Punishment

2.4K 242 5
                                    

Pagi itu, hari senin. Yoongi melangkah menuju kelas 12-1 untuk memulai jam pelajaran pertamanya, melangkah beriringan bersama seokjin dari ruang guru lantai dasar. Yoongi melihat banyaknya siswa lelaki yg sepertinya sengaja dijemur oleh guru Lee, dan mata yoongi semakin menyipit kala mengenali banyak siswa diantaranya.

"BAPAK UDAH BILANG BERHENTI BUAT ONAR, KALIAN GAK PUNYA KUPING, HAH.!! KALIAN YG ADA DIKELAS AKHIR, MAU LULUS. BUKANNYA NGASIH CONTOH BAIK MALAH NGAJAK URAKAN BEGINI.!"

Seokjin bergidik saat mendengar teriakan guru Lee yg begitu menggelegar, lain hal dengan yoongi yg makin menyipitkan mata kucingnya kesatu objek yg amat ia kenali.

"yoon itu jimin'kan.?"

Ya, benar. Park jimin berada diantara kerumuman, barisan kedua dari depan. Yoongi bahkan melihat jelas luka lebam yg ada diwajahnya dari jarak sejauh ini, satu titik dan pandangan mereka bertemu.

Jimin mengulas senyum ketika tahu bahwa kakak gulanya memperhatikan, walau tak lama kemudian ringisan timbul diwajahnya seraya mengelap sudut bibir yg sepertinya koyak. Ocehan seokjin tak diindahkannya, yoongi terus berjalan hingga sampai di lantai tiga tempat kelas 12-1 berada.

Saat membuka pintu sambutan nayeon ceria seperti biasa, tapi kelas jauh lebih hening setelah nayeon mungucapkan selamat pagi.

Sejujurnya yoongi tak bisa fokus, tapi ia haris profesional'kan.? yoongi kembali mengulas materi lanjutan dan memilih untuk memikirkan jimin nanti.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Ketukan pintu dari luar terdengar nyaring sekali, membuat semua penghuni kelas itu menengok daun pintu dan yoongi berucap "masuk."

"pagi kak yoon, masih bisa ikut pelajaran.?" taehyung yg membuka pintu dan bertanya takut-takut.

Hanya satu anggukan yg yoongi beri sebagai jawaban, membuat taehyung membuka habis daun pintu itu dan masuklah para dominan. Membuat para gadis dan submissive memekik amat kaget mendapati wajah-wajah tampan mereka dihiasi lebam biru nyaris ungu.

Berdehem sebentar untuk membasahi kerongkongannya yg terasa kering yoongi berujar "buka buku paket dan keluarkan buku tulisnya ya."

Ketika akan melanjutkan menulis penjelasan diatas whiteboard, taehyung mengangkat tangan membuat yoongi urung berbalik badan dan tetap pada posisi memandang seluruh murid "kak maaf, tangan kanan jimin kekilir. Jadi gabisa dipake buat nulis, gapapa'kan kalo..."

"itu urusan dia taehyung kenapa kamu yg repot.? mau kamu lengkapi catatan miliknya.? silahkan, saya tidak melarang."

Saat taehyung akan kembali protes bunyi bel tanda pelajaran berakhir terdengar, membuat yoongi menghela nafas penuh kelegaan.

"dilanjutkan nanti ya, selamat pagi."

Yoonji tahu kakaknya pasti menangis, menolehkan seluruh badan kearah jimin dan yoonji meringis ngilu melihat begitu banyak lebam menghiasi wajah kawannya itu.

"lo pada abis nyerang lagi.?!" nayeon berujar kesal, seraya menggebrak meja kasar.

"gandeng nay." itu sahutan dari seungchol

Berdiri dari duduknya, yoonji menghampiri jimin yg tengah memainkan ponselnya -entah sedang apa- "jungkook ikut.?"

"hm."

Yoonji cukup faham untuk undur diri dari hadapan jimin dan beralih pada taehyung "jungkook ikut.?" memberi pertanyaan yg sama.

"jelas, yg dikeroyok kan temennya."

Semua mata fokus ke arah taehyung dan memasang telinga baik-baik.

"siapa.?" selidik nayeon penasaran.

Simply Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang