Upah

3.3K 338 30
                                    

Yoonji mengingat percakapan saat disekolah tadi dengan jimin yg mana kebanyakan berisi tentang pertanyaan jimin seputar kakaknya. Yoonji tidak keberatan, sungguh. Hanya ia tidak yakin dengan kakaknya yg mau diperkenalkan dengan jimin.

Masalahnya adalah, yoonji tahu bahwa yoongi bukan seseorang yg tertarik memiliki hubungan dengan teman adiknya atau singkatnya seseorang yg lebih muda. Tapi, hati manusia mana tau'kan.? yoonji hanya takut jimin nanti sudah jatuh tertimpa sakit hati, itu pasti menyedihkan.

"ngelamun lo."

"e-eh, hah.?"

"ngelamunin apaan lo.?"

"gaada."

Yoongi masa bodo, berlalu dengan gelengan kepala bermaksud maklum.

"ka yoon."

"hn."

"gajadi."

"gajelas amat lu, uang jajan kurang.?"

"engga ka, buset."

"ya apa dong."

"kan dibilangin gajadi."

"lain kalo mau nanya tapi ga mateng gitu jangan nanya sekalian, ga guna."

Sang kaka melengos pergi menaiki tangga menuju lantai dua.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Jarum jam menunjukan angka 06.10 pagi, seharusnya yoonji sudah dalam perjalanan mengingat kebiasaanya berangkat pukul 06.05. Kali ini yoonji memilih melonggarkan sedikit jam berangkatnya, hanya untuk memastikan sesuatu.

"ka yoon, onji berangkat."

"hm, hati-hati."

Sarapan bersama memanglah agenda mereka setiap harinya, dengan menu apapun itu setidaknya pagi hari mereka diawali dengan saling bertukar sapa dan bertemu pandang satu sama lain.

Yoongi sudah siap dengan setelan kasualnya, hanya tinggal memastikan sumber liatrik dan api sudah padam juga semua pintu terkunci dengan aman.

-brum brum-

Bunyi knalpot motor yg membuat telinga gatal mengganggu, bergegas keluar demi untuk mendapati seorang pengemudi motor besar dengan helmet fullfacenya.

Mengunci pintu masuk dan terakhir pintu pagar, yoongi melihat pengendara motor cbr150 itu secara seksama. Sempat salah fokus dengan kegagahannya, yoongi akhirnya menyadari bahwa pengendara ini ialah orang yg sama dengan pengendara motor yg mengantar adiknya pulang tempo hari.

"jemput yoonji ya.? dia udah jalan dari tadi."

Pelan tapi pasti, pengendara itu membuka helmet fullfacenya bagaikan adegan slow motion.

"sengaja kok, yg mau saya boncengin kan kakaknya."

Kerutan didahi yoongi muncul, pertanda heran.

"ayo kak naik, saya anter sampe tujuan."

Yoongi malas meladeni, ia pun hendak menaiki motor tersebut namun dihentikan.

"apa.? tadi katanya mau nganter.."

"pake helm dulu ka."

Berdecak sesaat, memakainya secepat kilat detik berikutnya yoongi sudah berada nyaman di belakang sang pengemudi.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

"nih, makasih."

"bentar kak, kenalin.. Aku jimin, Park jimin."

Niat akan langsung pergi diurungkan, yoongi menerima jabatan tangan si pengemudi.

"Min yoongi."

"emm ka, didunia ini gaada yg gratis."

'tuhkan.!'

Sudah yoongi duga, bocah SMA mana yg mau cuma-cuma mengantarnya sampai gedung fakultas. Merogoh saku almamaternya, yoongi tidak mendapati uang banyak.

Kini, telapak tangannya ia tadahkan -tepat berada didepan wajahnya- hanya ada 3 lembar, itupun satu lembar 2ribu dan dua lembar 5ribu. Seketika otaknya dengan cepat memproses "yatuhan, lupa ngambil duit lagi. Ovo aja ya.?"

"gabutuh uang ka, butuhnya nomer hp kakak aja."

Yoongi tersenyum kecil -hingga tak terlihat-,memasukan kembali uang diganti mengambil pena yg terjepit diantara saku almamaternya dan menuliskan beberapa digit angka diatas telapak tangan jimin.

"aku hubungi harus aktif ya kak, kalo gitu aku langsung otw lagi. Makasih kak yoongi, have a nive day calon."

Park jimin sudah menghilang dari pandangan, tapi yoongi tak bergeming dari tempatnya berdiri seinchi-pun. Pemilihan kata terakhir diujung kalimat bocah itu jelek sekali -fikirnya- dengan pipi bersemu merah hingga ketelinga.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Tbc

Simply Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang