Kalian percaya atau tidak? Jika aku tak bisa menahan rasa tangisku saat di jalan, aku sama sekali tak bisa membendung rasa sakit di batinku, hanya dalam bentuk airmata yang mampu membantuku meredakannya. Aku mengusap kasar airmataku yang terus turun, segera mencari halte bus terdekat. Hanya ada aku, duduk sendirian, tak ada teman. Sulit sekali mengembalikan keadaan seperti dulu, seperti waktu aku belum punya teman sama sekali, tak pernah aku punya masalah seburuk ini, harus bagaimana aku? Aku bingung. Memang kalian benar, semua orang butuh teman untuk memberi kebaikan juga keburukan, menjadikan duniaku lebih bewarna, sekarang aku menyetujui pernyataan itu. Namun bagiku ini sakit sekali tuhan, harusnya aku tidak ikutan bingung tentang masalah mereka, apakah diriku memang selalu membuat semua orang bertengkar? Tangisku makin pecah dalam keheningan ini, aku tak bisa menahannya, aku ingin menumpahkan semuanya.
Aku merasakan ada suara langkah seseorang yang mendekat. Aku tak peduli, aku tetap menunduk lalu mengusap airmataku.
"Masih ada aku," ucapnya sangat tidak asing di telingaku. Ah, kenapa harus David yang datang saat aku lemah seperti ini.
"Ngapain, Dav?" ucapku berusaha baik baik saja.
Dia berjalan mendekat lalu duduk di sebelahku "Coba cerita," tawarnya begitu lembut, membuatku ingin menangis saja.
"Kenapa harus kamu yang muncul!" ucapku parau sudah tak kuasa menahan airmata.
"Aku selalu ada untuk kamu. Kamu cukup teriak nama aku tiga kali, pasti langsung muncul."
"Aku serius!" ucapku memaksa.
"Tuh, kan tambah lucu kalo senyum," ucapnya lagi.
"Males, ah!" ucapku memalingkan muka.
"Nah gitu, dong, jangan nangis terus, udah mau jadi anak kuliahan masih cengengan," ucapnya mengacak ngacak rambutku. Aku tak menggubris.
"Aku antar pulang, ya?" tawarnya.
"Kamu pulang duluan aja."
"Ya sudah aku tungguin kamu disini, jam segini, tuh, udah gak ada bus lewat!"
"Serah aku, lah!"
"Hmm."
"Dav," tanyaku memandangnya, ah, pertahananku sudah luntur hanya melihat senyum tipisnya.
"Apa?"
"Kenapa orang selalu bertengkar karena aku, ya?" ucapku lemah.
"Bukan karena kamu, itu mereka sendiri yang buat masalah baru....Kamu tau? Kamu pantas disukai banyak orang," ucapnya menatapku teduh.
"Gak usah dipuji kalau mau modus!" tembaku langsung.
"Kamu udah pinter, buat apa aku modus, aku ngomong apa adanya."
"Tapi ada maunya! Ya, kan!"
Ia hanya terkeleh gemas, "cewek kayak kamu seribu satu di dunia."
"Halah kuno!"
"Tuh, kan, mulai....Kamu tau? Cowok suka sama tipe cewek kayak kamu, penuh dengan tantangan untuk mencari identitasnya."
"Terus?"
"Mulai sekarang jangan pernah nyalahin diri kamu lagi, ya, ini bukan salah kamu," ucapnya tetap mentapaku. Jujur aku sedikit bingung, ia mengetahui jalan pikirku.
"Tiga hari lagi aku udah boarding, jaga diri baik baik, jangan suka bertindak bodoh yang membahayakan diri kamu sendiri, ya," ucapnya masih tenang.
Ada rasa tidak ikhlas kembali menyelimutiku, sadarlah diana! Dia sudah bukan hak kamu!
"Kamu juga hati hati disana," ucapku dengan senyuman. Ia kembali mengembangkan senyumanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Gadis Aneh [Completed]
Teen Fiction"Jangan suka judge orang kalo gak tau apa apa!" ~ Diana Jovalina. Cover by @Niakhayy. Start - finish. 22/3/20