Jelas

2.3K 246 3
                                    

Sudah sejak kemarin jimin menahan rasa rindu, lebih-lebih lagi pertanyaan yg benar-benar terkumpul dikepalanya hingga kini yg tak menemukan jawaban. Niat ingin pulang cepat sirna, lupa bila ada bimbingan belajar rutin untuk kelas tingkat akhir macam dirinya. Sulit, jimin menopang pelipis memakai kedua tangan diatas meja. Bimbingan belajarnya memang tidak lama, tapi jika dalam keadaan begini rasanya seperti tidak sebentar. Tak terlalu memperhatikan guru bimbingan, ocehan penjelasan sang guru pun tak masuk kuping sama sekali apalagi otak. Jimin pening karena rindu, jimin ingin cepat pulang.

"park jimin.?" guru Lee menegur, dan bersyukurnya jimin cepat tanggap dengan langsung menatap tepat kemata sang guru "ya pak.?"

Kerutan halus muncul dikening guru Lee, terganggu dengan siswa satu ini yg terlihat tak berkonsentrasi "jawaban soal nomor 10 apa.?"

Gelagapan sebentar, jimin membuka buku paketnya "dari sini pak, atau saya harus maju.?" tanyanya,  memastikan "maju dan jelasin."

Jimin bukan siswa pintar yg dibanggakan banyak guru, hanya kebetulan pandai dalam beberapa mata pelajaran juga banyak berdedikasi di club dance membuatnya dikenal banyak penghuni sekolah. Maka tak heran jika jimin bisa menyelesaikan soal matematika yg lumayan rumit walau hanya melamun dalam kelas "jangan bengong kalo lagi pelajaran saya.!" guru Lee memberi peringatan, yg hanya dibalas anggukan sopan dari jimin dan kelas kembali berjalan semestinya.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Taehyung menepuk pundak jimin sembari terbahak berlebihan, jimin akan sangat bersyujur jika ada binatang yg masuk memenuhi rongganya itu.

"goblok lo jim, guru Lee kan terkiller setelah guru Song malah cari perkara." guru song, guru bahasa inggris yg kini jam mengajarnya sudah digantikan oleh yoongi.

Menghempas tangan taehyung yg masih dipundak "bodo lah, gaurus." jawabannya semakin membuat taehyung terbahak bahagia luar biasa.

"woi lo bedua ngalangin jalan bangsat, dikata badan lo kecil-kecil apa hah.?!" jimin terdorong kedepan dan taehyung terhempas kesamping, taehyung mendelik kesal pada yoonji sedangkan jimin menariknya secepat kilat dan membawanya pergi

"jimin.!! aelah, belom gue siksa tuh curut satu."

Tak memperdulikan teriakan taehyung yg bahkan mengalahkan bunyi bel sekolah, jimin terus menyeret yoonji dengan cara mencekik leher dengan ketiaknya.

"jimin bangsat lepasin, gue aduin kakak gue ya.!" kelakar yoonji tak diindahkan, hingga mereka sampai di parkiran sekolah jimin baru melepas cekikannya.

"kalo marah sama kakak gue ya jangan ngelampiasin ke gue dong sialan.!"

"gue anter balik."

"siyap, emang niat nebeng sih gue."

"bajingan, untung gue sayang kakak lo."

"jadi kalo lo ga sayang kakak gue gamau nganter.?"

"ya enggalah, emang gue ojek."

"bodo amat dah, buru cabut keujanan berabe ntar."

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Hujan deras tak dapat dibendung, berhenti untuk berteduh pun rasanya sudah tak membantu. Maka jimin memilih menerobos hujan hingga kediaman yoonji "masuk dulu jim."

"gausah, gue balik aja."

"ga ya anjing, resiko gue di amuk kak yoongi. masukin ga motor lo.!" dengan sedikit terpaksa sebenarnya, jimin memasuki pekarangan rumah minimalis itu. Sedikit banyak hatinya gusar, jantungnya berdegup cepat.

Simply Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang