Cemburu

3.2K 303 18
                                    

Siang itu park jimin terduduk dengan gusar dimejanya yg berada deretan tengah barisan dekat jendela, bel pulang sudah berbunyi satu jam lalu untuk tingkat 1 dan 2, lain halnya dengan tingkat 3 yg diwajibkan mengikuti jam pelajaran tambahan sekitar 1 hingga 2 jam. Sekolah tidak pernah memperkenankan siswa siswinya untuk bimbel masing-masing murid. Karena itu pihak sekolah meminta ijin orang tua murid untuk menambah jam pelajaran dengan guru masing-masing bidang diambil dari sekolah bimbingan khusus terkemuka dikota tersebut, tidak setiap hari melainkan jam tambahan itu hanya berlaku di hari selasa dan kamis.

Bel berbunyi nyaring tanda usainya bimbingan belajar, guru bimbel lebih dulu keluar diikuti siswa siswi lain yg sudah tak sabar ingin segera berada di rumah.

"ji balik bareng."

Yoonji menoleh, mendapati jimin tergesa mengaitkan ransel dipundak dan menghampiri mejanya "ga, gue udah pesen gojek."

"cancel."

"enak bener bacot lo, ogah."

Park jimin merasa aneh, kenapa yoonji bersikukuh tidak mau pulang bersamanya.? "gue punya salah sama lo.?"

"drama lo, ya nggalah.." ransel sudah dipunggung, ponsel sudah ditangan. Yoonji siap untuk keluar kelas, sebelum jimin merubah semuanya.

Lelaki park itu merebut ponsel yoonji, tanpa kunci pengaman -yoonji lebih menyukai ponselnya yg begitu- hingga langsung menampilkan menu pada laman aplikasi ojek online yg tengah dipesannya dan memencet 'batal' disana "apa-apaan sih lo.?!"

Abai, jimin mengetikan pesan sebentar lalu mengembalikan ponsel pada pemiliknya "bayar ojeknya, gue isi ulang gopaynya." yeah, park jimin dengan segala kediktatorannya.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Pulang bersama jimin tidak pernah terasa secanggung ini, yoonji hanya terus memainkan ponselnya tanpa mau repot mengajak jimin bicara seperti kebiasaan mereka. Sampai dirumahnya pun yoonji tetap diam, saat jimin akan mencegah temannya itu masuk ada satu kendaraan beroda dua yg datang dari arah berlawanan dan berhenti didepannya.

Lupa tujuan, jimin sibuk memperhatikan sang penumpang turun dengan ransel dipunggung, paper bag di tangan kanan juga tangan kiri yg menjinjing komputer portabel. Ia turun dengan bantuan sang pengemudi, dengan telaten si pengemudi itu mematikan mesin motor lebih dulu lalu dua tangannya ia arahkan ke pengait helmet si penumpang dan membukanya hingga tanggal dari kepala.

"makasih."

Pengemudi itu menarih helmet di jaring jok belakang lebih dulu, membuka kaca helmet fullface miliknya dan matanya melengkung tanda jika dibalik itu ia tersenyum "sama-sama, ga disuruh mampir dulu nih.?"

"engga, nanti makanan gue abis."

Ketus tapi membuat pengemudi itu tertawa geli bukan main, tangan yg masih terpasang sarung tidak menghalanginya untuk menangkup pipi gemuk nan putih "yaudah gue balik deh."

"hm, hati-hati."

Pengemudi yg tak dikenal -menurut jimin- itu pun pergi "jadi ini yg bikin ka yoongi ga bales chat terakhir aku.?"

Jimin diam, tak menyangka dengan apa yg baru saja keluar dari bibirnya. Begitu pula yoongi yg seakan tersadar dari dunianya "jimin.? nganterin yoonji bukan, ko ga masuk.?"

Yoongi bicara tanpa beban, seakan memang itu hal wajar -menawari mampir pada teman adiknya-

"yg tadi pacar ka.?"

"bukan."

"terus.?"

"temen yg kebetulan rumahnya searah, ga jauh beda sama kamu dan yoonji."

"tapi ka yoongi ga bales chat terakhir aku jam satu siang tadi."

Kerutan muncul didahi sempit yoongi, menaruh paper bagnya ditanah lebih dulu dan menyerang saku celana kanan untuk mengecek ponsel yg sudah tanpa daya.

"mati." sesalnya, seraya menunjukan layarnya yg hitam pada jimin.

"bisa aja kan dimatiin dua menit yg lalu.?" nadanya tidak terdengar bersahabat, yoongi menyadarinya.

Tanpa keduanya tahu yoonji melihat dari balik tirai rumah, walaupun tidak bisa mendengar apa yg dibacaran yoonji tahu sepertinya jimin kesal karena memergoki yoongi yg diantar ka hoseok -teman satu kampus yg rumahnya berada di blok sebelah- dan ia tersenyum menyaksikannya.

"ga mampir dulu, jimin.?"

"makasih, lagi buru-buru."

"ok, hati-hati dijalan."

Jimin menstarter motor dan pergi sementara yoongi melenggang masuk.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Yoongi tidak tahu kenapa, tapi firasat tentang teman dari adiknya itu tidak baik sekarang. Jimin dan dirinya memang sudah sering berbalas chat akhir-akhir ini, tapi yoongi tidak tahu jika keputusan untuk membiarkan ponsel dengan daya rendah disaku celananya dari siang hingga sore tak lagi menguntungkan. Dulu, itu sudah menjadi kebiasaan yoongi. Mengisi daya ponsel dari malam hingga pagi dan tidak akan menchargernya lagi hingga dirinya tiba dirumah, tak peduli dayanya sudah sekarat sekalipun yoongi tetap tak akan pernah mengisi daya ponsel disembarang tempat. Mana lagi jika tugas kuliah sudah menumpuk dikepalanya dengan deadline saling berdekatan, makin terabaikan lah si benda pipih metalik itu.

Makan malam sudah usai, tugas yoongi juga selesai sore tadi. Melihat adiknya mengerjakan PR diruang tengah, ia putuskan untuk bergabung "ngerjain apaan.?"

"eh, ini ka latihan soal dari guru bimbel." yoonji menengok sebentar dan berkutat kembali dengan bukunya.

"susah.?"

"engga dong, kalo susah langsung aku tanya ka yoon lah ngapain mikir." jawabnya jenaka, yg justru dibalas dengusan juga toyoran dikepalanya.

Mata yoongi memandang lurus kedepan, yoonji belajar dengan televisi menyala.? aneh -fikir yoongi- tapi dari pada tak ada hiburan yoongi mengambil remote dan memilah milih channel yg menurutnya asik untuk dilihat.

Dering dari ponsel yoonji membuat ribut, yoongi mengalihkan pandangan dari layar televisi untuk melihat siapa yg sudah mengganggu adiknya.

"halo.?"

"...."

"ada."

"...."

"lagi nonton tv."

"...."

"engga."

"...."

"ka yoon, jimin mau ngomong."

Yoonji menyerahkan ponselnya ke tangan sang kaka, ia segera berlalu dari sana untuk memberinya privasi.

"iya, halo.?"

"kenapa ga pegang hp.?"

"eh, lagi di charger belom penuh kayaknya tadi."

"ka.?"

"ya.?"

"ayo kencan."

Hening.

"ka.?"

"y-ya.?"

"besok aku jemput ya."

"jam.?"

"empat sore."

"oke."

Sambungan berakhir dengan jimin yg memerintah untuk cepat-cepat pergi tidur, dan yoongi mengiya'kan. Mematikan televisi lalu bergegas menuju kamarnya, sebelum merebahkan diri diranjang yoongi mengecek ponselnya lebih dulu. Dimana terdapat chat dari jimin dan 15 panggilan tidak terjawab dari orang yg sama juga, ketika akan menaruh kembali ponsel diatas meja belajarnya benda pipih itu menampikan pop up yg membuat yoongi tersenyum saat tak sengaja terbaca matanya.

'Jimin : selamat tidur ka yoongi, mimpi indah'

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Tbc

Simply Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang