Aku Gadis Aneh 6

304 44 9
                                    

Khusus untuk setiap ujian, mama akan selalu menjemputku, aku yang meminta, karena lelah jangan ditambahi hanya untuk menunggu angkutan juga desak desakan dengan penumpang lain. Kalau boleh jujur, lebih baik aku dijemput mama setiap hari, agar terhindar dari kerumunan orang banyak, namun bisa apa, mama yang memaksaku dari sejak SMP untuk naik angkutan umum, aku sangat paham dengan tujuan mama, mungkin berharap diriku bisa bersosialisasi dengan keadaan sekitar, namun tak berhasil. Begitu juga dengan sekolah, kalau boleh pilih aku akan memilih home schooling, namun siapa yang berani melawan mama?

Aku segera masuk mobil dan mengenakkan sabuk pengaman.

"Gimana? Lancar?" ucap mama sambil menyalakan mobil siap berlalu.

"Alhamdulilah," ucapku singkat sambil mengembangkan senyum tipis.

***

Selama beberapa hari ini, semua murid SMA Garuda disibukan dengan belajar, fokus dengan ujian masing masing, perpustakaan yang awalnya sepi, kini menjadi ramai seketika. Membuatku tak nyaman hingga aku malas untuk pergi ke perpustakaan setiap ada ujian sekolah.

Aku pergi ke taman belakang yang cukup sepi, cukup nyaman untuk membaca buku disini. Namun niatanku hilang seketika, aku mendecak pelan menatap langit yang cukup cerah.

Sudah 5 hari, genap hampir seminggu, tak ada tanda tanda seorang David Morganno mendekatiku. Ucapan Gebi salah, kah? Apa aku terlalu banyak berharap? Astaga, kenapa aku ini? Aneh, siapa juga yang berharap dengan David. Aku tertawa sinis, dasar pengecut, semua cowok pengecut. Tunggu, apakah cowok yang pengecut? Atau aku yang terlalu tidak peka. Entahlah, peduli apa aku tentang David.

***

"Kyaaaa, gue gak sabar ambil hasil ujian gue!" teriak Maika semangat saat keluar dari ruang kelas. Ya, ini adalah hari terakhir ujian sekolah.

"Gue gak terima pokoknya, kalo nilai matematika gue tetep jelek! Gue udah ngorbanin mati matian demi si MTK!" gerutu Gebi.

"Kalau tetep jelek?" tanya Alika.

"Gue bakal marah besar sama MTK," ucap Gebi sambil mencak mencak gak jelas.

"Caranya?" tanyaku yang akhirnya membuka suara. Percayalah, aku berpikir lebih dari dua kali hanya untuk sepatah kata. Aku ingin membiasakan diriku untuk terus bersama mereka, membuka cerita baru.

"Caranya?! Mm, gak tahu, deh!" ucap Gebi sambil berjalan lebih cepat menuju gerbang.

"Gue duluan gaes!" ucap Gebi sambil memainkan tangannya.

"Yoii," sahut yang lain.

***

Sampai rumah, tak ada niatan untuk membuka sebuah buku, entah kenapa mood aku tiba tiba buruk, sungguh ini bukan kebiasaanku. Aku hanya mondar mandir tidak jelas di dalam kamar, mengharapkan pencerahan bisa datang.

"Mama pasti bisa bantu," ucapku pada diri sendiri.

Segera aku membuka pintu kamar, menyusul mama yang sedang asyik menonton tv.

"Ma."

"Hmm."

"Kalo mood Mama jelek, biasanya Mama ngapain?"

"Ngumpul sama temen," ucap mama, apakah mama menyindirku?

"Yang lain?"

"Pergi ke rumah eyang, ngumpul sama saudara," ucap mama, lagi lagi membuatku kesal.

"Yang bener dong, Ma!" ucapku mulai kesal.

"Lah emang mama gitu kalau lagi bosen, kenapa sih? Mood kamu buruk?"

Aku Gadis Aneh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang