karisa, lalu siapa lagi tuhan? Siapa lagi yang akan engkau ambil?

"Manis, kamu pergi yang tenang, Kakak ikhlasin," ucapku sambil mengecup keningnya. Sakit sekali rasanya. Aku menatapnya lagi, seperti tidak menyangka hal ini bisa terjadi, apakah ini mimpi? Tidak, ini sangat nyata! Terimakasih atas kejutanmu, tuhan.

Aku keluar dari rumah sakit tiada semangat untuk berjalan, aku sangat kacau, sungguh kacau. Aku memutuskan pergi ke sebuah kedai kopi, guna membantu moodku membaik. Tanpa Karisa, mungkin sampai saat ini aku belum ada keberanian untuk duduk disini. Ini pun aku paksakan untuk memperbaiki kesedihanku karena Karisa. Ah, bukankah niatku kesini untuk mengalihkan Karisa dari otakku? Tetapi malah semakin membekas nama gadis itu dalam otakku. Aku bodoh! Aku gila! Aku kacau! Aku bukanlah aku! Diriku ini siapa? Aku tak mengenalinya lagi. Aku lelah, harus bagaimana aku?

Aku segera membayar kopi itu, lalu beranjak pergi dari tempat ini. Harus kemana lagi aku pergi? Tidak mungkin aku pulang ke rumah, hanya menambah kejengkelanku.  Tak terasa air mataku tiba tiba turun begitu saja. Biarkanlah dia turun, aku tak mau menahannya, turunlah yang deras! Aku memutuskan duduk di taman yang sering aku kunjungi, masih ramai, banyak orang masih berlalu lalang. Tanpa Karisa, aku mungkin masih risih dengan keadaan seperti ini, sudahlah! Aku berusaha untuk berhenti memikirkannya, biarkan dia pergi, sampai aku merasakan kesepian di tengah keramaian lagi.

"Nangis mulu," ucap seseorang yang tidak asing di telingaku, sudah pasti Kak David, benar sekali dugaanku.

Aku hanya menatapnya kesal, menggangu orang saja! Tidak kah dia tahu ada orang sedang berkabung.

"Geser! Gue mau duduk!" ucapnya ketus, aku menuruti saja, tidak ingin berdebat panjang, aku malas.

"Gue liat lo tadi di kedai kopi, terus gue ngikutin lo!" ucapnya santai.

Aku Gadis Aneh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang