Park Jimin

3.1K 325 19
                                    

Min yoongi hanya tak habis fikir, bagaimana bisa ia menemukan dirinya tengah memandangi layar ponsel yg gelap hingga lupa berkesip di bangku kantin fakultas.

"yoon."

"SIALAN.!"

"apaan sih."

"lo ngagetin."

"ngagetin mata lo dua, gue nyapa. Dasar lo nya aja lagi ngelamun itu mah."

Tidak peduli, bibir kecil yoongi tetap lancar mengumpati temannya. Seokjin -si pelaku- itu duduk dihadapan yoongi hanya demi mendapati gerutuan juga wajah kesal si empunya.

"lagi nunggu apaan sih lo, bukannya pesen makan. Keburu kelas lagi ntar."

"iya."

"iya apa anjir, nungguin pengumuman pemenang lotre ya lo.?"

"sembarangan bener bacotnya."

"ya abis muka lu kan muka-muka penikmat gituan."

"sinting.!"

Dengan lemas yoongi beranjak meninggalkan tempat duduknya untuk memesan makan siang, tanpa tahu jika satu notifikasi datang membuat layar ponselnya terang.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

"ga dibaleeeeees..."

"apa sih lo, lebay bener. baru juga kekirim dua detik yg lalu."

"tapi'kan harusnya langsung dibales."

"ka yoongi buka generasi menunduk macem lo, dia lebih seneng baca buku ketimbang baca notif. Apalagi dari lo, ga penting-penting amat."

"gaboleh kurang ajar sama calon kaka ipar, durhaka lo.!"

"durhaka gigi lo gondrong.!"

Yoonji dan jimin berada di satu meja yg sama, yoonji dengan mie ayam dihadapannya risih sendiri mendapati jimin merasa galau karena sang kakak.

Jam kosong tadi dimanfaatkan jimin untuk bercerita bagaimana suksesnya dia mendapatkan nomor ponsel kakaknya yoonji, mengantar hingga depan lobi fakultas. Menepuk dada dengan bangga, jimin menyombongkan diri bukan main.

-ting-

Wajahnya yg tertekuk diatas meja kantin hilang seketika, berganti dengan sumringah luar biasa.

"dibales ji.!!" hebohnya.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Makan malam kali ini kakak beradik Min sepakat memesan makanan siap saji agar cepat santap, Yoongi membayar sementara yoonji menata meja makan dengan cepat.

Keheningan menyelimuti, hanya ada suara dari sendok garpu dan piring yg beradu.

"jimin nganterin gue tadi pagi."

"iya tau."

"dia juga minta nomor dan ngechat siangnya."

"udah tau."

"beneran gapapa.?"

"apanya.?"

"lu tau maksud gue yoonji, gue gabisa basa-basi. Bukan ahlinya, gue nanya sama lo itu artinya lo harus bener-bener tanya diri lo. Ada jimin ga dihati lo, karena lo tau kalo gue gabakal nanya tentang ini lagi."

"gue gasuka sama jimin."

"ok, gue pegang kata-kata lo. Meskipun lo nangis-nangis darah suatu saat nanti karna baru sadar kalo sebenernya lo suka sama dia."

Hidangan malam itu terasa hambar diakhir, yoonji mengerti dan faham betul bahwa yoongi bukan pribadi yg 'baik'. Kakaknya akan selalu bertanya tentang 'kamu suka atau engga' setiap memiliki sesuatu, tidak pernah berubah. Bahkan sampai sekarang pun yoongi tetap memprioritaskan yoonji diatas kepentingannya.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Menginjak semester 4 tahun ini membuat yoongi tidak memiliki banyak waktu bersantai, karena meskipun belum termasuk mahasiswa semester keramat baginya mengerjakan tugas jauh-jauh sebelum deadline adalah kewajiban.

-tok tok-

Bunyi pintu diketuk dari luar membuyarkan sedikit konsentrasinya.

"masuk."

-cklek-

"onji bikin kopi buat ka yoon."

"hm, makasih."

"onji mau nemenin ka yoon bikin tugas."

"gausah, besok juga lu harus sekolah. Cuci kaki, sikat gigi. Tidur."

Tak mengindahkan titah sang kakak, yoonji duduk ditepi ranjang. Dari sini yoonji bisa melihat betapa sempitnya bahu sang kakak, walau begitu yoonji selalu suka saat yoongi memeluknya erat.

"namanya jimin, Park jimin."

Bisa yoonji lihat punggung sempit itu menegak.

"onji selalu suka sama perlakuan jimin terhadap semua temen disekolah, gapernah pilih-pilih kalo bergaul. Jimin selalu bisa nempatin diri dimana dia berada, gapernah bilang ga bisa saat banyak orang yg mengharapkan pertolongannya. Onji kagum sama pribadu jimin yg gak pernah gampang sakit hati sama canda, caci dan hinaan banyak orang. Onji ngeyakinin diri buat jadi temennya jimin sampe kita sama-sama bahagia suatu saat nanti, onji gapernah berfikir bahkan menghayal sekalipun jalin hubungan yg lebih dari temen sama jimin. Ka yoongi nanya onji suka atau engga sama jimin, jawabannya engga. Karena jimin bahkan udah lebih dulu kasih ultimatum sama dunia kalo dia bukan seorang pecinta lawan jenis, dari awal yg onji khawatirin bukan masalah perasaan onji ke jimin. Tapi perasaan ka yoon yg onji khawatirin, gimanapun onji gamau rasa suka yg bahkan baru pertama kali onji liat segitu terpancarnya dari wajah jimin redup ditangan kakak onji sendiri. Onji gamau jimin kecewa ka, cuma itu. Maaf onji jadi ngelantur, makasih udah mau nerima kopi buatan onji. Onji pamit bobo dulu ka."

-cup-

Ciuman di pipi itu jadi ucapan selamat malam yg manis dari yoonji untung sang kakak yg amat disayanginya.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Tbc

Simply Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang